Kabar Jember

Tetap Waspada Potensi Ancaman Angin Kencang dan Puting Beliung, di Jember Sudah Makan Korban

Bencana berupa angin kencang, dan angin puting beliung di Jember terjadi 16 kali.

Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Dyan Rekohadi
Tim Penyelamat Ledok Ombo Jember
Petugas memeriksa kondisi rumah yang bagian dapurnya ambruk sehingga menimbulkan korban jiwa di Ledok Ombo Jember, Kamis (5/12/2019), terjadi angin kencang di kawasan Kecamatan Ledokombo. 

SURYAMALANG.COM, JEMBER - Pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember terus mengimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati di masa pergantian musim.

Sejak November hingga Desember ini, berdasarkan laporan dari BMKG, hujan sudah mulai mengguyur Kabupaten Jember.

Namun masa pergantian musim dari kemarau ke hujan masih dialami sejumlah daerah di Jember.

Salah satu ciri masa transisi musim itu adalah terjadinya angin kencang, dan angin puting beliung di beberapa wilayah di Jember.

Berdasarkan data dari BPBD Jember, pada bulan November lalu terjadi 46 kejadian bencana alam.

Kasus bencana alam itu terdiri atas kekeringan, kebakaran, angin kencang, dan angin puting beliung.

Bencana berupa angin kencang, dan angin puting beliung terjadi 16 kali.

Sedangkan di bulan Desember ini, terjadi dua kali bencana angin puting beliung, dan angin kencang.

Pihak BPBD membedakan bencana angin kencang, dan angin puting beliung karena berbeda.

Angin kencang merupakan angin yang berhembus kencang dan menimbulkan kerusakan.

Sedangkan angin puting beliung merupakan angin kencang yang berputar juga menimbulkan kerusakan.

"Kami imbau kepada masyarakat untuk tetap berhati-hati dan waspada. Tetap mewaspadai hembusan angin kencang, atau puting beliung," ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jember Heru Widagdo, Jumat (6/11/2019).

Dia menyebutkan dampak angin kencang dan angin puting beliung bertambah fatal karena faktor lain, seperti kerentanan bangunan, juga manusia.

Dia mencontohkan, beberapa bangunan yang roboh selain karena faktor hembusan angin yang kuat, juga ada beberapa yang dipicu karena rentan roboh akibat usia bangunan sudah tua atau lapuk.

Karenanya, Heru menyarankan semua pihak, terutama warga paham dengan kondisi lingkungan masing-masing, dan mengetahui karakteristik bangunan yang dihuninya.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved