Malang Raya
Mereka Terpaksa Istirahat di Tumpukan Sampah dan Kepulan Asap Gara-gara Kebakaran TPA Supit Urang
KEBAKARAN DI TPA SUPIT URANG, KOTA MALANG - Asap pekat, bau sampah, tenggorokan kering dan pedihnya mata tak dirasakan. Mereka berjuang padamkan api.
Penulis: Aminatus Sofya | Editor: yuli
KEBAKARAN DI TPA SUPIT URANG, KOTA MALANG - Asap pekat, bau sampah, tenggorokan kering dan pedihnya mata tak dirasakan. Bahu membahu pasukan berseragam oranye ini mengangkat nozzle dan menyemprotkam jet shooter agar si jago merah jinak.
SURYAMALANG.COM, GADANG - Sejak Jumat (17/10/2019), hari-hari petugas pemadam kebakaran Kota Malang semakin padat.
Mereka harus bolak-balik dari markas di Jalan Bingkil, Kelurahan Ciptomulyo Kecamatan Sukun, menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang di Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Sukun. Tak tanggung, 10 jam non stop proses pemadaman api berlangsung.
"Bisa dikatakan sibuk-sibuknya kami kalau TPA Supit Urang kebakaran," tutur salah seorang Komandan Regu Pemadam Kebakaran (Damkar) di UPT Damkar Kota Malang, Anang Yuwono, Minggu (20/10/2019).
TPA Supit Urang adalah TPA paling besar di kota berjuluk bunga ini. Luasnya mencapai 30 hektare dan terdapat sampah yang kini mirip sebuah gunung.
Pada hari pertama TPA Supit Urang terbakar, 30 personel diterjunkan dan enam unit mobil Damkar dikerahkan. Pemadaman dimulai sejak pukul 12.00 WIB hingga pukul 19.00 WIB.
"Kami harus naik ke sampah-sampah itu. Bahaya, tapi ini harus dijalani," ucapnya.
Asap pekat, bau sampah, tenggorokan kering dan pedihnya mata tak dirasakan. Bahu membahu pasukan berseragam oranye ini mengangkat nozzle dan menyemprotkam jet shooter agar si jago merah jinak.
"Kalau mbak pegang, berat banget itu. Kadang ya ada yang pegang nozzlenya, selangnya dibantu ngangkat," kata Anang.
Kadang saking lelahnya memadamkan api, mereka beristirahat di berbagai tempat. Seperti saat pemadaman TPA Supit Urang hari pertama, petugas Damkar Kota Malang tidur beralasakan tikar dikelilingi bukit sampah.
"Ini anak-anak yang kemarin istirahat pake alas seadanya. Dikerubungi lalat," ucap dia sambil menunjuk anggota regunya.
Anang sendiri sudah lebih dari 10 tahun menjalani profesi sebagai pemadam kebakaran. Pria 45 tahun itu bukannya takut, malah bangga dan senang bisa membantu masyarakat.
Tiga anak Anang juga memberikan dukungan terhadap pekerjannya. Begitu pun istri tersayangnya.
"Ini pa helmnya dipakai, bajunya jangan lupa," ujar Anang menirukan putrinya saat ia pamit untuk memadakan api.
Anak buah Anang, Deddy E, menceritakan pengalamannya menjadi sopir mobil Damkar selama tiga tahun.