Nasional

7 Fakta Pembebasan 2 WNI Oleh Kelompok Militan Filipina, 3 Bulan Diculik, Minta Tebusan Rp 8 Miliar

7 Fakta pembebasan 2 WNI oleh kelompok militan Filipina, Abu Sayyaf, 3 bulan diculik, minta tebusan Rp 8 miliar

Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Adrianus Adhi
Suryamalang.com/kolase THE STAR/ASIA NEWS NETWORK via straitstimes.com/Screengrab from The Star via Kompas.com
7 Fakta Pembebasan 2 WNI Oleh Kelompok Militan Filipina, 3 Bulan Diculik, Minta Tebusan Rp 8 Miliar 

SURYAMALANG.COM - Ada 7 fakta yang mengiringi kabar pembebasan 2 WNI (Warga Negara Indonesia) oleh kelompok militan Filipina.

Salah satu fakta tersebut di antaranya upaya pemerintah Indonesia bekerjasama dengan pemerintah Filipina. 

Selain itu, masih ada 1 WNI yang belum bisa dibebaskan dan masih jadi tawanan serta penculik minta tebusan Rp 8 miliar. 

Dari data yang berhasil dihimpun SURYAMALANG.COM dari Kompas.com berikut 7 fakta pembebasan 2 WNI oleh kelompok militan Filipina, Abu Sayyaf:

1. Diculik Sejak September 2019 

Ketiga nelayan Indonesia ketika dihadapkan dalam rekaman video yang dirilis Abu Sayyaf pekan lalu. Ketiganya ditangkap September lalu, di mana Abu Sayyaf meminta tebusan Rp 8 miliar.
Ketiga nelayan Indonesia ketika dihadapkan dalam rekaman video yang dirilis Abu Sayyaf pekan lalu. Ketiganya ditangkap September lalu, di mana Abu Sayyaf meminta tebusan Rp 8 miliar. (Screengrab from The Star via Kompas.com)

Total ada tiga warga Indonesia yang disandera oleh kelompok militan Filipina, Abu Sayyaf.

Dua dari mereka telah berhasil dibebaskan pada Minggu (22/12).

Kedua WNI tersebut diculik sekitar September 2019 lalu ketika sedang mencari ikan di perairan Lahad Datu, Malaysia.

2. Kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Filipina 

Pembebasan dilakukan berkat kerja sama intensif antara Pemerintah Indonesia dan Filipina melalui berbagai langkah diplomasi.

"Pemerintah Indonesia bekerja sama erat dengan pemerintah Filipina berhasil membebaskan dua WNI yang telah disandera selama 90 hari dari penyanderaan ASG pada 22 Desember 2019.

Satu WNI masih terus diupayakan pembebasannya," menurut Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) melalui siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (22/12/2019).

3. Teknis Diplomasi 

Diplomasi Presiden Jokowi
Diplomasi Presiden Jokowi (KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG)

Menurut Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) langkah diplomasi telah dilakukan pemerintah Indonesia. 

Langkah-langkah diplomasi tersebut antara lain melalui pembicaraan langsung Presiden Joko Widodo dan Presiden Rodrigo Duterte serta Menteri Luar Negeri (Menlu RI) Retno Marsudi dan Menteri Pertahanan Filipina.

Pembicaraan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan koordinasi internal antara Pemerintah RI yang dilakukan oleh Kementerian Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenkopolhukam) RI melalui kerja sama intensif antara badan intelejen Indonesia dan militer Filipina.

4. Detik-detik Upaya Pembebasan 

Kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina
Kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina (THE STAR/ASIA NEWS NETWORK via straitstimes.com)

Berkat upaya diplomasi pemerintah Indonesia dengan berbagai pihak, operasi pembebasan pun berjalan pada 22 Desember 2019.

Operasi pembebasan WNI dilakukan menjelang fajar.

Dalam operasi serangan tersebut, dua militan Abu Sayyaf tewas, demikian dilansir dari Channel News Asia, Minggu (22/12/2019).

Selama 30 menit terjadi kontak tembak antara militer Filipina dengan militan Abu Sayyaf yang berlangsung di kota pegunungan Panamao di Pulau Selatan Jolo.

"Selama tembak-menembak, dua korban berhasil cepat menjauh (dari militan) dan kami mampu menyelamatkan mereka," ujar komandan militer Letnan Jenderal cirilito Sobejana kepada AFP.

