Nasional
Profil Egianus Kogoya Tokoh Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang Berbahaya, Tak Segan Membunuh Orang!
Egianus Kogoya dicap sebagai tokoh paling berbahaya dalam Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang ingin melepaskan diri dari NKRI
SURYAMALANG.COM, JAYAPURA - Egianus Kogoya dicap sebagai tokoh paling berbahaya dalam Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang ingin melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Upaya melepaskan diri dari NKRI ini pun sering menghadirkan konflik bersenjata di Kabupaten Nduga, Papua, dan hingga kini terus terjadi.
Baku tembak yang mewarnai konflik tak jarang melukai, bahkan menewaskan sejumlah orang, mulai dari personel TNI/Polri maupun anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Setiap konflik yang terjadi di Kabupaten Nduga, selalu muncul nama Egianus Kogoya.
Lantas, siapa sebenarnya Egianus Kogoya yang dianggap sebagai tokoh di balik konflik Nduga?
Pejabat TNI/Polri menyebut Egianus Kogoya sebagai pemimpin Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Nduga.
• Petinggi Organisasi Papua Merdeka (OPM) Masuk NKRI, Katanya Merasa Ditipu & Hidup Menderita di Hutan
• Inilah Nasib Anggota OPM yang Tobat, Hidupnya Lebih Enak saat Masuk NKRI, Ada Ritual Cium Bendera
Egianus Kogoya dianggap sebagai tokoh yang paling bertanggung jawab atas aksi serangan yang dilancarkan kelompok kriminal bersenjata.
Wakil Kepala Penerangan Kodam (Wakapendam) XVII/Cenderawasih Letkol TNI Dax Sianturi mengatakan, Egianus Kogoya merupakan pemimpin OPM yang sebelumnya berafiliasi dengan OPM pimpinan Goliath Tabuni di Kabupaten Puncak Jaya.
Selama terjadi kontak senjata antara TNI dengan OPM, menurut Dax, sulit bagi pasukan TNI untuk memastikan keberadaan Egianus Koyoga.
Sebab, anggota KKB selalu bersembunyi dalam hutan.
Tak hanya itu, keberadaan Egianus Kogoya juga sulit dipastikan, karena mereka selalu berpindah tempat setiap melakukan aksi.
Namun, menurut Dax, dapat dipastikan bahwa setiap aksi penembakan di Nduga dilakukan oleh kelompok sparatis pimpinan Egianus Kogoya.
Menurut Dax, kelompok Egianus mengedepankan paham politik yang berlawanan dengan pemerintah.
Kelompok Egianus menolak mengakui pemerintah RI.
"Jadi Egianus Kogoya ini dalam catatan kita, adalah kelompok yang secara politik bertentangan dengan NKRI. Tak sedikit dari mereka memiliki catatan kriminal," ujar Dax di Jayapura, Rabu (31/7/2019).
• Bertemu Egianus Kogoya Tokoh Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang Berbahaya, Tak Segan Membunuh
Berperawakan muda
Hingga kini, identitas Egianus Kogoya belum dapat dipastikan.
Dax Sianturi pun mengaku tidak memegang data lengkap yang bersangkutan.
Namun, Victor Mambor, seorang jurnalis senior di Papua, mengaku sempat bertemu dengan Egianus Kogoya pada Januari 2019 di Distrik Mbua, Kabupaten Nduga.
Untuk bertemu dengan Egianus Koyoga, ia menyebut ada pihak lain yang tidak bisa ia sebutkan membantu untuk membuatkan janji.
Pertemuan pun diatur pada tengah malam.
Sebelum bertemu, Victor Mambor memperkirakan, saat itu ia harus berjalan kaki sekitar 2 jam sebelum tiba di lokasi Egianus Kogoya.
"Jalan gelap, saya ikut arahan saja. Saya tidak tahu itu kami jalan ke arah mana, sampai tiba di perkampungan," kata Victor.
Rupanya, Egianus sudah menunggu Victor di dalam sebuah honai (rumah adat suku pegunungan).
Pertemuan pun berlangsung hanya sebentar, sekitar 15 menit.
Victor menggambarkan sosok Egianus seperti remaja.
Begitu pun anak buahnya yang dinilai masih tergolong muda.
"Usianya sekitar 17-18 tahun, yang ada di sekitar Egianus juga masih remaja, usia belasan tahun," ucap Victor.
Dari informasi yang ia dapat, Victor menyebut ayah Egianus bernama Silas Kogoya yang juga merupakan salah satu tokoh OPM.
Namun, kini ayahnya sudah meninggal.
Dari pembicaraan selama 15 menit, Victor menilai Egianus merupakan sosok terpelajar, berbeda dengan masyarakat lain yang ada di pegunungan.
Namun, Egianus yang mengetahui bahwa ia sedang berbicara dengan seorang Jurnalis meminta agar hasil pembicaraan mereka tidak diberitakan.
Diminta kembali ke NKRI
Panglima Kodam (Pangdam) XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Yosua P Sembiring meminta pemimpin Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Kabupaten Nduga, Egianus Kogoya segera menyerahkan diri.
