Malang Raya
5 Fakta Dosen Universitas Brawijaya Malang Jadi Dokter di Daerah Terpencil, Warga Bawa Hewan Ternak
Berikut adalah lima testimoni dari dosen Universitas Brawijaya (UB) Kota Malang saat menjadi dokter di daerah terpencil di Indonesia.
Penulis: Frida Anjani | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM - Berikut adalah lima testimoni dari dosen Universitas Brawijaya (UB) Kota Malang saat menjadi dokter di daerah terpencil di Indonesia.
Dari pengalaman yang ia alami, dosen UB itu menceritakan kisah para warga di daerah terpencil saat berobat ke dokter.
Bukan menggunakan uang, melainkan para warga akan membawa hewan tenak mereka saat mengunjungi dokter untuk berobat.
Sosok dosen Universitas Brawijaya (UB) Kota Malang yang bertugas sebagai dokter di daerah terpencil adalah Dr dr I Wayan Arsana Wiyasa SpOG (K).
Dosen sekaligus dokter yang kini menjabat sebagai Ketua Jurusan Spesialis dan Subspesialis Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Brawijaya (UB) Kota Malang ini, mengaku jika bertugas di daerah terpencil termasuk penghargaan yang sangat luar biasa.
Berikut ini adalah testimoni Wayan Arsana Dosen UB Malang yang pernah bertugas di daerah terpencil :
1. Pernah Ada Program Khusus Dokter Spesialis Melakukan Pengabdian di Daerah Terpencil
Dalam testimoni yang ia berikan Wayan Arsana mengungkapkan juga dulu pernah ada program khusus dari pemerintah di mana dokter akan melakukan pengabdian di daerah terpencil bernama Program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS).
Namun, menurutnya program itu sudah dibatalkan oleh Mahkamah Agung (MA).
“Program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS) atau Perpres 4/2017 tentang Wajib Kerja Dokter Spesialis sudah tidak ada lagi, karena telah dibatalkan oleh Mahkamah Agung (MA)," jelas I Wayan Arsana Wiyasa.
Meski begitu, kini ada program yang lain yang mengganti program sebelumnya yang diberi nama Pendayagunaan Dokter Spesialis (PDS).
"Sebagai gantinya, pemerintah telah menerbitkan aturan baru berupa Perpres 31/ 2019 mengenai Pendayagunaan Dokter Spesialis (PDS)," lanjutnya.
Alasan porgram WKDS dibubarkan dan diganti dengan program PDS dikarenakan ada wajib kerja yang tidak sesuai.
"Dulu wajib kerja ada yang tidak sesuai. Karena itulah ada yang mengajukan uji materi dan dikabulkan MA, maka program WKDS ditiadakan," tambahnya.
2. Daerah Terpencil Membutuhkan Banyak Dokter Spesialis
Wayan Arsana juga menyebutkan jika daerah-daerah terpencil di Indonesia membutuhkan banyak tenaga dari dokter-dokter spesialis.
Terutama di daerah seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Maluku hingga Papua.
"Padahal banyak sekali kebutuhan dokter spesialis di daerah-daearh pelosok, apalagi di Indonesia bagian timur seperti di NTT, NTB, Maluku hingga Papua," jelas I Wayan Arsana Wiyasa.
Data pun menunjukkan ketersediaan dokter spesialis di daerah-daerah tersebut tidak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Kondisi ini yang menjadi salah satu alasan kenapa pengobatan di daerah-daerah terpencil tidak maksimal.
"Rata-rata di daerah itu jumlah dokter spesialis tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat, sehingga layanan kesehatan menjadi tidak optimal karena kekurangan dokter spesialis," jelas Wayan Arsana.
3. Keuntungan Mengikuti Program WKDS
Tak hanya itu, Wayan juga membagikan soal kuntungan mengikuti program WKDS yang kini sudah ditiadakan tersebut.
Selain harus melayani masyarakat di daerah terpencil, para dokter spesialis yang ikut dalam program ini juga mendapatkan tunjangan dari Kementrian Kesehatan sekitar Rp 24 juta per bulan.
Tak hanya itu, para dokter spesialis ini juga akan diberikan tunjangan lain dari Pemerintah Daerah yang bisa mencapai angka Rp 80 juta per bulan.
"Keuntungan mengikuti program WKDS yaitu akan mendapat tunjangan dari Kemenkes sekitar Rp 24 juta per bulan. Belum dari Pemerintah Daerah, ada daerah di Papua itu sampai Rp 80 juta," ungkap Wayan Arsana.
Tah hanya nilai tunjangan yang fantastis, para dokter spesialis yang ikut program ini juga mendapatkan fasilitas lain seperti rumah tinggal dan kendataan.
"Kemudian dapat fasilitas rumah tinggal dan kendaraan, semuanya ditanggung selama program WKDS selama 12 bulan." lanjutnya.
4. Daerah Prioritas Program Pengabdian Dokter Spesialis
Pihak Kementrian Kesehatan Indonesia telah melakukan penyebaran secara merata bagi beberapa universitas dalam melakukan program ini.
Untuk Universitas Brawijaya Malang mendapatkan bagian untuk tiga daerah prioritas yakni NTB, NTT dan Papua.
"Dari Kemenkes, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) mendapat bagian penyebaran dokter di tiga daerah prioritas yaitu NTB, NTT dan Papua. Secara garis besar sudah lebih dari 20 lulusan dokter spesialis FKUB mengikuti program WKDS," ungkap Wayan.
"Menurut saya, kita sebagai NKRI sangat setuju adanya program WKDS untuk masyarakat daerah terpencil supaya tetap mendapatkan pelayanan kesehatan," lanjutnya.
5. Pengalaman Dr dr I Wayan Arsana Wiyasa SpOG (K) Saat Melakukan Pengabdian
Dulum saat melakukan pengabdian Wayan Arsana ditugaskan di daerah NTT.
"Pengalaman saya dulu, seusai lulus dokter di daerah NTT yang lokasinya di timur tengah selatan. Setelah lulus dari spesialis, saya dapat di daerah Jawa, pertimbangannya karena dulu sudah pernah mengikuti program di luar Jawa," kenang Wayan.
Menurutnya, setiap dokter spesialis perlu untuk melakukan program ini untuk menumbuhkan sikap cinta tanah Air.
"Sangat perlu dan cinta tanah air, apalagi pengalamannya sangat banyak. Kasus kesehatan hingga bersosial dengan masyarakat setempat," jelasnya.
6. Warga Berobat Bawa Hewan Ternak
Salah satu hal yang ia tak bisa lupa adalah saat warga lokal datang ke dokter untuk berobat.
Tidak seperti biasanya di mana mereka membawa uang, warga di daerah terpencil akan membawa hewan ternak saat mengunjungi dokter.
"Penghargaan dokter di daerah terpencil itu sangat luar biasa. Mereka (masyarakat) bawa hewan ternak dan hasil ternak untuk biaya berobat," kenang Wayan.
"Saya tidak memikirkan biaya, tetapi ketulusan mereka yang sangat luas biasa," lanjutnya.
Wayan pun sangat menyarankan para dokter spesialis untuk mengikuti program ini.
"Menurut saya, sebaiknya lulusan dokter spesialis mengikuti program dari Kemenkes melalui PDS. Karena akan menambah keilmuan kedokteran itu yang utama dan akan menambah hati nurani menjadi seorang dokter," pungkasnya.
