Malang Raya
Fakta Jembatan Splendid di Kota Malang, Dibangun Zaman Belanda & Jadi Korban Vandalisme Anarko
Jembatan Splendid atau Jembatan Majapahit memiliki nilai sejarah penting di Kota Malang.
Penulis: Aminatus Sofya | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Jembatan Splendid atau Jembatan Majapahit memiliki nilai sejarah penting di Kota Malang.
Jembatan ini menjadi sasaran aksi vandalisme sekumpulan orang saat peringatan Hari Buruh 2019 atau May Day di Kota Malang kemarin.
Padahal bangunan ini termasuk bangunan cagar budaya.
Sejarawan Universitas Malang, Dwi Cahyono mengungkapkan Jembatan Splendid adalah jembatan vital yang menghubungkan kawasan perdagangan di Kayutangan dengan kawasan Alun-alun Tugu atau Bundaran Tugu.
Sekitar tahun 1917, arsitek Belanda bernama Thomas Karsten merancang pembangunan Kota Malang dalam delapan tahap.
Tahap pertama (first bow plan), Karsten merancang pembangunan Kota Malang dari Jalan JA Suprapto sampai Jalan Basuki Rahmat atau yang saat ini dikenal dengan kawasan Kayutangan.
“Pembuatan jembatan itu (Splendid) sangat terkait dengan pembukaan kawasan baru atau disebut buurt,” kata Dwi kepada SURYAMALANG.COM, Kamis (2/5/2019).
Usai merancang Kayutangan, Karsten berencana mengembangkan sisi barat dan timur dari Kayutangan yang pada saat itu masih berupa tanah dengan ilalang.
Niat Karsten terhalang karena Sungai Brantas membelah dua lokasi yang sebenarnya saling berdekatan itu.
“Kemudian, dibangunlah dua jembatan, yakni Jembatan Splendid dan Jembatan Kahuripan yang menghubungkan Kayutangan dengan kawasan baru yang saat ini disebut kawasan Alun-alun Tugu,” kata Dwi.
Dwi mengatakan pembangunan Jembatan Splendid dilakukan dalam tahap dua (second bow plan).
Sejak tahap second bow plan dikerjakan, terbentuklah dua jalan poros di Kota Malang.
Yang pertama membentang dari JA Suprapto ke Basuki Rahmat, dan kedua di kawasan Alun-alun Tugu yang dimulai dari Stasiun Malang hingga Jalan Majapahit dan Jalan Kahuripan.
“Setelah membuat jalan poros di Kayutangan, jalan poros baru kemudian membentang dari Stasiun menyeberang sungai dan melalui Jembatan Splindid dan Kahuripan itu,” kata Dwi.
Jika pada saat itu kawasan Kayutangan merupakan kawasan perdagangan, kawasan baru (Alun-alun Tugu) lebih difungsikan sebagai kawasan pemerintahan.
Di kawasan baru inilah kemudian dibangun Balai Kota Malang, Kantor Militer dan sekolah.
“Kawasan pemukiman juga ada. Tapi fungsi utamanya sebagai kawasan perkantoran,” ujar dia.
Dari sisi kesejarahan, Jembatan Splindid mempunyai makna penting dalam perkembangan Kota Malang.
Jembatan tersebut merupakan penghubung atau pembuka bagi kawasan baru.
“Nah jadi kesejarahan jembatan ini penting,” ucap arkeolog UM ini.
Dwi menyayangkan aksi vandalisme oleh sekumpulan anak muda yang dilakukan di Jembatan Splindid saat May Day kemarin (1/5/2019).
Dia menilai wajar bila warga Kota Malang marah atas aksi vandalisme tersebut.
Sebab, kesadaran warga Kota Malang untuk menjaga bangunan cagar budaya sudah mulai terbangun.
“Wajar saja lah kalau kemudian banyak yang marah dengan aksi anak muda yang katanya kelompok anarko itu,” ujarnya.
Pada saat peringatan May Day (1/5) kemarin, sekumpulan anak muda berbaju hitam dengan membawa bendera Anarko Sindikalisme terekam video mencorat-coret Jembatan Splendid dengan tulisan ‘Tolak Upah Murah’.
Tindakan itu lantas dikecam di Facebook lantaran dinilai merusak cagar budaya.