"Sampaikan sama dia, salam saya untuk Egianus Kogoya segera bergabung ke NKRI," kata Yosua.
Menurut Yosua, pasukan TNI yang ada di Nduga memiliki dua tugas pokok, yaitu penegakan hukum kepada kelompok kriminal bersenjata yang kerap melakukan penembakan dan mengawal pembangunan.
Namun, menurut Yosua, TNI juga dipastikan bisa melakukan langkah persuasif bila kelompok Egianus Kogoya memiliki itikad baik untuk menyerahkan diri dan menyatakan siap bergabung dengan NKRI.
"Bahwa Egianus itu saudara kita semua. Hanya saja saat ini kita lagi tidak sepaham. Untuk itu, kita rangkul dan mengajak dia untuk kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi," kata Yosua.
Distrik Yigi di Nduga Papua Jadi Zona Merah
Kepolisian RI menyebutkan, lokasi penembakan pekerja PT Istaka Karya, di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua awalnya merupakan daerah yang aman.
Namun, situasi berubah setelah kelompok separatis Egianus Kogoya bersama pengikutnya menghuni distrik tersebut.
Kepala Divisi Humas Polri Brigjen (Pol.) Mohammad Iqbal mengatakan, kelompok separatis Egianus Kogoya bersama pengikutnya pindah ke Distrik Yigi karena terdesak kejaran TNI-Polri dari Distrik Kenyam, Nduga.
Sejak itu, Distrik Yigi masuk dalam kategori zona merah dari sisi keamanan.
"(Kepindahan Egianus dan kelompoknya) karena dikejar pasukan TNI-Polri dari Kenyam, Kabupaten Nduga sehingga lokasi insiden penembakan adalah zona merah," ujar Iqbal, melalui keterangan tertulis, Kamis (6/12/2018).
Penyanderaan terhadap pekerja PT Istaka Karya yang sedang membangun jembatan Trans Papua, berdasarkan kesaksian korban selamat berinisial JA, peristiwa pembantaian terjadi pada Sabtu (1/12/2018).
Hari itu merupakan peringatan hari kemerdekaan Organisasi Papua merdeka (OPM).
Saat itu, seluruh karyawan PT Istaka Karya memutuskan untuk tidak bekerja lantaran ada upacara peringatan dan dimeriahkan dengan upacara bakar batu bersama masyarakat.
Menurut keterangan JA, terdapat kurang lebih 50 orang KKSB bersenjata campuran standar militer yang menggiring karyawan PT Istaka Karya.
Pada Minggu (2/12/2018) pukul 07.00 WIT, seluruh pekerja itu dibawa berjalan kaki dalam keadaan tangan terikat menuju bukit Puncak Tabo.
Di tengah jalan mereka dipaksa berbaris dengan formasi lima deret dalam keadaan jalan jongkok.
Kemudian, KKSB langsung menembaki para pekerja tersebut.
Sebagian pekerja yang ditembak mati di tempat, sebagian lagi pura-pura mati dengan terkapar di tanah.
Para anggota KKSB itu lalu meninggalkan para korban dan melanjutkan perjalanan menuju bukit Puncak Kabo.
Sebanyak 11 orang karyawan yang pura-pura mati itu berusaha bangkit kembali dan melarikan diri.
Namun, tindakan mereka terlihat oleh KKSB sehingga mereka dikejar dan akhirnya lima orang tertangkap dan dibunuh dengan secara keji menggunakan senjata tajam oleh KKSB.
Enam orang lainnya berhasil lari ke arah Mbua. Sebanyak dua orang belum ditemukan, sedangkan empat orang termasuk JA selamat setelah diamankan oleh anggota TNI di Pos Yonif 755/Yalet di Mbua.
Pos TNI diserang
Pada Senin (3/12/2018) sekitar pukul 05.00 WIT, Pos TNI 755/Yalet tempat korban diamankan diserang oleh KKSB yang bersenjata standar militer dengan campuran panah dan tombak.
Serangan diawali dengan pelemparan batu ke arah pos sehingga salah seorang anggota yonif 755/Yalet, Serda Handoko, membuka jendela dan kemudian tertembak hingga meninggal dunia.
Anggota pos TNI, kata Aidi, membalas tembakan sehingga terjadi kontak tembak dari pukul 05.00 WIT hingga 21.00 WIT.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal (pol) Tito Karnavian mengungkapkan berdasarkan informasi sementara, terdapat 20 yang tewas, yaitu 19 pekerja dan satu anggota TNI yang gugur, di Kabupaten Nduga, Papua.
Mereka dibunuh oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) saat membangun jembatan di Kali Yigi dan Kali Aurak di jalur Trans Papua, Kabupaten Nduga.
Akibat kejadian tersebut, proyek Trans Papua yang dikerjakan sejak akhir 2016 dan ditargetkan selesai 2019 itu dihentikan untuk sementara waktu.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/suryamalang/foto/bank/originals/egianus-kogoya-organisasi-papua-merdeka-opm.jpg)