Malang Raya
Bandara Abdulrachman Saleh Seperti di Kota Tertinggal, Belum Saatnya Berkelas Internasional
Bandara Abdulrachman Saleh belum layak untuk menjadi bandara kelas internasional. Alasannya, homebasenya belum memungkinkan.
Penulis: Benni Indo | Editor: yuli
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Pengamat arsitektur kota dan lingkungan dari Institut Teknologi Malang (ITN), Ir Budi Fathony MTA, berpendapat, Bandara Abdulrachman Saleh belum layak untuk menjadi bandara kelas internasional. Alasannya, homebasenya belum memungkinkan.
"Peningkatan kelas tidak semudah merencanakan terutama homebasenya. Kedua adalah interlinenya, lingkungan sekitar dan berbicara bagaimana akses sirkulasi. Sementara Abd Saleh akses utamanya di Jl Adi Sucipto," ujar Budi, Kamis (27/12/2018).
Di sisi lain, Budi menilai, Bandara Abdulrachman Saleh masih terkesan tertinggal. Bahkan dikatakan Budi seperti sebuah bandara yang berada di kawasan tertinggal.
"Untuk jalur kedatangan saja tidak mencerminkan ini sebuah kota. Justru terlihat seperti kawasan yang tertinggal. Kamar mandinya juga gitu. Tidak mencerminkan," katanya.
"Sangat jauh kalau disiapkan bandara Internasional. Kalau dibandingkan dengan bandara lainnya seperti di Makassar, Banyuwangi dan Surabaya," tambahnya.
Budi sempat memotret kawasan Abd Saleh dan mendiskusikannya dengan mahasiswa. Dalam diskusi itu, dibahas bahwa bandara merupakan pintu gerbang wilayah udara.
• Pemprov Jatim dan Danlanud Teken Kerjasama Pengelolaan Bandara Abdulrachman Saleh Malang
"Tentunya memberikan representasi menjawab bahwa desain itu tidak sekadar mendesain. Tapi gerbangnya wilayah kota. Ini yang sangat saya sayangkan bahwa desainnya tidak memberikan jawaban bahwa ini gerbang bandara dengan ciri khas Malang," katanya.
Seharusnya, konsep local wisdom, dari nama Abdulracham Saleh muncul. Namun sayangnya kesan itu tidak terlihat.
Untuk mempersiapkan menjadi bandara kelas internasional, Budi menegaskan perlu kajian yang mendalam dan teliti agar ke depannya bandara betul-betul representatif.