Kabar Jember

Ada Motif Asmara atau Rebutan Warisan di Balik Pengecoran Jasad dalam Musala di Jember

Ada Motif Asmara atau Rebutan Warisan di Balik Pengecoran Jasad dalam Musala di Jember

Penulis: Sri Wahyunik | Editor: yuli
Humas Polres Jember untuk SURYA
Proses penggalian musala di dapur rumah Surono di Dusun Juroju Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo, Senin (4/11/2019). Jasad Surono ditemukan dicor di bawah keramik musala. 

Ada Motif Dendam Asmara atau Rebutan Warisan di Balik Pengecoran Jasad dalam Musala di Jember

SURYAMALANG.COM, JEMBER - Polisi memeriksa tujuh orang saksi terkait dikuburnya Surono (51) warga Dusun Juroju Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo, di bawah musala dalam rumahnya, hingga Selasa (5/11/2019). Dari informasi yang dihimpun Surya, ketujuh orang itu terdiri atas, antara lain, istri Surono Bu, anak Surono Bh, suami siri Bu berinisial J, dua orang perempuan yakni H, dan I, juga seorang tukang berinisial L.

Tiga orang pertama yakni Bu, Bh, dan J sudah dimintai keterangan sejak jasad Surono ditemukan terkubur di tempat itu, Senin (4/11/2019). Jasad Surono ditemukan setelah polisi menggali kubur dalam tanah tersebut.

Sedangkan dua orang saksi lagi yakni H, dan I memiliki hubungan dengan Surono, dan Bu (istri Surono. H adalah teman Bu, sedangkan I adalah perempuan yang disebutkan memiliki hubungan asmara dengan Surono. Hal ini disebutkan oleh Kapolres Jember AKBP Alfian Nurrizal di sela-sela pemeriksaan saksi di Mapolsek Ledokombo, Selasa (5/11/2019).

"Hari ini ada tambahan saksi lagi yakni saudari H, dan I. H ini berkaitan dengan istri korban karena berteman dekat. Sedangkan I berkaitan dengan korban S (Surono), yang dikabarkan pernah memiliki hubungan asmara. Semua masih kami dalami, terutama berkaitan dengan motif. Jika motif ini sudah bisa dipastikan, maka orang yang saat ini masih dugaan pelaku, bisa kami tetapkan sebagai tersangka," ujar Alfian.

Sedangkan L diperiksa di Mapolsek Ledokombo mulai Selasa (5/11/2019) sore. L ini disebut sebagai tukang yang mengecor tanah di atas urukan jasad Surono.

Selain meminta keterangan dari ketujuh orang saksi, polisi juga akan mendatangkan psikiater dari Polda Jatim. Psikiater itu dibutuhkan untuk memeriksa kejiwaan Bu, serta memeriksa keterangannya. Sebab, Bu memberikan keterangan yang berubah-ubah dalam beberapa kali pemeriksaan oleh penyidik.

"Saksi sekaligus istri korban ini beberapa kali pemeriksaan memberikan keterangan yang berubah-ubah. Berkelit-kelit juga. Sedangkan anak korban memberikan keterangan yang cenderung tetap. Karenanya, kami akan datangkan psikiater dari Polda Jatim untuk memeriksa istri korban ini," lanjut Alfian.

Busani, istri Surono, saat diperiksa sebagai saksi di Mapolsek Ledokombo, Jember. Ini terkait temuan jasad Surono yang dikubur di bawah musala rumahnya di Dusun Juroju Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo, Jember.
Busani, istri Surono, saat diperiksa sebagai saksi di Mapolsek Ledokombo, Jember. Ini terkait temuan jasad Surono yang dikubur di bawah musala rumahnya di Dusun Juroju Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo, Jember. (sri wahyunik)

Dari pemantauan SuryaMalang.com di Mapolsek Ledokombo, penyidik secara intensif memeriksa sejumlah saksi antara lain Bu, dan suami siri Bu, J. Polisi juga menjemput saksi L, kemudian memeriksanya di kantor Polsek itu. Sedangkan H, dan I diperiksa di tempat masing-masing.

Pemeriksaan saksi ini untuk mengerucutkan motif yang dicurigai oleh polisi. Polisi menemukan, sedikitnya dua motif dalam pembunuhan Surono. Pertama, dendam karena asmara, dan kedua rebutan warisan. Para saksi tersebut diharapkan membantu mengurai misteri terkuburnya Surono selama tujuh bulan di bawah musala di dapur rumahnya.

Dari pemeriksaan sementara, keterangan Bu menyebutkan kalau anaknya, Bh yang membunuh sang suami, Surono. Pembunuhan dilakukan di rumah tersebut pada Mei 2019 lalu. Lokasi penguburan jenazah Surono kemudian dijadikan musala, dan ruang di sekitarnya adalah dapur.

Sedangkan Bh mengaku kalau yang membunuh ayahnya adalah ibunya. Bh mengaku kalau dirinya baru pulang dari Bali pada 2 November setelah mendapatkan kabar kalau ayahnya meninggal dunia. Bh ditemani perangkat dusun setempat kemudian melapor ke Mapolsek Ledokombo.

"Atas semua keterangan itu sudah kami cocokkan, dan telusuri. Apakah memang benar, atau hanya alibi masing-masing," tegas Alfian.

Dalam wawancara kepada Surya, Alfian mengaku heran dengan keluarga itu, terutama istri Surono. Jika mendengar suaminya meninggal, setidaknya dari sisi perasaan, perempuan itu akan sedih.

'Nah ini, katanya suaminya meninggal tapi kok nggak sedih. Terus malah pacaran sama lelaki yang kemudian menjadi suami sirinya (J). Bahkan keduanya juga kumpul sejak Mei lalu sampai Oktober kemarin," lanjut Alfian.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved