31 Tahun tradegi Bintaro

31 Tahun Tragedi Bintaro, Kecelakaan Kereta Api Dahsyat Menewaskan 156 Orang & Ratusan Luka-luka

Hari ini tepat 31 tahun silam, terjadi musbiah kecelakaan kereta terburuk sepanjang sejarah.

Penulis: Raras Cahyaning Hapsari | Editor: Dyan Rekohadi
suryamalang/ intisari

SURYAMALANG.com – Hari ini tepat 31 tahun silam, terjadi musbiah kecelakaan kereta terburuk sepanjang sejarah.

Pada 19 Oktober 1987, rangkaian Kereta Api 225 Merak bertabrakan dengan Kereta Api 220 Rangkas di daerah Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan.

Dalam kecelakaan tersebut diketahui 156 orang meninggal dunia sementara ratusan lainnya mengalami luka-luka.

Tragedi ini lalu dikenal dengan nama tragedi Bintaro.

Selepas tragedi mengerikan itu, terjadilah perdebatan tentang siapa yang paling bertanggung jawab atas peristiwa kecelakaan ini. 

Baca: Priyanka Chopra dan Nick Jonas Segera Menikah, Inilah Bocoran Detail Pernikahan Mereka

Baca: Jadwal Siaran Langsung Liga Inggris Pekan Ini, Chelsea Vs Manchester United & Laga Lainnya

bintaro
bintaro (suryamalang/ intisari)

Untuk diketahui, dalam perjalanan Kereta Api, pemegang kendali tak hanya berada di tangan sang masinis saja.

Banyak pihak-pihak luar yang turut andil untuk menentukan apakah kereya api aman untuk berangkat atau tidak.

Masinis tidak menentukan boleh tidkanya kereta berangkat, ada seseorang di luar lokomotif yang memiliki kewenangan atas hal tersebut.

Saat kereta melintasi antas stasiun, hak penuh berada pada Pemimpin Perjalanan Kereta Api (PPKA) yang memakai pet merah.

Baca: Dani Pedrosa Bandingkan Antara Marquez Dengan Casey Stoner yang Katanya Punya Karakter Hampir Mirip

Baca: Disebut Tunda Kehamilan demi Kontrak, Dewi Perssik Sebut Belum Siap Punya Anak

Sementara itu di dalam stasiun, juga terdapat juru langsir yang bertugas mengatur rambu kereta.

Ketika kereta hendak berangkat, PPKA tak bisa semaunya memberangkatkan kereta.

PPKA harus berkoordinasi dengan dua atau tiga stasiun berikutnya untuk memastikan bahwa jalur yang akan dilewati itu aman atau tidak.

Peristiwa naas dimulai dari kesalahpahaman kepala Stasiun Serpong yang memberangkatkan KA 225 dengan tujuan Jakarta Kota.

Bintaro
Bintaro (suryamalang/ intisari)

Kereta tersbeut berangkat menuju Sudimara tanpa mengecek kondisi di stasiun.

Hal tersebut mengakibatkan tiga jalur kereta yang berada di stasiun Sudimara penuh karena adanya KA 225.

Sayangnya karena komunikasi yang kurang baik antara Stasiun Sudimara, KA 220 yang berada di stasiun Kebayoran juga diberangkatkan.

Kondisi ini mekasa juru langsur di Sudimara untuk segera memidahkan lokomotif KA 225 menuju jalur tiga.

Karena ramainya jalur kereta, masinis KA 225 tak dapat melihat kode dari juru langsir.

Baca: BI: Kurs Rupiah Bergerak Stabil, Akhir Pekan Nilai Tukar Rp 15.187 Per Dollar AS

Baca: Kekeringan Di Ponorogo Tahun Ini Lebih Parah Dibandingkan Tahun Sebelumnya

Namun, KA 225 yang seharusnya pindah rel justru tiba-tiba saja berangkat.

Sayangnya upaya juru langsir untuk menghentikan KA 225 sia-sia saja.

Hal tersebut mengakibatkan KA 225 yang membawa tujuh gerbong akhirnya harus beradu muka dengan KA 220 di Desa Pondok Betung.

Pada pukul 06.45 WIB, kedua kereta ini saling bertabrakan dan mengakibatkan ratusan korban tewas.

KA 220 dengan kecepatan 25 kilometer per jam, sementara KA 225 dengan kecepatan 30 kilometer per jam saling beradu.

Baca: Alasan Nikita Mirzani Cabut Gugatan Cerai Dipo Latief Versi Billy Syahputra, Singgung Soal Kehamilan

Baca: BKBPM Kota Malang Berharap Sinergi dari Setiap OPD Demi Sukseskan Kampung KB

Karena kecepatan tersebut, kedua kereta ini langsung ringsek.

Setelah peristiwa mengerikan tersebut, beberapa petugas yang berada di stasiun dan masinis kereta di periksa.

Mereka kemudian dijatuhi hukuman akibat kelalaian ketika bertugas.

Karena tak dapat melupakan peristiwa naas itu, hingga kini warga setempat masih mengadakan tahlilan di pinggir rel setiap tahunnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved