Kabar Surabaya

Empat Pernyataan Kodam V/Brawijaya Terkait Umpatan Rasis di Asrama Mahasiswa Papua Surabaya

UMPATAN RASIS DI ASRAMA MAHASISWA PAPUA DI SURABAYA - Komandan Koramil 0831/02 Tambaksari Mayor Inf N H Irianto diskors, termasuk 4 anggota.

Editor: yuli
willy abraham
Tas berlogo Bintang Kejora di asrama mahasiswa Papua, Jalan Kalasan, Surabaya, Sabtu (17/8/2019). 

UMPATAN RASIS DI ASRAMA MAHASISWA PAPUA DI SURABAYA - Komandan Koramil 0831/02 Tambaksari Mayor Inf N H Irianto diskors, termasuk 4 anggota.

SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Kodam V/Brawijaya akan terus mengusut dugaan tindakan rasial yang dilakukan anggotanya.

Sejak Selasa (20/8/2019), Kodam telah menskors Komandan Koramil 0831/02 Tambaksari, Mayor Inf N H Irianto, dan empat anggotanya. 

Mereka dibawa ke Polisi Militer Kodam V/Brawijaya atau (Pomdam V/Brawijaya) untuk menjalani penyelidikan hingga persidangan Militer.

Menurut Kepala Penerangan Kodam V/Brawijaya, Letkol Imam Haryadi, ada empat hal penting yang patut dipahami semua pihak terkait adanya kasus ini.

https://facebook.com/suryamalang.tribun | SURYAMALANG.COM | IG: @suryamalangcom
https://facebook.com/suryamalang.tribun | SURYAMALANG.COM | IG: @suryamalangcom (.)

Pertama. Tidak Mudah Menyimpulkan Berdasarkan Rekaman Video Singkat.

Imam berharap, selama poses hukum berjalan, semua pihak tidak semata-mata membuat kesimpulan yang terlalu dini, perihal adanya rekaman berdurasi singkat itu.

"Itu tidak fair satu sisi juga tidak objektif," katanya saat dihubungi Tribun Jatim, Minggu (25/8/2019).

Ia berharap semua pihak untuk senantiasa objektif dalam memandang realitas.

Pasalnya, lanjut Imam, masyarakat cenderung mempercayai framing pesan yang dibuat-buat oleh para pengunggahnya.

"Tidak mungkin kejadian seperti waktu itu berlangsung begitu saja," lanjutnya.

Kedua. Tidak Gampang Menuduh TNI Sebagai Biang Kasus Rasial di Media Sosial.

Imam berharap, semua pihak tidak teeburu membuat kesimpulan mengemai kasus tersebut.

Karena pihak Polda Jatim sedang mengusut kasus tersebut.

"Saya pikir itu sekali lagi tidak usah terburu-buru mari kita tunggu penyelidikan yang dilakukan oleh pihak Kepolisian," katanya.

Lagi pula, ungkap Imam, jika melihat secara jeli penggalan rekaman video berdurasi pendek itu, umpatan bernada rasial itu tampak melecut dari arah yang tak dapat pastikan secara objektif.

"Pada saat ada bunyi suara tersebut atau ada yang menyampaikan hal tersebut, itu arah suara juga tidak tahu dari mana asalnya," ujarnya.

Ketiga. Memahami Situasi dan Kondisi Kejadian di Lokasi Bentrokan.

Menurut Imam, semua pihak harus memahami konteks situasi yang terjadi saat itu.

Bahwa bentrokan antar kedua kubu massa ormas dan masa para penghuni asrama mahasiswa papua, sedang pecah.

"Pahamilah kalau situasi saat itu adalah situasi insiden yang dua belah pihak itu memang saling melontarkan bisa jadi intrik yang bisa memancing orang lain untuk marah," ujarnya.

Keempat. Berharap yang Terbaik Agar Hasil Penyelidikan Berjalan Baik.

Imam berharap semua pihak menahan diri untuk tidak reaksioner atas adanya kasus tersebut.

"Semua ini bersaudara bersaudara dan saya pikir bagaimana nanti permasalahan ini bisa selesai sesuai dengan yang kami sama-sama harapkan win win solution," jelasnya.

Kendati demikian, bilamana hasil penyelidikan dan persidangan menyatakan personelnya melakukan kelalaian hingga menimbulkan kesalahan itu.

Sebagai prajurit, lanjut Imam, personelnya itu siap menerima konsekuensinya.

"Bagi setiap Insan prajurit itu kalau ada kesalahan kalau ada reward and punishment itu wajar dan tidak perlu dipertanyakan lagi saya pikir itu saja," pungkasnya. Luhur Pambudi

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved