Malang Raya

Kemenristekdikti Mendorong Para Guru Besar Agar Makin Produktif

Empat indikatornya adalah haki (hak atas kekayaan intelektual), publikasi internasional, produk hiliralisasi dan prototipe produk industri.

SURYAMALANG.COM/Sylvianita Widyawati
Prof Ocky Karna Radjasa MSc PhD, Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat Kemenristekdikti saat di Universitas Brawijaya Malang, Selasa (24/7/2018). 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Prof Ocky Karna Radjasa MSc PhD, Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat Kemenristekdikti mendorong para guru besar (Gubes) agar makin produktif membuat output riset. Namun dari 5300 Gubes, tidak semuanya menghasilkan hal itu.

Empat indikatornya adalah haki (hak atas kekayaan intelektual), publikasi internasional, produk hiliralisasi dan prototipe produk industri. Sehingga butuh waktu merubah mindsetnya.

"Mungkin karena selama ini setelah jadi gubes tidak melakukan apa-apa. Tidak riset, tidak mengajukan dana riset," kata Ocky kepada SURYAMALANG.COM usai mengikuti kegiatan "Konferensi Matematika Nasional Ke XIX" di Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya (UB) Malang, Selasa (24/7/2018).

Namun sejak ada warning soal output riset kepada para gubes yang memiliki tunjangan cukup besar pada 2016 lalu, maka sekarang sudah perlahan naik jumlah publikasinya. Meski tidak terasakan tingkatan yang tajam. "Naik 30 persen," katanya.

Saat ini, kementrian melakukan evaluasi guru besar dan lektor kepala dari sisi produktifitasnya. Bagi guru besar akan mendapatkan sanksi berupa pemotongan tunjangan kehormatan sedangkan bagi lektor kepala akan diberkan sanksi tidak ada kenaikan pangkat.

Sementara target menristek sampai 2019 ada 19.000 publikasi di jurnal internasional terindeks scopus.
Sekarang sudah melebihi 14.000. "Kalau 5300 Gubes itu membuat satu-satu, maka targetnya terpenuhi ya," kata dia.

Selain publikasi jurnal internasional, gubes juga ada yang menulis buku meski tidak banyak. Namun nampaknya kurang divisitasi/dikunjungi atau sebagai bahan referensi pembaca. Sehingga dinilai produknya kurang bagus.

Bentuk dorongan gubes agar produktif seperti membolehkan menjadi penulis koresponden pada bimbingan mahasiswa pascasarjana.

"Boleh kok nggandol (numpang). Kam banyak juga gubes membimbing mahasiswa pasca. Justru ini yang diharapkan pak menteri sebagai mesin publikasi," katanya.

Namun sayangnya tak semua perguruan tinggi memiliki program pascasarjana. Sehingga gubes tak punya mesin publikasi.

Namun upaya perguruan tinggi mendorong gubesnya produktif juga sudah diketahuinya. Misalkan menyelenggarakan klinik atau pelatihan. Atau pihaknya mengirim yang kompenten ke perguruan tinggi yang melakukan kegiatan mandiri.

Makin produktif peneliti, maka juga disiapkan insentif-insentif menarik. Dikatakan dia, tahun ini bidangnya memiliki program riset konsorsium. Sehingga perguruan tinggi leading bisa mengajak koleganya dari kampus lain. Jika ini dilakukan, maka dana yang diberikan akan makin besar.

Tujuan lainnya agar bisa saling meningkatkan kemampuan dan penguatan lembaga. Tak hanya dengan dosen, bisa juga dengan lembaga lain sehingga bisa sharing sarana prasarana. Misalkan konsorsium PTN X kerjasama dengan LIPI, BPPT dll. Maka bisa memanfaatkan potensi yang ada.

Riset konsorsium bisa membantu penguatan PTN-PTS. Karena tidak semua PTN bagus. Dikatakan dia, pada 2019 nanti, dana riset naik menjadi Rp 1,7 T. Sementara itu dalam sambutannya, Rektor UB, Prof Nuhfil Hanani mengatakan peranan matematika sangat penting dalam setiap sendi kehidupan.

Karena itu, perlu adanya kolaborasi antara ahli matematika dengan ahli lain. Kegiatan diikuti 30 provinsi dengan 371 abstraksi yang telah terkumpul.

“Kegiatan ini sekaligus sebagai pengembangan matematika dalam meningkatkan daya saing bangsa untuk saling bertukar pikiran dalam kajian matematika,” jelas ketua pelaksana Syaiful Anam.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved