Malang Raya
Jumlah SMK Indonesia Banyak Tapi Industri Kurang
Berbeda dengan kondisi di Jerman, jumlah sekolah vokasinya sedikit. Sehingga siswa magang terserap di industri. Tapi di Indonesia sebaliknya.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Berbeda dengan kondisi di Jerman, jumlah sekolah vokasinya sedikit.
Sehingga siswa magang terserap di industri. Tapi di Indonesia sebaliknya.
Jumlah SMK sebanyak 13.000 dan industrinya kurang. Padahal siswa SMK perlu magang di industri.
“Karena itu, industri tak mungkin bisa menampung semua siswa SMK.”
“Kemudian Kemendikbud antara lain menghadirkan teaching factory (tefa) di SMK,” jelas Ir Ananto Kusuma Seta MSc PhD, staf ahli bidang daya saing dan inovasi Kemendikbud kepada SURYAMALANG.COM, Senin (8/4/2019).
Ia usai mengikuti kegiatan Dies Natalis ke 37 Politeknik Negeri Malang (Polinema).
Dengan tefa, maka desain industri ada di SMK dan siswa juga belajar wirausaha tak hanya dari guru tapi juga dunia industri.
Tapi memang tefa belum menjangkau ke semua SMK.
“Harusnya tefa ada di tiap SMK. Tapi sekarang masih belum,” jelasnya.
Di Malang, sudah ada beberapa SMK memiliki tefa. Sehingga bisa mendapatkan penghasilan dari usaha yang dibangunnya.
“Seperti SMK pertanian juga bisa punya tefa. Misalkan punya lahan pertanian yang luas untuk lahan percobaan.”
“Kalau SMK pertanian tak punya lahan percobaan, nanti diajari sejarah pertanian dong,” jawabnya.
Apa dengan keterbatasan industri, maka pendirian SMK akan dimoratorium?
Ia menjawab itu domain pemerintah provinsi. Dengan UU nomer 23/2014 tentang pemerintah daerah, kewenangan SMA-SMK jadi milik provinsi.
“Sebelumnya kan kewenangan kota dan kabupaten,” jawab Ananto.