Malang Raya
Dari 13 Demo Mahasiswa di Jatim, Hanya di Malang yang Ricuh hingga Lukai Wartawan dan Aparat
DAMPAK DEMO DI MALANG - Satu wartawan terluka dan seorang anggota Polres dari intel dan dari Sabhara ada yang juga luka.
DAMPAK DEMO DI MALANG - Satu wartawan terluka dan seorang anggota Polres dari intel dan dari Sabhara ada yang juga luka.
SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Polda Jatim menyebutkan, demonstrasi terjadi di sedikitnya 13 kabupaten/kota se-Jawa Timur pada Selasa (24/9/2019).
Demonstrasi itu dilakukan oleh berbagai macam elemen kemasyarakat, mahasiswa dan organisasi ekstra kampus.
Tuntutan yang dibawa dalam demonstradi itu beragam, mulai dari menolak dan mendukung RUU KPK.
Lalu adapula terkait isu pertanahan, RUU PKS, Ketenagakerjaan, ekonomi, dan Minerba.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera mengatakan, dari 13 wilayah tersebut, 12 wilayah di Jatim terbilang kondusif.
Namun satu wilayah di Malang Kota, ungkap Barung, demonstrasi berujung ricuh dan sempat menelan korban luka.
"Situasi fluktuatif dan kami tidak bisa mengatakan kondusif karena di sana terjadi gesekan kasus di wilayah Malang," katanya di Balai Wartawan Mapolda Jatim, Selasa (24/9/2019).
• Kaum Intelektual Tinggalkan Sampah Usai Demo di Malang, Dua Mahasiswi Ini yang Bersih-bersih
Korban luka itu datangnya di antara seorang jurnalis, dan beberapa petugas kepolisian yang melakukan pengamanan di lokasi demonstrasi.
"Satu wartawan yang terluka dan seorang anggota Polres dari intel dan dari Sabhara ada yang juga luka," ujarnya.
Barung mengungkapkan, korban mengalami luka luka lecet. Saat ini sudah ditangani oleh tim medis di lokasi.
"Luka-lukanya luka lecet," tuturnya.
Menurut Barung, penyebab dari bentrokan yang sempat terjadi antara massa demonstram dan aparat karena gejolak jumlah massa yang banyak dan memicu gesekan.
"Karena faktor situasi yang sifatnya fluktuatif dan gesekan kemudian muncul dorong-dorongan," ungkapnya.
Dan juga adanya keinginan dari masa demonstran yang tak bisa diakomodir begitu saja oleh pihak aparat.
"Juga adanya keinginan untuk masuk ke dalam gedung DPR secara keseluruhan tetapi ternyata memang tidak diperbolehkan secara keseluruhan kami hanya membatasi 20 orang," pungkasnya. Luhur Pambudi