Kabar Surabaya

Rendra Panca Anugraha Jadi Doktor Termuda di ITS Surabaya, Usianya Baru 24 Tahun

Rendra Panca Anugraha (24) menjadi Doktor termuda di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.

Penulis: sulvi sofiana | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM/Sulvi Sofiana
Rendra Panca Anugraha (24) menjadi Doktor termuda di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. 

SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Rendra Panca Anugraha (24) menjadi Doktor termuda di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.

Doktor dari Departemen Teknik Kimia ini ikut Wisuda ke-119 ITS pada Minggu (17/3/2019).

Rendra menjadi satu wisudawan yang merupakan doktor termuda di usia 24 tahun 4 bulan.

Pemuda yang kerap disapa Rendra ini bisa dikatakan sebagai doktor termuda di Indonesia saat ini.

Rendra mendapat usulan dari dosen pembimbingnya di masa studi sarjana (S1) untuk mengikuti program beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU).

Kemudian pemuda kelahiran Bondowoso, 25 November 1994 ini berhasil menyelesaikan studi dalam kurun waktu 3,5 tahun.

Selama kurun waktu itu pula mahasiswa bimbingan Prof Gede Wibawa dan Prof  Ali Altway ini berhasil melakukan publikasi penelitian di tiga jurnal ilmiah internasional bereputasi, serta dua seminar internasional.

Menurutnya, doktor harus memiliki bekal dasar untuk menangani hal semacam ini.

Ini membuka peluang baginya untuk bisa berkontribusi menjalankan perannya.

“Cara saya menikmati masa muda adalah dengan menemukan solusi atas masalah yang ada di masyarakat dengan ilmu dan kemampuan yang saya miliki,” tutur pemuda yang juga dipercaya sebagai supervisor researcher di Laboratorium Termodinamika ITS ini.

Dalam disertasinya, Rendra fokus pada pemanfaatan Dimethyl Carbonate (DMC) dan Diethyl Carbonate (DEC) sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin.

“Indonesia memiliki ketergantungan terhadap bahan bakar fosil (terutama bensin atau gasoline). Padahal sumber daya tersebut sangat terbatas.”

“Makanya saya ingin menawarkan gagasan untuk mengurangi ketergantungan ini dengan menambahkan DMC dan DEC yang dapat diproduksi dari sumber biomassa,” paparnya.

Putra pasangan Suwardjito dan Miftachul Djannah ini sempat dihadapkan beberapa persoalan yang menghambat progres penelitiannya selama menjalani program PMDSU.

Di antaranya adalah dalam hal penyediaan bahan eksperimen.

Sumber: Surya Malang
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved