Kota Batu

24 Ibu Hamil di Batu Positif Terkena Hepatitis

Sebanyak 24 orang ibu hamil di Kota Batu dinyatakan positif terkena hepatitis.

Penulis: Sany Eka Putri | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM/Sany Eka Putri
Dr Ajeng Wulandari, Sp. A dokter spesialis anak saat memaparkan tentang bahaya hepatitis di Gedung Graha Pancasila, Balai Kota Among Tani, Kota Batu, Rabu (31/7/2019). 

SURYAMALANG.COM, KOTA BATU - Sebanyak 24 orang ibu hamil di Kota Batu dinyatakan positif terkena hepatitis. Angka 24 orang itu di antaranya tahun 2018 sebanyak 17 orang dan tahun 2019 sampai bulan Juni ini sebanyak 7 orang

Di tahun 2018 sebanyak 1075 orang ibu hamil yang di screening terdeteksi 17 orang.

Tahun 2019 dari 906 orang ibu hamil yang di screening 7 orang positif hepatitis.

Sekretaris Dinas Kesehatan Batu Sri Rahati mengatakan yang paling rentan terkena ini adalah ibu hamil.

“Kami fokuskan ini untuk ibu hamil, karena penularan yang paling cepat ini dari ibu ke anak,” kata Sri, Rabu (31/7/2019).

Oleh karena itu sejak usia kehamilan awal, sang ibu harus melakukan screening.

Apabila diketahui ibu terkena hepatitis, bisa segera diobati. Dan anak yang dilahirkan bisa terhindar dari hepatitis.

Setiap minggu Dinas Kesehatan selalu mengajak ibu hamil untuk mau melakukan screening hepatitis.

“Semakin awal ditemukan, semakin bagus. Karena hepatitis inu kan ada obatnya.”

“Itu lebih baik daripada anak sudah lahir dinyatakan terkena hepatitis,” imbuhnya.

Dr Ajeng Wulandari, Sp. A dokter spesialis anak menambahkan apabila anak yang barusan lahir terkena hepatitis b, maka akan sangat rentan terkena hepatitis b kronik.

“Karena terkena di usia muda, semakin besar terkena ditingkatkan paling atas. Sebisa mungkin diobati dan dicegah sejak awal,” kata Ajeng.

Maka dari itu screening ibu hamil sangat penting. Selain itu, pencegahan yang bisa dilakukan lainnya selain screening ibu hamil adalah selalu menjaga kesehatan, melakukan imunisasi, menutup luka, termasuk tidak melakukan hal lainnya seperti menggunakan tempat umum bersama. Seperti kolam renang.

Dr Supriyono, ahli penyakit dalam menambahkan, penggunaan fasilitas umum seperti kolam renang.

“Karena jika kolam renang tersebut tidak steril, virus itu akan mudah menyebar.”

Sumber: Surya Malang
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved