Kota Batu
Kota Batu Deklarasi Sebagai Kota Bebas BAB Sembarangan
Open Defecation Free ODF adalah sebutan ketika setiap orang tidak buang air besar sembarangan
Penulis: Benni Indo | Editor: yuli
SURYAMALANG.COM, BATU – Kota Batu mendeklarasikan diri sebagai Kota Open Defecation Free (ODF), Selasa (29/10/2019). ODF adalah sebutan ketika setiap orang tidak buang air besar sembarangan. Dengan adanya predikat tersebut, berarti masyarakat di Kota Batu tidak lagi buang air sembarangan atau di sungai.
Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso mengaku senang dengan predikat baru ini. Namun ia juga mengingatkan agar predikat tersebut bisa terus dijaga, bahkan dikembangkan.
Punjul meyakini, masih ada satu ada dua orang yang bisa saja buang air sembarangan. Namun, secara keseluruhan, masyarakat di Kota Batu sudah tidak lagi buang air besar di sungai.
“Kalau cari celahnya, satu orang pasti ada. Tapi kalau untuk menjadi Kota ODF itu sudah ada peraturannya,” ujar Punjul, Selasa (29/10/2019).
Punjul menegaskan, banyak pihak yang berjasa besar hingga Kota Batu bisa mendeklarasikan diri sebagai Kota ODF. Peran serta masyarakat dalam mendukung program Pemerintah Kota Batu dinilai Punjul telah berhasil.
“Perlu digaris bawahi bahwa Kota Batu sudah waktunya dan layak mendapatkan predikat Kota ODF. Hari ini kami menghadirkan kader yang bekerja keras di desa atau kelurahan. Saya minta kegiatan ini bisa terus ditingkatkan,” paparnya.
Kata Punjul, Pemkot Batu akan mempertimbangkan bentuk apresiasi kepada para kader. Punjul menjelaskan, apresiasi itu dalam bentuk pelatihan sehingga bisa mendorong pemahaman masyarakat tentang hidup sehat.
“Melalui tim anggaran, nanti pak Camat juga sebagai kepala wilayah untuk mengkomunikasikan kepada kepala desa yang wilayahnya dilewati Sungai Brantas. Saya berharap Camat memberikan, membantu pada saat pembahasan di APBDes. Ini bisa juga dana desa untuk salah satunya untuk kepentingan ODF,” jelasnya.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Jatim drg Fitria Dewi mengatakan, Kota Batu banyak didatangi orang. Ibarat sebuah bunga, Kota Batu adalah bunga yang menyimpan madu sehingga banyak kumbang yang datang.
Banyak orang datang ke Kota Batu tidak sekadar berwisata, tapi juga mencari pekerjaan. Para pendatang baru juga membawa budaya baru. Satu di antaranya adalah budaya hidup sehat.
“Kita tidak tahu perilaku mereka. Kalau mereka hanya berlibur tidak masalah. Tapi kalau tinggal di sini, belum punya rumah, nah ini yang kemudian rawan. Mereka akan berpikir, sudahlah pokok seadanya saja tempat tinggal, dan itu belum tentu ada jambannya,” kata Dewi.
Dewi mengingatkan, mengubah perilaku memang tidak muda. Namun hal tersebut bisa dilakukan. Maka dari itu, ia mengajak masyarakat, khususnya kader bisa sama-sama memiliki kesadaran akan hidup sehat. Ditegaskan Dewi, dengan adanya predikat sebagai Kota ODF, akan ada banyak tantangan bagi Pemkot Batu ke depannya.
“Memang tidak mudah mengubah. Yang bisa memantau dan melihat dari awal adalah lingkungan sekitar. Apakah itu kader, atau itu pak lurah. Maka dari itu sangat penting peran kader,” ujarnya.
Siti seorang kader dari Desa Giripurni juga mengatakan tidak mudah mengubah pola pikir masyarakat untuk peduli hidup sehat. Bahkan, dirinya harus berkali-kali memberikan penyuluhan atau sosialisasi agar masyarakat di sekitar tempatnya tinggal memiliki kepedulian.
“Kami selalu menyuarakan tentang hal yang berhubungan dengan kesehatan. Di desa kami, ada warga yang belum memiliki jamban, di tahun ini, Pemerintah Desa menyisihkan ADD untuk membangunkan jamban, bahkan membuatkan kamar mandi,” jelasnya.