Kabar Tulungagung
Sistem Zonasi Justru Menjauhkan Sebagian Warga Desa dari Sekolah di Tulungagung
“SMP paling dekat dari sini SMPN 2 Tulungagung sama SMPN 2 Sumbergempol. Tapi kali kalah dekat kalau bersaing dengan desa-desa lain,” ucap Anang.
Penulis: David Yohanes | Editor: yuli
SURYAMALANG.COM, TULUNGAGUNG - Pemberlakuan zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) diharapkan bisa memicu pemerataan pendidikan.
Selain itu siswa diharapkan menempuh pendidikan di sekolah terdekat dari rumahnya.
Namun untuk beberapa desa, sistem zonasi justru menjauhkan mereka dari sekolah.
Ada sejumlah desa dengan jarak nanggung, atau sering disebut blank spot zonasi.
Desa-desa ini jaraknya sangat jauh dari SMP Negeri manapun.
Sehingga saat bersaing dengan patokan jarak rumah ke sekolah, mereka pasti kalah dengan desa lainnya.
Seperti yang diungkapkan seorang wali murid, sebut saja Nanang, asal Desa Wajak Lor Kecamatan Boyolangu, Tulungagung.
“SMP paling dekat dari sini SMPN 2 Tulungagung sama SMPN 2 Sumbergempol. Tapi kali kalah dekat kalau bersaing dengan desa-desa lain,” ucap Anang.
Pilihan yang masuk akal baginya adalah menyekolahkan anaknya ke swasta.
Namun di Tulungagung tidak banyak pilihan sekolah swasta, apalagi yang biayanya murah.
Nanang pun menunggu kesempatan PPDB perpanjangan.
Namun dengan PPDB perpanjangan, sekolah yang bisa dimasuki anaknya justru lebih jauh lagi.
“Sekolah yang pagunya belum terpenuhi paling di SMPN 5. Itu justru lebih jauh lagi dari desa kami,” katanya.
Nanang menilai, zonasi justru menimbulkan korban yang luput dari perhatian.
Para siswa harus bersekolah di SMP Negeri yang lebih jauh dari rumahnya.