Tulungagung

Maestro Kentrung Tulungagung Semangat Tularkan Ilmu Hingga 2 Bulan Sebelum Meninggal Dunia

Maestro kentrung Tulungagung, Mbah Gimah telah berpulang pada Rabu (13/6/2018) pukul 08.00 WIB.

Penulis: David Yohanes | Editor: yuli
MAESTRO KENTRUNG TULUNGAGUNG - Kenang-kenangan saat Mbah Gimah memberikan terbang ke Arum Nabilanur Widiya (17), salah satu remaja yang mau menggeluti kentrung. 

SURYAMALANG.COM, TULUNGAGUNG  - Maestro kentrung Tulungagung, Mbah Gimah, telah berpulang pada Rabu (13/6/2018) pukul 08.00 WIB.

Sebelum meninggal, Mbah Gimah menyandarkan harapannya kepada Sanggar Seni Gedhang Godog (SSGG) di Dusun Ngingas, Desa/Kecamatan Campurdarat.

Sanggar seni yang dimpimpin Yayak Priasmara ini diharapkan meneruskan kesenian yang hampir punah ini.

"Dua bulan terakhir ibu (Mbah Gimah) intens mengajar kentrung di sanggar," ujar Yayak.

Dalam kegiatan yang diberi nama sinau kentrung, Mbah Gimah mengajar puluhan anak di SSGG.

“Di luar anak didik saya di SSGG, ada 20 anak lain yang ikut bergabung. Ibu sendiri yang menangani mereka,” tutur Yayak.

Mbah Gimah sebelumnya sempat secara simbolis menyerahkan alat musik terbang.

Penyerahan itu simbol estafet seni kentrung kepada generasi muda.

Lanjut Yayak, cukup sulit meneruskan kentrung pakem seperti Mbah Gimah.

Dalam tahap pembelajaran, Yayak memilih kentrung kreasi.

Namun kini ada empat anak yang siap meneruskan seni pedalangan kentrung a la Mbah Gimah.

“Pakemnya kan hanya dua orang. Ini saya buat empat anak, karena kalau dua terlalu sulit buat mereka,” tambah Yayak.

Yayak pula yang menyalin naskah-naskah cerita pedalangan kentrung dari Mbah Gimah.

Namun masih banyak cerita yang belum sempat ditulis.

Semua cerita menggunakan Bahasa Jawa halus.

Itu pula salah satu yang menyulitkan anak-anak membawakan kentrung pakem.

Lanjutnya, sebenarnya anak asuhnya bisa membawakan naskah pakem dengan Bahasa Jawa halus.

Namun pertunjukan sangat kaku karena berdasarkan naskah.

Sementara kentrung sangat kental dengan nuansa spontanitas.

Dalang dan satu “penyenggak” biasa melakukan improvisasi di atas pentas.

“Memang tidak bisa instan, tapi pelan-pelan akan kami lakukan. Mohon dukungannya,” tandas Yayak.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved