Malang Raya
Lewat Program Doktor Mengabdi, Jeruk Baby Java di Kabupaten Malang Jadi Produk Olahan
Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang dikenal dengan wisata alam seperti Bedengan, Coban Parangtejo.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM, DAU - Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang dikenal dengan wisata alam seperti Bedengan, Coban Parangtejo. Selain itu lahan milik warga juga menghasilkan jeruk baby java.
Karena itu tim Doktor Mengabdi yang diketuai Prof Dr Ir Sumardi HS MS dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (UB) ingin meningkatkan nilai dari jeruk sebagai produk olahan.
Khususnya pada jeruk yang subgrades /dibawah kualitas pasar. Biasanya produknya tidak laku sekitar 25 persen. Sisanya 75 persen terserap pasar karena memenuhi kualitas. Harga jeruk saat panen raya juga kerap turun menjadi persoalan bagi petani.
"Pada saat panen seperti sekarang ini, harga malah jatuh. Di tingkat petani bisa Rp 3500 per kg," kata Sumardi pada SURYAMALANG.COM, Selasa (7/8/2018). Dibanding desa tetangga Petungsewu, yaitu Desa Selorejo, sudah lebih dikenal duluan dengan wisata petik jeruknya. Namun desa itu belum memiliki produk olahan pangan.
Peluang itu yang ingin digarap di Petungsewu. "Kawasan sini juga sering jadi lintasan jalan saat macet dari Malang ke Kota Batu," ujar Sumardi. Sehingga diharapkan ada peluang ekonomi buat warga. Tak sekedar jadi jalan lintasan.
Bertempat di Balai Desa Petungsewu, Selasa, dilakukan praktik pemanfaatan sari jeruk untuk sirup jeruk, permen jelly. Rencana juga ke dodol jeruk dan jelly jus. Mengenakan seragam kaos KWT (Kelompok Wanita Tani), mereka mendengarkan Sumardi.
Acaranya bertajuk "Peningkatan Nilai Ekonomi Baby Java Lemon Kualitas Subgrades Menjadi Produk Olahan Untuk Mendukung Kawasan Pariwisata Di Desa Petungsewu dan Sekitarnya".
"Nanti langsung praktik biar ibu-ibu mudah ingat," ujar Sumardi pada mereka.
KWT menjadi sasaran pelatihan itu kemudian mengerumuni meja tempat latihan dimana sedang dilakukan praktik. Mereka juga diberi buku modul yang berisi resep-resep pembuatan produk dan praktik langsung. Oleh tim Doktor Mengabdi, contoh hasil produk dalam kemasan sudah dikemas cantik termasuk sudah ada logonya.
Tim yang beranggotakan Dr Ir Gunomo Djojowasito MS, Nur Lailatul Rahmah, SSi MSi dan Aris Subagyo ST MT juga berencana merancangkan web buat pemasaran produknya.
"Misalkan di websitenya bisa dibuatkan berita tentang event wisata di Desa Petungsewu dan juga menjual produknya," kata Aris Subagyo dari Fakultas Teknik UB.
Produk olahan ini diharapkan bisa jadi something to buy ketika wisatawan datang ke desa ini. Sedang Nurlaila, dosen FTP UB menyatakan sementara masih pada contoh pengolahan produk makanan dari sari jeruknya. Namun untuk limbahnya, yaitu kulit jeruk belum.
"Next mungkin. Ini fokus ke produk olahannya. Semua manis dan gampang cara membuatnya. Alatnya juga murah," kata dia.
Winariasih, anggota KWT menyatakan senang ikut pelatihan.
"Di desa ini beberapa kali juga ada pelatihan. Misalkan membuat pie jeruk. Pinginnya berjalan. Namun kadang terhadang alat. Juga akan dipasarkan ke mana," ungkap Winariasih. Hal ini membuat ragu-ragu memulai usaha.
Aris saat tampil di depan para ibu juga menyarankan membuat minuman jeruk untuk dipasarkan di sekolah sekitar Petungsewu.
Daripada warga sekolah mengonsumsi minuman instan. Mereka berharap, pelatihan ini bisa meningkatkan minat warga berwirausaha dengan produk dari hasil desanya.
"Namanya ini usaha. Siapa tahu berhasil nanti dan bisa jadi oleh-oleh dari desa ini," kata Sumardi.