Malang Raya
Jika Tak Sadar Pluralitas, Tak Bisa Capai Indonesia Emas
Dialog kebangsaan di GKB 4 lt 9 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dihadiri ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Malang
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Zainuddin
“Kalau negara bubar, yang rugi saudara. Karena masa depan Indonesia ditangan saudara,” tandas mantan Menteri Pertahanan ini.
Sedang Dr Alim Markus, Presiden Direktur PT Maspion mengingatkan pentingnya pendidikan buat masa depan.
“Masyarakat milenial harus berpendidkan. Jangan seperti saya. Usia 15 thn, saya harus bantu ayah,” kata Alim di forum itu.
Ayah dan paman pecah kongsi usaha. Sehingga saat kelas 3 SMP ia hanya menuruti ayahnya.
Ia bangun pagi dengan buka pabrik jam 05.00 WIB sampai tutup pabrik jam 19.00 WIB.
Namun dalam perkembangan waktu ia bisa ikut kuliah di tiga perguruan tinggi top dunia di Singapura dan China.
Indonesia memiliki SDM 269 juta jiwa. Jika pada 2030 bisa 300 juta, maka bakal menjadi pasar dan produksi yang hebat.
Ia juga menyarankan mahasiswa menguasai Bahasa Mandarin agar berkesempatan berdialog dengan pebisnis.
Dikatakan bangsa Indonesia memang majemuk.
“Masak 2045 gak mau Indonesia emas? Jangan termakan dengan hoax. Jangan lupa isi pertemuan hari ini,” pesannya.
Sedang Dr Fauzan MPd, Rektor UMM menyebutkan pluralitas sudah ada di perguruan tinggi Muhammadiyah.
“Di Universitas Muhammadiyah Kupang, Maumere, 70 persen mahasiswanya non muslim. Kalau di UMM ada 7 persen,” katanya.
Sehingga sejak lama Muhammadiyah berpikir soal bangsa.
Untuk menyiapkan mahasiswanya di masa depan, UMM membuka banyak pintu buat mahasiswa beraktifitas lewat organisasi ekstra kampus dan UKM.
“Sehingga untuk memjadi pemimpin bangsa, tidak dari satu pintu. Tak hanya dari jalur intra.”
“Bahkan ada mahasiswa dengan jalur pengembangan wirausaha,” paparnya.
Dikatakan, bangsa ini membutuhkan mahasiswa dengan pikiran di atas rata-rata dan tangguh.
Karena itu perlu digerakkan energi positif dari SDM.