Kabar Tulungagung
Di TK Creative Kiping Tulungagung, Orang Tua Siswa Membayar Uang Sekolah Dengan Kerajinan Besek
Kerajinan yang dibuat para orang tua siswa bukan sembarang kerajinan. Karena dengan produk yang mereka hasilkan ternyata sarana untuk membayar sekolah
Penulis: David Yohanes | Editor: Achmad Amru Muiz
SURYAMALANG.COM, TULUNGAGUNG - Sejumlah orang tua siswa TK Creative, Desa Kiping, Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung terlihat tengah menganyam bilah-bilah bambu tipis di beranda sekolah ini. Tidak berapa lama mereka menghasilkan sejumlah barang kerajinan, mulai dari besek, pincuk hingga aneka tempat botol dan toples.
Sekilas pemandangan ini tidak lazim dilakukan di sekolah yang tengah berlangsung kegiatan belajar mengajar. Namun kerajinan yang dibuat para orang tua siswa ini bukan sembarang kerajinan. Sebab, dengan produk yang mereka hasilkan ternyata sebagai sarana untuk membayar uang sekolah anaknya.
“Sekolah kami memang menerima pembayaran berupa kerajinan bambu. Khususnya besek cantik,” kata Kepala TK Creative Desa Kiping, Imro'atus Solekah.
Di tengah waktu luang menunggu anaknya belajar, para orang tua ini membuat aneka anyaman. Bu Im, paggilan Imro'atus Solekah mengatakan, uang sekolah untuk TK sebesar Rp 40.000 per bulan. Sedangkan Taman Bermain (Play Grup) sebesar Rp 25.000.
Semuanya dibayar dengan aneka produk anyaman bambu. Produk standar yang menjadi acuan adalah besek cantik berdiameter 18 sentimeter. Satu besek dihargai Rp 2.500 per buah.
Dalam satu bulan, setiap orang tua siswa ditarget satu kodi (20 buah) produk. Jika diuangkan nilainya sekitar Rp 50.000. Sering kali jumlah yang dihasilkan lebih dari satu kodi.
“Kalau hasilnya lebih dari Rp 40.000, maka sisanya akan diberikan ke orang tua siswa. Jadi kadang mereka justru dapat uang dari sekolah,” sambung Bu Im.
Desa Kiping terkenal sebagai sentra pembuatan pisau dan arit. Sementara turun temurun kaum perempuan biasa menganyam besek. Dalam perkembangannya, besek yang dihasilkan dikreasikan dengan berbagai bentuk.
Bu Im mengungkapkan, potensi pasar produk para ibu ini sangat terbuka. Dalam satu bulan para orang tua siswa baru menghasilkan Rp 10 juta. Sementara permintaan yang datang tidak bisa dipenuhi seluruhnya.
“Misalnya kami selama ini melayani besek untuk bungkus sambal pecel, yang dikirim ke Abu Dhabi (Uni Emirat Arab). Pasarnya sangat terbuka, tapi produksi kami sangat terbatas,” ucap Bu Im.
Pemberlakuan uang sekolah dengan besek ini dimulai sejak TK Creative berdiri 2014 silam. Ide awalnya, para ibu ini lebih berat jika mengeluarkan uang untuk biaya sekolah. Namun dengan membayar menggunakan besek, dianggap lebih meringankan.
Selain itu, besek bisa dikerjakan di waktu-waktu luang. Bahkan keterampilan ibu-ibu ini bisa membuat besek sambil melihat televisi. Kemampuan ini yang sekarang tengah diajarkan ke para siswa TK Creative.
“Kami tidak ingin kemampuan ini dilupakan. Anak-anak sudah mulai bisa membuat produk,” tutur Bu Im.
Salah satu orang tua siswa, Indrawati mengatakan, membayar dengan besek sangatlah ringan. Selain itu cara ini mendorong orang tua siswa untuk kreatif memanfaatkan waktu luang. Dalam sehari, Indrawati mengaku rata-rata bisa menghasilkan 10 besek per hari.
Tapi jumlah itu sering turun, saat anak sedang rewel sehingga mengganggu pembuatan besek. Dalam satu bulan, Indrawati bisa menghasilkan uang rata-rata Rp 300.000.