Malang Raya
Kondisi Buaya Kota Malang yang 'Turun dari Langit' dan Menimpa Genteng Rumah Warga Hingga Jebol
Kondisi Buaya Kota Malang yang 'Turun dari Langit' dan Menimpa Genteng Rumah Warga Hingga Jebol, Dikabarkan Stress
Penulis: Aminatus Sofya | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM, KEDUNGKANDANG - Seekor buaya yang ditemukan di atas rumah warga di Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang telah diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Malang.
Buaya yang diketahui berjenis muara itu kini dititipkan di penangkaran buaya di Predator Fun Park, Kota Batu.
Humas Predator Fun Park, Rendy Antok, mengatakan buaya sedang dikarantina karena mengalami stress.
"Mungkin karena jarak antara penemuan dan penyerahan ke penangkaran terlalu lama. Jadi buaya itu stress," kata pria yang akrab disapa Totok, kepada SURYAMALANG.COM, Kamis (11/7/2019).
Selain itu kata dia, stress bisa jadi disebabkan oleh tali tampar dan lakban yang membelit tubuh buaya.
Saat buaya dievakuasi, tubuhnya memang dibalut lakban mulai dari moncong hingga perut. Matanya juga ditutup.
"Seharusnya mata itu nggak usah ditutup.Karena itu pakai lakban sampai matanya, jadi stress dia," ucapnya.
Totok mengatakan buaya tersebut bisa kembali normal dalam dua hari kedepan.
Di penangkaran, buaya dibiarkan sendiri di dalam kandang khusus. Yang dapat masuk ke kadang hanya keeper atau penjaga.
"Kalau normal nanti baru bisa dilihat dan gabung bersama yang lain," pungkasnya.
'Turun dari Langit'
Diberitakan sebelumnya, seekor buaya ditemukan di atas genteng rumah warga di Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.
Keberadaan buaya itu sempat membuat panik dan viral di grup Facebook Komunitas Asli Malang.
Betapa tidak, secara mendadak buaya itu nangkring di genteng rumah warga seperti 'turun dari langit'.
Kapolsek Kedungkandang, Kompol Suko Wahyudi menuturkan, seorang warga bernama Junaedi melapor atas rumahnya jebol sekitar pukul 17.00 WIB.
Setelah dilihat, ternyata ada seekor buaya nyanggong di genteng rumahnya.
"Warga di depan Polsek itu melapor kalau ada buaya jatuh menimpa genteng rumahnya. Atapnya sampai ambrol," tutur Suko kepada SURYAMALANG.COM, Rabu (10/7/2019).
Buaya tersebut lantas langsung dievakuasi dan kini diamankan di Mapolsek Kedungkandang.
Penemuan hewan predator yang dilindungi itu juga telah dilaporkan ke BKSDA.
"Kami belum tahu jenisnya apa. Tapi sudah dilaporkan ke BKSDA. Sementara masih diamankan di Mapolsek Kedungkandang," imbuhnya.
Suko mengatakan pemilik dari buaya juga masih diselidiki.
Kata dia, kepemilikan terhadap hewan yang dilindungi harus dilaporkan ke BKSDA.
Berdasarkan pasal 21 ayat (2) UU 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, setiap orang dilarang menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup.
Sanksi pidana bagi orang yang sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) adalah pidana penjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak Rp 100 juta.
Tewas dengan Tubuh Terpotong-potong di Dalam Perut Buaya
Wartoyo (37) ditemukan tewas dengan tubuh terpotong-potong di dalam perut buaya di Sungai Lakar, Siak, Riau, Rabu (19/6/2019).
Sebelum ditemukan tewas, pria asal Kampung Teluk Lanus itu izin pergi memancing ikan kepada istrinya pada Selasa (18/6/2019).
Biasanya Wartoyo sudah pulang sebelum tengah malam.
Tapi sampai Selasa tengah malam, Wartoyo belum kembali ke rumahnya.
Warga curiga Wartoyo sudah dimangsa buaya.
Akhirnya warga memburu buaya di Sungai Lakar.
Warga berhasil menangkap seekor buaya pada Rabu (19/6/2019) sore.
Warga langsung menarik buaya tersebut menggunakan tali ke tengah kampung.
Warga curiga melihat perut buaya yang membuncit.
“Warga menangkap buaya itu sebelum magrib. Kemudian warga membawa buaya itu ke kampung, lalu perutnya dibedah,” kata Camat Sungai Apit, Wahyudi, Kamis (20/6/2019).
Warga merinding saat perut buaya itu dibedah. Warga melihat mayat terpotong-potong itu di dalam perut buaya tersebut.
Kemudian warga mengeluarkan potongan tubuh manusia itu, seperti kaki, tangan, dan sebagainya.
Lalu potongan tubuh yang diduga Wartoyo itu dimasukkan ke dalam karung.
Kemudian warga memakamkan potongan tubuh itu.
Wahyudi menerangkan buaya tersebut ditemukan tidak jauh dari lokasi hilangnya Wartoyo.
Awalnya warga dan polisi mencari korban dengan memanggil pawang buaya dari Lubuk Mudo, Sungai Pakning, Kabupaten Bengkalis.
“Saya ikut berdukacita atas meningalnya Wartoyo. Korban ini terkenal baik di kampung Teluk Lanus.”
“Almarhum meninggalkan seorang anak dan istri,” kata dia.
Wahyudi mengimbau warga Teluk Lanus lebih hati-hati dalam menyeberangi Sungai Lakar.
Sebab, Sungai Lakar memang telah menjadi habitat buaya rawa selama ini.
“Saat ini kami melarang warga dan anak -anak untuk bermain-main dulu di sungai,” kata dia.
Pemancing Tewas Diterkam Buaya, Kepala & Tangan Korban Hilang
Pemancing ikan bernama Mahrom (33) tewas usai diterkam buaya di rawa Sungai Empek, Dusun Pasir Putih, Bangka Selatan, Jumat (10/52019) lalu.
Setelah lima hari pencarian, jasad korban ditemukan dalam kondisi mengapung sekitar 500 meter dari lokasi kejadian.
Saat ditemukan, pria asal Desa Bedengung, Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung ini dalam kondisi tidak utuh.
Kepala dan tangan korban hilang. Diduga kepala dan tengan korban diterkam buaya.
“Korban diterkam buaya saat memancing ikan bersama rekannya, Diki.”
“Warga dan tim gabungan mulai melakukan pencarian sejak Jumat lalu," Mikron Antariksa, kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kepada Kompas.com, Rabu (15/5/2019) siang.
Korban dan rekannya memancing ikan sekitar pukul 18.00 WIB.
15 menit kemudian, tiba-tiba seekor buaya muncul ke permukaan.
Buaya itu langsung menyeret korban.
Menyaksikan kejadian tersebut, rekan korban langsung berlari ke kampung terdekat untuk minta pertolongan warga.
Setelah lima hari pencarian, jasad korban ditemukan dalam kondisi mengapung sekitar 500 meter dari lokasi kejadian.