Sudahkah Kita Menjadi Pribadi yang Fitri?

Rasulullah Muhamad SAW pernah bersabda pada waktu selesai memenangi perang badar denganmenegaskan bahwasanya kita baru saja memenangkan peperangan

Editor: Eko Darmoko
IST
Dr H M Hasan Ubaidillah SHI MSi 

SUDAHKAH KITA MENJADI PRIBADI YANG FITRI?
(Renungan Spiritual dan Sosial di penghujung Ramadan)

Oleh Dr H M Hasan Ubaidillah SHI MSi

Gema adzan Maghrib di penghujung Ramadan 1446 H, menandai waktunya berbuka untuk yang terakhir karena Ramadan telah berakhir dan berganti dengan masuknya bulan Syawal.

Lantunan suara takbir saling bersahutan dari masjid-masjid,surau-surau ,rumah bahkan dijalanan begitu terasa semarak dan gegap gempita dalam menyambut datangnya hari kemenangan yang telah ditunggu dan dinantikan  setelah satu bulan penuh berjibaku berperang melawan hawa nafsu.

Hilir mudik panitia zakat  mendatangi rumah-rumah fakir miskin dan asnaf yang lain untuk membagikan zakat fitrah juga turut mewarnai kegiatan masyarakat sepanjang malam.

Pasar dan pusat perbelanjaan juga sangat ramai dikunjungi masyarakat guna memenuhi kebutuhan lebaran mulai dari ber belanja keperluan dapur untuk memasak dan membuat hidangan yang serba lezat serta nikmat, hingga membeli berbagai macam pernak Pernik lebaran seperti jajanan khas lebaran, baju baru , sarung, celana dan kelengkapan lainnya.

Disisi yang lain, ada sebagian orang yang menyepi disudut-sudut masjid, terdengar lirih suara takbir keluar dari mulutnya. Sesekali mereka menyeka air mata yang menggenang dipelupuk matanya. Hatinya bersedih seakan disayat belati karena tidak rela Ramadhan telah meninggalkannya.

Walaupun dia menyadari Ramadhan pasti akan datang lagi pada tahun berikutnya, akan tetapi siapakah yang bisa menjamin bahwa tahun depanmasih dapat bertemu Kembali.

Terbayang dalam pikirannya lintasan perjalanan Ramadan yang baru saja dilaluinya, mulai dari hari pertama hingga akhir lantas dia bertanya kepada dirinya apakah puasa dan amal ibadahnya selama bulan suci Ramadhan diterima oleh Allah SWT ataukah justru sebaliknya, sehingga tidak membekas sama sekali dalam cacatan amal kebaikan yang tulis dan dihimpun oleh malaikat Rakib.

Begitulah ragam ekspresi yang ada dimasyarakat selaras dengan penghayatan spiritual dan sosial yang dilakukan hingga mentari tanggal 1 syawal mulai menampakkan diri.

Lautan manusia berduyun-duyun mendatangi masjid, lapangan bahkan memadati jalan-jalan  yang digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan shalat Idul Fitri. Sebuah ritual akbar tahunan yang dilaksanakan secara gegap gempita laksana deklarasi kemenangan setelah melakukan peperangan besar melawan hawa nafsu.

Memang Rasulullah Muhamad SAW pernah bersabda pada waktu selesai memenangi perang badar denganmenegaskan bahwasanya kita baru saja memenangkan peperangan (jihad) kecil untuk menghadapi peperangan yang besar, yaitu perang melawan hawa nafsu.

Sabda sang nabi menembus ke relung hati sanubari ummatnya, sehingga hawa nafsu merupakan musuh utama yang harus diperangi dan ditaklukkan. Akan tetapi bukan perkara mudah untuk mengalahkan apalagi menaklukkan hawa nafsu.

Karena sejak awal manusia tercipta firman suci Tuhan menegaskan Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q. S. al-Syams 7-10).

Demikanlah menetapan Allah SWT yang kemudian dipahami hambanya bahwa Hawa nafsumerupakan kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang untuk memenuhi apa yang diinginkan dan selalu mengajak untuk menempuh jalan kefasikan dan kesesatan.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved