Malang Raya
Ayu Utami, Buku Baru, dan Kelas Menulis Kreatif
Penulis Ayu Utami hadir di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) Malang, Rabu (20/3/2019).
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Penulis Ayu Utami hadir di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) Malang, Rabu (20/3/2019).
Ia memiliki buku baru bertajuk Anatomi Rasa yang baru saja dirilis.
Tak sekedar cerita bukunya, di pertemuan itu menjadi kelas kreatif menulis.
“Saya senang mengajar. Jika ada perkenalan buku baru, saya isi dengan kelas menulis kreatif,” papar Ayu di acara itu.
Dengan begitu, ia bisa memberi semangat cara menulis kreatif pada yang datang.
Caranya dengan memberi modal kata-kata. Maka peserta diajak berpikir mengembangkan kata-kata itu.
Misalkan modal kata perempuan, senja. Agar mudah, maka peserta diajak memikirkan tensi atau kedalaman rasanya atau diasosiasikan.
Sehingga kemudian bisa berkembang menjadi kalimat-kalimat.
Dikatakan, pemberian modal kata itu sebagai cara berlatih membuat cerita mini.
Untuk kemudian jadi cerita lebih panjang atau puisi naratif, maka harus rajin berlatih.
Jika rajin, bisa saja kemudian jadi 10 paragraf atau lebih.
Alumnus Sastra Rusia Universitas Indonesia ini menyatakan, untuk berpikir atau menulis kreatif butuh fikiran yang rileks, tenang dan terbuka.
Dibanding dengan menulis skripsi atau tulisan ilmiah, laporan yang sudah punya baku tulisan, maka menulis kreatif tak dibatasi model tertentu.
Segala di semesta bisa jadi ide atau tak selalu diawali dengan ide-ide muluk.
Ia menyatakan, di buku-bukunya memiliki empat pola pikir.
Yaitu = atau diasosiasikan, + atau mengoneksikan, >< atau oposisi dan □ atau identifikasi. Setiap pilihan pola pikir memiliki plus minus sendiri.
Sedang untuk mendapatkan mekanisme rasa bisa dimulai dari perasaan rileks dan pola pikir persilangan agar bisa mengembang seluasnya.
Basuki Rahmat, peserta bertanya ke Ayu Utami mengenai kendala menyelesaikan cerita biar tidak bertele-tele.
“Lebih baik susah menyelesaikan daripada memulai,” jawab Ayu Utami.
Ia mengibaratkan itu seperti orang tersesat.
“Jika terserat gak papa. Jangan-jangan malah dapat tujuan yang bagus,” kata dia.
Untuk itu, sarannya, bisa dilihat isinya lagi. Siapa tahu dari tersesat itu ditemukan kemewahan lain.
Jika itu ada, cabut itu dan garap ulang untuk dikelola lagi.
“Saya yakin, perjalanan tidak akan sia-sia,” katanya memberi semangat pada Basuki.
Namun, jika tulisan itu merupakan pesanan orang, maka harus diselesaikan.
Pesannya, dalam menulis harus fokus dan kemampuan memetakan.
Untuk mencapai itu juga perlu berlatih. Tentang buku-bukunya, Ayu Utami menyatakan ada levelnya seperti di olahraga mengenai kedalamannya.
Seperti Anatomi Rasa levelnya seperti maraton 15 km karena seperti buku pemikiran.
Ada juga yang levelnya 10 km seperti buku Saman. Dikatakan, menulis adalah berproses pada kesadaran atau mencoba menyadarkan sesuatu pada diri kita.
Buku Ayu Utami ini menawarkan spritualisme kritis. Spiritual itu ada ketika bisa merasakan energinya.
Kritis yaitu ada rasio yang bekerja.