Superball
Terpilih Sebagai Pemain Terbaik Dunia versi FIFA 2018, Luka Modric Berhasil Pecahkan 3 Rekor Ini
Terpilih Sebagai Pemain Terbaik Dunia versi FIFA 2018, Luka Modric Berhasil Pecahkan 3 Rekor Ini
Penulis: Fakhri Hadi Pridianto | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.com - Gelandang Real Madrid sekaligus kapten Timnas Kroasia, Luka Modric, terpilih menjadi pemain terbaik dunia edisi 2018 versi FIFA.
Dalam acara FIFA The Best 2018 yang digelar di Royal Festival Hall, London, pada Senin (24/9/2018) atau Selasa dini hari WIB, Modric berhasil mengalahkan Cristiano Ronaldo dan Moh. Salah.
Modric menang dengan jumlah vote 29,05% sementara Ronaldo 19,08%, dan Salah 11,23%.
Selain itu, ini beberapa rekor yang diraih Modric selama tahun 2017/2018.
Baca: Gelar Deklarasi TKD Jatim Jokowi - Maruf Amin, Machfud Arifin: Yang Menang Pasti Nomor Satu
Baca: Diduga Terkena Setrum Listrik, Pencari Rumput Tewas Di Sawah
Baca: Jadwal & Tahap Pendaftaran CPNS 2018 Kementerian Keuangan, Kemenkumham & Kejaksaan Tinggi Terbaru
1. Putus dominasi Ronaldo dan Messi
Modric berhasil memutus dominasi Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi yang selalu merebut gelar pemain terbaik dunia selama 10 tahun terakhir.
Baca: Arema FC Vs Persebaya, Djanur Akui Laga Ini sebagai Pengalaman Baru dan Menegangkan
Baca: Gubernur Jatim Lantik Heru Tjahjono Sebagai Sekdaprov Jatim Baru
2. Pemain pertama yang dapat 3 gelar individu dalam setahun
Sebelum meraih gelar pemain terbaik versi FIFA, Modric sudah lebih dulu memenangkan 2 gelar individu.
Dua gelar tersebut adalah Pemain Terbaik di Piala Dunia (World Cup Golden Ball) dan Pemain Terbaik versi EUFA (UEFA Men’s Player of the Year).
Ada kemungkinan Modrid menambah gelar individunya jika ia bisa memenangkan Ballon d’Or.
Baca: Deretan Pemain Terbaik yang Masuk Daftar FIFA FIFPro World XI 2018, Adakah Messi dan Ronaldo?
Baca: Jadi Suzzanna, Luna Maya Menderita 4 Hal Soal Mata Karena Harus Melotot Sampai Rela Dirasuki Arwah
Baca: Ahmad Dhani Jawab Hubungannya dengan Maia Estianty, Demi 1 Hal Mereka Rela Tetap Lakukan Ini
3. Antar Kroasia ke Final Piala Dunia dan Juara Liga Champions 3 kali berturut-turut
Modric sama hebatnya ketika bermain di level klub atau negara.
Di Real Madrid, Modric mengantarkan klubnya menjuarai Liga Champions sebanyak tiga kali berturut-turut.
Selain itu, dia juga membawa Real Madrid menang UEFA SuperCup, FIFA Club World Cup, dan Spanish SuperCup.
Dan terakhir, tentu saja berhasil membawa Kroasia ke Final Piala Dunia 2018 di Rusia.
Baca: Menanti Derby Jatim, Gelandang Persebaya Bicara Soal Tekanan Suporter Tuan Rumah Arema FC
Baca: Arema FC Vs Persebaya, Bejo Sugiantoro Sebut Kekuatan Mental Pemain Jadi Syarat untuk Curi Poin
Masa lalu Luka Modric
Rabu (7/8/2018) merupakan hari yang tak terlupakan bagi Kroasia. Sebab, mereka berhasil masuk final Piala Dunia untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Langkah luar biasa ini berhasil mereka ciptakan ketika mereka berhasil mengalahkan Inggris dalam babak semi final dengan skor 2-1.
Dengan hasil ini, maka Kroasia akan melawan Prancis di Final Piala Dunia 2018 pada Jumat (15/7/2018).
Tentu saja semua warga Krosia bersuka cita atas hasil ini dan jika ada pemain yang akan mereka banggakan, maka tak lain dan tak bukan ia adalah Luka Modric, kapten timnas Kroasia.
Bagi Modric, ini adalah momen yang tak akan pernah ia lupakan. Sebab, ia dulunya hanya seorang anak pengungsi.
Dilansir dari theguardian.com, gelandang Real Madrid berusia 32 tahun ini mengalami masa kecil yang brutal sebagai pengungsi.
Baca: Arema FC Vs Persebaya, Maitimo dan Dutra Masih Diragukan Tampil di Malang
Baca: Najwa Shihab Ungkap Pesan Mendalam Untuk Haringga Sirila, Hingga 5 Fakta Kematian Suporter Bola Itu
Saat itu, Modric masih berusia enam tahun.
Lalu kakek kesayangannya ditembak mati oleh militan Serbia, ia dan keluarga dipaksa untuk hidup sebagai pengungsi di tanah airnya yang dilanda perang (perang Balkan).
Setelah kejadian itu, orangtuanya terpaksa meninggalkan Modrici dan mereka mencari perlindungan di Hotel Iz di kota Zadar.
Tanpa listrik atau air yang mengalir, bunyi granat dan peluru menjadi makanan sehari-hari bagi Modric kecil dan saudara perempuannya, Jasmina. Belum lagi mereka menghindari ranjau darat yang berpotensi terkubur di setiap sudut jalan.
Tetapi meskipun mengalami kesulitan seperti itu, tidak menghentikan misi ambisiusnya untuk menjadi salah satu pemain terbaik di planet ini.
Namun, ketika Modric berusia 10 tahun, dia dicoret oleh sejumlah pelatih yang berpikir dia terlalu lemah dan malu untuk bermain bola.
Hanya Tomislav Basic, seorang pelatih untuk tim yang dimainkan Modric di Zadar, yang bisa melihat potensinya. Ia lalu membawa Luka ke Dinamo Zagreb.
Dari sana bakatnya berkembang, ia melanjutkan ke Tottenham dan Real Madrid.