Sobejana mengatakan operasi militer sedang dilakukan untuk menyelamatkan tawanan Indonesia lainnya.

"Dia bisa melarikan diri atau militan masih menawannya. Jadi kami akan melakukan serangan lagi," kata Sobejana.

5. WNI Segera Dipulangkan 

Ilustrasi pesawat terbang.
Ilustrasi pesawat terbang. (Sputnik News)

Sementara itu dua WNI yang berhasil dibebaskan yakkni, SM dan ML akan menjalani pemeriksaan kesehatan dan segera direpatriasi (dipulangkan) ke Indonesia.

Sebelumnya, tiga orang WNI diculik ketika tengah mencari ikan di perairan Lahad Datu, Malaysia, sekitar September 2019.

Ketiganya diketahui bernama Maharudin Lunani (48) dan anaknya, Muhammad Farhan (27), serta kru kapal Samiun Maneu (27).

Mereka berasal dari Baubau dan Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

6. Minta Tebusan Rp 8 Miliar 

Sebelumnya tragedi tiga WNI diculik kelompok Abu Sayyaf bukan tanpa tujuan. 

Pasalnya, kelompok Abu Sayyaf minta uang tebusan Rp 8 miliar. 

Permintaan tersebut disampaikan oleh salah satu korban melalui rekaman video yang dirilis ke Facebook pada Sabtu pekan lalu.

Dalam video berdurasi 43 detik yang dirilis pekan lalu, Samiun menyebut diri mereka sebagai nelayan Indonesia dan bekerja di Malaysia.

"Kami ditangkap oleh Kelompok Abu Sayyaf pada 24 September 2019," ujar Samiun dalam bahasa Indonesia.

Mereka meminta perusahaan maupun pemerintah membebaskan mereka.

"Kami meminta kepada Presiden Indonesia untuk membebaskan kami. Mereka (Abu Sayyaf) meminta tebusan 30 juta peso (Rp 8 miliar)," ucap Samiun.

7. Keluarga Juga Diperas  

Dilaporkan juga bahwa keluarga dari salah satu korban mengakui mendapat permintaan tebusan sebelum video tersebut dirilis.

Komisioner Polisi Sabah, Datuk Omar Mammah mengatakan berdasarkan keterangan otoritas Filipina, kelompok itu juga membuat permintaan serupa beberapa hari setelah menangkap.

Namun, Omar enggan menyebutkan berapa jumlah tebusan yang diminta kepada nelayan Indonesia.

Sebab, mereka tidak mengungkap jumlahnya.

 

Siapa Kelompok Abu Sayyaf?

Secara tidak resmi kelompok Abu Sayyaf dikenal sebagai Al Harakat Al Islamiyya.

Al Harakat Al Islamiyya adalah sebuah kelompok separatis yang terdiri dari milisi yang berbasis di sekitar kepulauan selatan Filipina, antara lain Jolo, Basilan, dan Mindanao.

Khadaffi Janjalani dinamakan sebagai pemimpin kelompok ini oleh Angkatan Bersenjata Filipina.

Dilaporkan bahwa akhir-akhir ini mereka sedang memperluaskan jaringannya ke Malaysia, Thailand, dan Indonesia.

Kelompok ini bertanggung jawab terhadap aksi-aksi pengeboman, pembunuhan, penculikan, dan pemerasan dalam upaya mendirikan negara Muslim di sebelah barat Mindanao dan Kepulauan Sulu. 

nggota Abu Sayyaf Ditangkap di Mal, Korban Penembakan Kritis
nggota Abu Sayyaf Ditangkap di Mal, Korban Penembakan Kritis (NET)

Selain itu mereka juga bertanggungjawab menciptakan suasana yang kondusif bagi terciptanya negara besar yang Pan-Islami di Semenanjung Melayu (Indonesia dan Malaysia) di Asia Tenggara.

Nama kelompok ini adalah bahasa Arab untuk Pemegang (Abu) Pedang (Sayyaf).

Abu Sayyaf adalah salah satu kelompok separatis terkecil dan kemungkinan paling berbahaya di Mindanao.

Beberapa anggotanya pernah belajar atau bekerja di Arab Saudi dan mengembangkan hubungan dengan mujahidin ketika bertempur dan berlatih di Afganistan dan Pakistan.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved