Timnas Indonesia
Penyakit Encephalitis Renggut Nyawa Alfin Lestaluhu Bek Timnas U-16, Awas Ditularkan Nyamuk & Kutu
Penyakit Encephalitis Renggut Nyawa Alfin Lestaluhu Bek Timnas U-16, Awas Ditularkan Nyamuk & Kutu
Penulis: Frida Anjani | Editor: Dyan Rekohadi
Dikutip dari Kompas.com dalam artikel berjudul "Tak Hanya Meningitis, Ini 4 Macam Infeksi yang Bisa Menyerang Otak", penyakit Encephalitis adalah pembengkakan akut yang kebanyakan disebabkan oleh infeksi virus ataupun sistem imun yang mengalami kelainan dan membuatnya justru keliru karena menyerang jaringan otak.
Penyakit ini cenderung muncul tiba-tiba dan berkembang dengan cepat. Sehingga butuh ditangani segera.
Gejala awal penyakit ini adalah demam, fotofobia, serta sakit kepala.
Penyakit ini paling sering menyerang anak-anak. Pada orang dewasa umumnya hanya terjadi pada mereka yang sistem kekebalannya lemah.
Komplikasi penyakit ini bisa menyebabkan seseorang kehilangan memori.
Encephalitis bisa mengancam jiwa, tapi jarang terjadi. Tergantung sejumlah faktor, termasuk tingkat keparahan penyakit dan usia.
Beberapa jenis enchephalitis adalah Encephalitis Jepang, Encephalitis kutu, serta Rabies. Serta terdapat pula encephalitis primer dan sekunder.
Encephalitis Jepang
Untuk mencegah penyebaran penyakit radang otak Japanese Enchephalitis (JE), masyarakat diharapkan dapat mengenali gejala penyakit mematikan ini dan melakukan imunisasi.
Dikutip dari Kompas.com dalam artikel berjudul "Japanese Encephalitis, Penyakit Radang Otak yang Ditularkan Nyamuk", penyakit JE disebarkan melalui gigitan nyamuk jenis Culex yang sudah terinfeksi virus JE dari hewan.
Nyamuk ini banyak ditemui di area persawahan, kolam, selokan atau genangan-genangan air.
Jika sudah terinfeksi, gejala akan muncul setelah masa inkubasi yang berlangsung selama 4-14 hari.
Pada anak, JE menyebabkan demam tinggi secara mendadak, sakit kepala, dan muntah-muntah. Apabila sudah parah, anak juga akan mengalami kejang-kejang, lumpuh hingga koma.
Penyakit ini juga bisa menyebabkan kerusakan otak. Sementara itu, pada pasien yang sudah dewasa, gejala umumnya berupa demam tinggi, sakit kepala dan peningkatan tekanan dalam rongga kepala atau intrakranial.
Angka kematian akibat JE berkisar antara 5-30 persen. Angka ini lebih tinggi pada kelompok usia anak, terutama yang masih di bawah 10 tahun.