Nasional

Soeharto Kecil Ternyata Pernah Menelan Uang Logam 1/2 Sen, Endingnya Masih Misterius Sampai Sekarang

Berkuasa Selama 32 Tahun, Soeharto Kecil Ternyata Pernah Menelan Uang Logam 1/2 Sen, Endingnya Masih Misterius Sampai Sekarang

Penulis: Fakhri Hadi Pridianto | Editor: Adrianus Adhi
Wikimedia/Creative Commons
Presiden Soeharto saat mengumumkan pengunduran diri di Istana Merdeka, Jakarta, 21 Mei 1998. 

SURYAMALANG.com - Presiden kedua Republik Indonesia (RI) Soeharto dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan disegani.

Tidak heran jika masa pemerintahanya disebut reim Soeharto.

Banyak kebijakannya yang cukup fenomenal.

Seperti upayanya memberantas aksi premanisme di berbagai daerah dengan cara didata dan ditembaki oleh sniper.

Terlepas dari ketegasannya sebagai seorang pemimpin selama 30 tahun, Seoharto kecil ternyata punya pengalaman tak mengenakkan.

Baca: Inilah Ruang Kerja Presiden Soeharto di Rumah Cendana, Klasik tapi Gunakan Kaca Anti Peluru

Sekali waktu, saat berumur tiga tahun, sepulang dari sawah, Soeharto bermain-main dengan arit.

Namun arit itu terlepas dari tangkainya, sehingga mengenai kaki kanan.

Akibat kejadian itu, kaki kanan Soeharto terluka.

Pengalaman lain menyebut, sekitar usia 5 tahun, ketika ibunya ke pasar, Soeharto ditinggal sendirian di rumah, dan diberi uang logam ½ sen.

Uang logam ½ sen itu dimain-mainkan, bahkan diemut oleh Soeharto, sampai tertelan.

Karena takut, Soeharto menangis lama sekali.

Apalagi ia ditakut-takuti oleh anak-anak lain bahwa uang itu akan menyangkut di dalam perut dan tidak pernah keluar lagi.

Baca: Potret Rumah Keluarga Cendana Terkini, Saksi saat Presiden Soeharto Mundur dari Jabatan

Tidak jelas, apakah kemudian uang itu keluar atau tidak.

Soeharto pun tidak ingat apakah ia berhasil menemukan kembali uang tersebut.

Satu lagi pengalaman tidak menyenangkan, dialami ketika ia bermain bersama seorang saudaranya, Darsono, di depan rumah kakek buyutnya Notosudiro.

Waktu itu kakek buyutnya sedang membuat baju.

Soeharto kemudian dipanggil dan disuruh mengepas sebuah baju yang sedang dibuat.

Dengan senang hati dipakainya baju itu.

Namun ternyata baju itu bukan untuk dia, melainkan untuk Darsono.

Baca: Kedatangan Presiden Soeharto Disambut Demonstrasi Anarkis, Tapi Terselamatkan Berkat Wartawan

Tak lama kemudian, ia disuruh melepas dan menyerahkan baju itu kepada sepupunya.

Padahal saat itu, Soeharto sendiri tidak memakai kemeja, ia hanya mengenakan celana.

Orang tua Darsono sebetulnya cukup mampu, kenapa dia yang justru diberi surjan oleh kakek buyut?

"Saya merasa nista, hina. Saya nelangsa, sedih sekali. Wah, hidup ini kok begini," Soeharto melampiaskan kesedihannya. (Dwipayana, 1989, hal 10).

Baca: Sejarah Motor Honda Langka di Foto Keluarga Presiden Soeharto, Mirip dengan Kepunyaan John Lennon

Detik-detik suasana rumah Cendana sehari sebelum Soeharto mundur

Rumah Keluarga Cendana
Rumah Keluarga Cendana (Tribunnews.com)

Tak banyak yang tahu apa yang sesungguhnya terjadi di Cendana pada 20 Mei 1998 malam, sehari sebelum Soeharto menanggalkan kekuasaan yang ia genggam 32 tahun lamanya.

Namun, Probosutedjo yang punya akses keluar masuk Cendana menceritakan kondisi di kediaman Pak Harto 20 tahun silam tersebut.

Beberapa hari jelang menyatakan mundur, Soeharto mengadakan berbagai pertemuan dengan akademisi dan tokoh politk di Cendana, termasuk pimpinan MPR saat itu, Harmoko.

Baca: Presiden Soeharto Hobi Makan Blondo di Gubuk, Faktanya Dibongkar Mbak Tutut

Malam sebelum Soeharto lengser, Probosutedjo kembali ke rumah kakaknya itu sekitar pukul 18.30 WIB.

