Universitas Muhammadiyah Malang
Ketua Umum PP Muhammadiyah ke Malang, Simak Sindirannya soal Situasi Politik Mutakhir
#MUHAMMADIYAH: Misal karena umat banyak meskipun primoridal diikuti, nah gitu kan? Atau karena sedikit tapi ngamuk diikuti, nah ini tidak boleh.
Penulis: Benni Indo | Editor: yuli
SURYAMALANG.COM, LOWOKWARU – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dr Haedar Nashir membacakan pidato kebangsaan di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Minggu (12/8/2018).
Dalam pidatonya itu, Haedar Nashir mengajak seluruh elemen bangsa melakukan transformasi kebudayaan, termasuk nilai kehidupan politik kebangsaan.
Pidato Kebangsaan berjudul Meneguhkan Nilai-nilai Kebangasaan yang Berkemajuan Menyongsong Indonesia Emas itu sengaja diselenggarakan lima hari sebelum peringatan upacara kemerdekaan. Hal itu sebagai wujud ikhtiar Muhammadiyah untuk merekat kebersamaan.
“Forum ini kami hadirkan lima hari sebelum upacara kenegaraan, untuk memperingati 73 tahun Indonesia Merdeka. Sebagai bentuk ikhtiar muhammadiyah merekat kebersamaan, sekaligus mengajak elemen bangsa ada keberanian melakukan transformasi kebudayaan, termasuk nilai kehidupan politik kebangsaan,” ujar Haedar Nashir.
Nashir menjelaskan, jika tidak ada transformasi maka akan terjadi stagnan yang membuat bangsa tidak maju.
“Kalau stagnan terus, kita tidak maju. Kami menghargai nilai toleransi, persaudaraan, hal-hal luhur yang sudah hidup dalam kebangsaan kita. Tapi kenyataan sering timbul ada pemicu sedikit saja, itu lantas seperti kayu bakar atau rumput kering yang mudah terbakar,” tegasnya.
Muhammdiyah mendorong agar presiden terpilih nanti mampu menjalankan program yang mendukung kemajuan sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Menurutnya, peningkatan SDM bisa diwujudkan melalui pendidikan.
“Oke, sekarang kita era membangun fisik, tapi ke depan, siapapun presiden dan wakil presiden yang terpilih harus masuk memperkuat SDM dengan basis nilai yang aktual. Itu yang penting,” paparnya.
Haedar Nashir mengatakan kalau pendidikan di Indonesia belum merata, human development rendah, proses pembudayaan yang dulu pernah dicanangkan BJ Habibie terhenti. Untuk itu, Muhammadiyah totalitas membangun melalui dunia pendidikan.
“Jor-joran Muhammadiyah investasi di bidang SDM dan pendidikan. Negara bisa lebih, tetapi jangan jadi jarahan. Baik parpol maupun ormas. Uang negara di bidang SDM dan pendidikan sebesarnya menjadi outcome bagi kemajuan SDM kita yang unggul,” tegasnya.
Haedar Nashir juga menyinggung kontestasi menjelang pilpres. Ia menyerukan agar kontestasi pilpres nantinya jauh dari ujaran kebencian. Ia juga mengajak para tokoh agama tidak terjebak dalam pusaran politik.
“Jujur harus bicara pada diri sendiri. Kita para tokoh agama sering dengan mudah kalau salaman di acara, insya Allah semua saling berbagi. Tapi ketika masuk ke arena politik, saling menegasikan. Nah menurut saya situasi seperti ini harus kita akhiri,” paparnya.
Muhamamdiyah juga mengajak agar masyarakat mengedepankan rasionalitas demi kebaikan bangsa. Haedar Nashir mengatakan harus belajar dari bangsa Barat yang mengedepankan rasionalitas. Dengan rasionalitas itu, bangsa Barat bisa maju dan modern karena rasionalitas.
“Dan rasionalitas itulah yang berhasil membangun sistem. Saya ingin menggabungkan, antara komunilitas yang luhur tetapi dengan rasionalitas yang tinggi. Itu kita akan menjadi bangsa yang maju,” tegasnya.
Menurutnya sistem politik di Indonesia saat ini masih suka goyah karena ada kepentingan politik untuk kontestasi politik.