Malang Raya

Jika Tak Sadar Pluralitas, Tak Bisa Capai Indonesia Emas

Dialog kebangsaan di GKB 4 lt 9 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dihadiri ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Malang

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM/Sylvianita Widyawati
Prof Dr Mahfud MD saat di dialog kebangsaan di GKB 4 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa (8/4/2019). 

SURYAMALANG.COM, DAU - Dialog kebangsaan di GKB 4 lt 9 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dihadiri ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Malang, Selasa (8/4/2019).

Inayah Wahid jadi moderator membuat segar suasana.

“Bagaimana milenial mempersiapkan Indonesia emas 2045. Kelihatannya memang masih jauh.”

“Kemudian pada 2030 juga mengalami bonus demografi. Jika bisa melewati 2030 dengan baik, maka hasilnya bisa baik ke 2045,” kata Inayah saat memberi pengantar.

Tapi tantangan menuju kesana banyak sekali, seperti perpecahan.

“Adanya disintegrasi, intoleransi apa bisa mencapai 2045 Indonesia emas?” tanya Inayah.

Prof Dr Mahfud MD, narasumber dialog itu menjelaskan untuk mencapai Indonesia emas perlu ideologi kokoh dan terpecahkan.

Itu juga didukung ekonomi yang bagus dan hukum ditegakkan.

Selain itu ada kesadaran hidup bersatu dan terpelihara sampai 2045.

Jika itu bisa, maka bisa mencapai Indonesia emas. Apa bisa sampai kesana?

Ia mencontohkan negara lain belum 100 tahun bisa bubar. Ia mencontohkan Uni Sovyet dan Yugoslavia.

“Karena itu kita disini berkumpul untuk mengingatkan. Jika tidak sadar akan pluralitas, maka tidak akan sampai ke Indonesia emas,” tegas Mahfud.

Maka ia sebagai orang yang berkecimpung di bidang hukum, maka dari sekarang mulai bekerja sungguh-sungguh menegakkan keadilan.

Jika tak diletakkan dengan keadilan, maka ada disorientasi negara.

Ada ketidakpercayaan ke pemerintah oleh masyarakat. Jika dibiarkan terus menerus, seperti ketidakadilan hukum, maka tak sampai 2030 bisa bubar.

“Kalau negara bubar, yang rugi saudara. Karena masa depan Indonesia ditangan saudara,” tandas mantan Menteri Pertahanan ini.

Sedang Dr Alim Markus, Presiden Direktur PT Maspion mengingatkan pentingnya pendidikan buat masa depan.

“Masyarakat milenial harus berpendidkan. Jangan seperti saya. Usia 15 thn, saya harus bantu ayah,” kata Alim di forum itu.

Ayah dan paman pecah kongsi usaha. Sehingga saat kelas 3 SMP ia hanya menuruti ayahnya.

Ia bangun pagi dengan buka pabrik jam 05.00 WIB sampai tutup pabrik jam 19.00 WIB.

Namun dalam perkembangan waktu ia bisa ikut kuliah di tiga perguruan tinggi top dunia di Singapura dan China.

Indonesia memiliki SDM 269 juta jiwa. Jika pada 2030 bisa 300 juta, maka bakal menjadi pasar dan produksi yang hebat.

Ia juga menyarankan mahasiswa menguasai Bahasa Mandarin agar berkesempatan berdialog dengan pebisnis.

Dikatakan bangsa Indonesia memang majemuk.

“Masak 2045 gak mau Indonesia emas? Jangan termakan dengan hoax. Jangan lupa isi pertemuan hari ini,” pesannya.

Sedang Dr Fauzan MPd, Rektor UMM menyebutkan pluralitas sudah ada di perguruan tinggi Muhammadiyah.

“Di Universitas Muhammadiyah Kupang, Maumere, 70 persen mahasiswanya non muslim. Kalau di UMM ada 7 persen,” katanya.

Sehingga sejak lama Muhammadiyah berpikir soal bangsa.

Untuk menyiapkan mahasiswanya di masa depan, UMM membuka banyak pintu buat mahasiswa beraktifitas lewat organisasi ekstra kampus dan UKM.

“Sehingga untuk memjadi pemimpin bangsa, tidak dari satu pintu. Tak hanya dari jalur intra.”

“Bahkan ada mahasiswa dengan jalur pengembangan wirausaha,” paparnya.

Dikatakan, bangsa ini membutuhkan mahasiswa dengan pikiran di atas rata-rata dan tangguh.

Karena itu perlu digerakkan energi positif dari SDM.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved