Kota Batu
Harga Susu Sapi Perah Brau Tak Pernah Naik
Dari kejauhan begitu sampai di rumah penduduk warga Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, sudah terdengar suara sapi.
Penulis: Sany Eka Putri | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM, KOTA BATU - Dari kejauhan begitu sampai di rumah penduduk warga Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, sudah terdengar suara sapi.
Penduduk Dusun Brau Atas mayoritas memiliki ternak sapi perah.
Susu sapi perah inilah yang dijadikan potensi pemberdayaan masyarakat oleh Pemkot Batu.
Seperti halnya Sugito (63) yang terlihat memberi makan sapi ternaknya dikandang sapi miliknya.
Ada sekitar 6 sapi perah yang sudah siap diperah dan menghasilkan susu.
Hasil susu dari satu ekor sapi rata-rata bisa mencapai 14 liter dalam satu hari.
Rata-rata setiap penduduk di sana memiliki sapi sekitar 5-7 ekor.
“Ya rata-rata di sini setiap KK punya sapi perah. Karena di sini selain petani juga peternak sapi,” ungkapnya, Kamis (18/7/2019).
Harga susu sapi perliternya tidak lebih dari Rp 5.400. Harga itu menurut peternak sapi tidak menutup kebutuhan peternak.
Karean masih dianggap sangat murah, sedangkan kebutuhan makanan sapi lebih dari itu.
Ia menyebutkan dalam satu hari satu ekor saja bisa memakan makanan sampai 10 kilogram makanan. Harga per kilogram makanan sapi sekitar Rp 12 ribu.
“Ya kalau dihitung-hitung tidak menutupi kebutuhan mbak. Kami sih berharap harga susunya dinaikin. Antara 6000 rupiah sampai 7000 rupiah.”
“Pernah mengajukan kenaikan harga, tapi sangat sulit untuk naik harganya,” imbuhnya.
Tetapi untungnya mereka digandeng oleh dua koperasi, yaitu KUD Batu dan Koperasi Margo Mulyo.
Melalui koperasi ini mereka terbantu memenuhi kebutuhan permintaan susu sapi.
Bahkan susu sapi perah mereka dikirim ke Bali, dan beberapa daerah di Malang Raya.
Plt Kepala Dinas Pariwisata Batu, Imam Suryono mengatakan nantinya dusun tersebut akan dijadikan tempat edukasi perah susu sapi.
“Dengan begitu kan bisa terangkat perekonomian masyarakat di sana. Karena di sana itukan desa paling pelosok di Batu, kami coba angkat potensi susu sapi perah,” ungkap Imam.
Dijadikannya Brau sebagai tempat wisata ini sudah dicanangkan sejak 2018. Peran pemerintah kota Batu dalam hal ini menyiapkan sarana prasarananya.
Seperti infrastruktur jalan, promosi. Selebihnya diserahkan ke desa.
“Di sana itu mereka sudah siap untuk jadi tempat wisata. Kami membantu itu tadi, selebihnya dari mereka.”
“Agar mereka masyarakat desa di manapun, memilki rasa kalau tempat wisata itu adalah punya mereka,” imbuhnya.
Bisa menggunakan anggaran Dana Desa (DD) atau Alokasi Dana Desa.
Seperti membuat paket wisata, mereka lah yang harus kreatif bekerja sama antar pemilik wisata.
Memudahkan wisatawan memilih lokasi wisata yang ada di sana.
“Selain di situ, nanti juga di Dusun Toyomerto, Desa Pesanggrahan yang juga mayoritas penduduknya adalah peternak sapi perah,” pungkasnya.