Malang Mbois
Generasi Muda Coba Meraup Rupiah dari Esports
Bisnis di balik layar game berkembang menjadi sebuah industri baru yang punya pasar potensial.
Penulis: Aminatus Sofya | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM - Perkembangan teknologi membuat gaya hidup manusia berevolusi.
Era digital saat ini dimanfaatkan untuk bermacam kegiatan termasuk menjajal jenis olahraha baru yakni eSport.
Bisnis di balik layar game berkembang menjadi sebuah industri baru yang punya pasar potensial.
Tak hanya penjualan perangkat, pertandingan game antar klub dalam liga juga bisa berubah menjadi sebuah tontonan yang akan menggantikan serunya nonton bola.
Para pemain yang terlibat pun sudah layaknya atlet dalam sebuah pertandingan olah raga sehingga lahirlah istilah Esports atau Electronic Sports di sektor ini sebagai pengakuan bagi mereka yang menekuni bidang ini sebagai ‘profesi masa depan’.
Sofyan Rahadi sudah kenyang mengikuti kejuaraan eSport tingkat nasional.
Pemuda asal Probolinggo ini sudah ikut 50 kejuaraan lebih, dan menghasilkan pundi-pundi rupiah di kantongnya.
“Sudah berapa ya, sudah lebih dari 50 kali ikut eSport. Pendapatan ya lumayan,” kata Sofyan kepada SURYAMALANG.COM, Minggu (15/9/2019).
Dia terjun di dunia game sejak 2012 terjun. Game yang ditekuni adalah Dota.
Bagi Sofyan, menjadi atlet eSport sama sulitnya dengan atlet olahraga biasa.
“Butuh konsentrasi juga dan taktik. Sama lah, menguras energi juga,” katanya.
Atlet eSport lain, Furqon Priyatna mengaku pernah mendapat bayaran Rp 7 juta per bulan dari eSpot.
Kala itu, pria yang akrab disapa Ken ini dikontrak menjadi pemain di salah satu klub game di Jakarta.
“Nggak nyangka juga kan, masih sekolah waktu itu udah bisa dapet uang dari game,” ucap Ken.
Ken menekuni game bernama Counter Strike sejak 2014. Ken pun sudah ikut beberapa kejuaraan.
Selain gaji dari klub, Ken juga mendapat bonus jika memenangkan pertandingan kompetisi.
“Lumayan lah pokoknya,” katanya.
Ken mengatakan eSport juga butuh kekuataan fisik dan mental, sama seperti olahraga pada umumnya.
“Yang membedakan arena aja. Tapi sama kok, kita butuh pengetahuan juga supaya bisa menang terus,” kata mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) ini.
Butuh Federasi
Sofyan menilai perkembangan eSport di Indonesia belum terlalu bagus.
Di antara penyebabnya adalah minimnya jam terbang karena sepinya kompetisi.
“Kalau saat ini buat jadi atlet profesional, belum lah. Karena kompetisinya sepi,” kata Sofyan.
Mahasiswa Universitas Merdeka (Unmer) Malang ini menyebutkan hanya Jakarta yang menyediakan kompetisi eSport cukup intens.
“Surabaya saja belum, apalagi Malang,” katanya.
Sebagai langkah awal, pemerintah perlu membentuk federasi sebagai dukungan terhadap eSport.
Apalagi, eSport telah diuji coba dalam Asian Games 2018 lalu.
“Mungkin langkah pertama perlu federasi ini agar pembibitan atletnya jelas,” terang Sofyan.