Internasional
Ikan Oarfish Muncul di Jepang, Benarkah Jadi Pertanda Datangnya Gempa Bumi dan Tsunami?
Ikan Oarfish muncul di Jepang, hal ini membuat masyarakat Jepang mendadak gelisah, pasalnya ikan ini dipercaya pertanda bencana alam.
Penulis: Raras Cahyaning Hapsari | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.com - Ikan Oarfish muncul di Jepang, hal ini membuat masyarakat negri Matahari Terbit itu mendadak gelisah.
Pasalnya menurut legenda Jepang, jika ikan Oarfish muncul di Jepang hal itu merupakan pertanda akan terjadi bencana alam.
Untuk diketahui, ikan Oarfish yang merupakan ikan laut dalam ini muncul pada Senin 28 Januari 2019.
Ikan Oarfish ini ditemukan dalam kondisi mati dan terlilit jaring ikan di lepas pantai Imizu, di prefektur Toyama.
Kendati ikan tersebut sudah mati, ikan itu masih tetap dibawa ke akuarium Uozu terdekat untuk dipelajari.
Kemunculan ikan Oarfish juga terjadi beberapa hari sebelumnya di Teluk Toyama sejumlah dua ekor.

Rekor penemuan ikan oar terbanyak terjadi pada 2015 lalu, jumlahnya empar ekor.
Spesies ini dicirikan oleh tubuhnya yang keperakan, panjang, dan bersirip merah.
Ikan ini biasanya menghuni perairan laut dalam sehingga jarang terlihat di permukaan
Menurut legenda masyarakat Jepang, jika sampai ikan ini muncul ke permukaan, artinya akan datang bencana alam.
Nama lokal ikan ini saja adalah ryugu no tokai, yang diterjemahkan sebagai “utusan dari istana raja naga”—mengisyaratkan kaitannya dengan bencana alam di masa lalu.
• Malang Raya Diguncang 13 Gempa Bumi Selama Tahun 2018
• BMKG Karangkates Malang Selama 2018 Catat Getaran Gempa Bumi Capai 633 Kali
• Isu Hoax Soal Tsunami Bikin Pantai Balekambang & Pantai Ngliyep di Malang Sepi Dikunjungi Wisatawan
• Pohon Cemara Udang untuk Kurangi Dampak Tsunami dan Polusi Udara di Surabaya Utara
• Temukan Foto Dylan Sahara 20 Menit Sebelum Tsunami, Ifan Seventeen Akan Buat Dokumenter Bandnya
Menurut cerita setempat, jika ikan ini naik ke permukaan dan berjemur di pantai, gempa besar akan segera datang.
Sementara jika menggunakan pendekatan ilmiah, ikan laut dalam yang naik ke permukaan mungkin bereaksi atas pergerakan garis patahan seismik yang tidak biasa sebelum gempa bumi.
Melansir dari SCMP, Hiroyuki Motomura, seorang Professor dari Kagoshima University memiliki penjelasan masuk akal terkait legenda ikan Oarfish ini.
“Saya punya sekitar 20 spesimen ikan ini dalam koleksi saya sehingga ia bukan spesies yang sangat langka,” katanya, seperti dilaporkan SCMP.

Tapi, tambahnya, dia percaya bahwa ikan ini cenderung naik ke permukaan ketika kondisi fisik mereka sedang buruk.
“Terbawa arus air, itulah sebabnya mereka begitu sering mati ketika ditemukan,” sambungnya.
Dia juga menambahkan bahwa tautan ikan ini dengan aktivitas seismik telah terjadi selama bertahun-tahun.
“Tapi tidak ada bukti ilmiah tentang hubungan itu, jadi orang-orang tidak perlu khawatir,” ujarnya, mantap.
Reputasi Oarfish sebagai pertanda bencana alam justru meningkat ketika setidaknya 10 ekor Oarfish terdampar di pantai pada 2010 lalu.
Pada Maret 2011, gempa berkekuatan 9 SR melanda timur laut Jepang, memicu tsunami besar yang menewaskan hampir 19 ribu orang dan menghancurkan pembangkit nuklir Fukushima.
Pengalaman tersebut membuat masyarakat Jepang masih khawatir terkait kemunculan Oarfish ini.
Belum lagi karena adanya peringatan gempa bumi yang mungkin terjadi di Palung Nankai dalam waktu dekat.
Untuk diketahui, Palung Nakai adalah palung yang membentang secara pararel ke pantai selatan Jepang dari Nagoya ke Pulau Kyusu di selatan.
Tak hanya itu, gempa tersebut diprediksi bisa mendatangkan tsunami dahsyat.
Bahkan menurut prediksi pemerintah baru-baru ini tsunami setinggi lebih dari 30 meter bisa terjadi akibat gempa yang sangat dahsyat.
Oleh sebab itu, orang-orang Jepang telah bersiap-siap “menyambutnya” dengan menimbun radio portable, baterai, dan teknologi lama.
Kendati demikian, Profesor Shigeo Aramaki, Seismolog di Universitas Tokyo memastikan tak ada hubungan antara perilaku hewan dengan aktivitas seismic.
“Tidak ada,” tepisnya.
“Saya bukan spesialis ikan, tapi tidak ada literatur akademik yang telah membuktikan adanya hubungan ilmiah antara perilaku hewan dan aktivitas seismic,” tambahnya.