Malam itu Cendana amat sepi.

Rumah Keluarga Cendana
Rumah Keluarga Cendana (Tribunnews.com)

Namun, Probosutedjo memberanikan diri masuk dan melihat kakaknya bersama putrinya, Siti Hardijanti Rukmana atau biasa dipanggil Mbak Tutut, duduk di ruang tamu.

"Suasana hening dan nampak redup," kata dia.

Setelah tahu Soeharto ingin mundur Ia langsung duduk bergabung dan coba memberikan semangat untuk kakaknya.

Baca: Detik-detik Pesawat Presiden Soeharto Melintasi Daerah Pertempuran sampai Sempat Diincar Sniper

Namun, Tutut memintanya untuk tidak lagi berupaya meluruskan keadaan.

Tutut pula, kata dia, yang menyodorkan surat pengunduran diri 14 menteri ke hadapannya.

Soeharto begitu terkejut menerima surat pengunduran diri 14 menteri itu.

"Ia sangat kecewa, itu jelas.

Ditinggalkan para menterinya adalah pukulan hebat bagi presiden mana pun," kata dia.

Malam itu pula keterkejutan Soeharto tak sampai di situ.

Baca: Mencekam, Suasana Cendana saat Detik-detik Akhir sebelum Soeharto Lengser sebagai Presiden

Ia menuturkan, kakaknya itu mengungkapkan, Wakil Presiden BJ Habibie menyatakan bersedia menggantikannya sebagai presiden.

Soeharto mengeluhkan sikap Habibie. Ia tak habis pikir Habibie berubah dalam tempo singkat.

Sebelumnya berdasarkan penuturan Probosutedjo, Habibie menyatakan tak sanggup menjadi presiden.

"Ini membuat kakak saya sangat kecewa. Hari itu juga dia memutuskan untuk tidak mau menegur atau bicara dengan Habibie," ungkapnya.

Malam itu, Habibie menelepon Soeharto.

Baca: Saat Berkuasa Para Menteri Setia pada Soeharto, Saat Lengser Hanya Ada 1 Menteri yang Setia

Namun, pemimpin Orde Baru itu enggan bicara.

Cerita Habibie menelepon Soeharto pada 20 Mei 1998 malam dikonfirmasi oleh mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie.

Malam itu, Jimly tengah ada di kediaman BJ Habibie.

Saat sejumlah menteri datang untuk menyatakan mundur dari Kabinet Pembangunan VII ke rumah Habibie, saat itu pula, wakil presiden meminta ajudannya menelepon ajudan Presiden Soeharto untuk meminta waktu bertemu.

Namun, kata Jimly, telepon itu justru diserahkan ajudan Pak Harto kepada Menteri Sekretaris Negara Saadillah Mursjid.

"Mensekab malam itu langsung bicara ke Pak Habibie intinya 'Bapak tidak perlu bertemu dengan Presiden malam ini. Besok Presiden akan mundur dari jabatan presiden'," kata Jimly dalam acara Refleksi 20 Tahun Reformasi, Senin (21/5/2018).

Baca: Pasang Surut Hubungan Soeharto dan BJ Habibie, Teman Dekat yang Tak Bertemu Sejak 21 Mei 1998

Bagi Probosutedjo, ruang tamu Cendana malam itu tak akan pernah ia lupakan.

Dengan wajah redup namun tenang, ungkapnya, Soeharto mengatakan dengan lirih, "Saya akan mengundurkan diri baik." Probosutedjo sempat menanyakan siapa yang akan menjadi presiden setelah Soeharto lengser, dengan singkat Soeharto menyebut nama Habibie.

Pemimpin 32 tahun Orde Baru itu mengatakan, "Sudahlah saya ikhlas."

Keputusan Soeharto itu membuat Probosutedjo pilu.

Ia tak menyangka kakaknya harus lengser oleh desakan rakyat, sementara di sisi lain para menteri yang notabene orang kepercayaan justru meninggalkannya.

"Saya memandang ruang tamu Cendana dan membatin. Puluhan tahun tempat ini jadi arena pertemuan Mas Harto dengan menteri-menteri dan orang kepercayaannya," kata dia.

Baca: Masih Ingat Menteri Pendidikan Era Presiden Soeharto Ini? Simak Penuturannya Saat Bicara Sejarah

"Mulai malam ini, ruang tamu Cendana akan menjadi sepi. Ia telah memutuskan sendiri, akan lengser," sambung dia.

Benar saja, pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto membacakan pidato pengunduran dirinya. Keputusan itu disebut sorak gembira rakyat, namun tidak bagi keluarga Cendana.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved