Breaking News

Mirip di Wuhan, Warga Manado Juga Makan Kelelawar yang Diduga Asal Virus Corona, Harus Waspada?

Mirip di Wuhan, Warga Manado Juga Makan Kelelawar yang Diduga Asal Virus Corona, Harus Waspada?

Penulis: Frida Anjani | Editor: Adrianus Adhi
Kompas.com
Mirip di Wuhan, Warga Manado Juga Makan Kelelawar yang Diduga Asal Virus Corona, Harus Waspada? 

SURYAMALANG.COM - Mirip di Wuhan China, warga Manado Indonesia juga memiliki kebiasaan untuk mengkonsumsi kelelawar yang diduga asal virus corona

Virus corona sendiri diguga tersebar akibat kebiasaan masyarakat Wuhan yang mengkonsumsi beragam jenis makanan yang berbahan dasar kelelawar

Di Indonesia, kota Manado di Sulawesi Utara juga memiliki kebiasaan makan kelelawar yang sama. 

Mirip di Wuhan, Warga Manado Juga Makan Kelelawar yang Diduga Asal Virus Corona, Harus Waspada?
Mirip di Wuhan, Warga Manado Juga Makan Kelelawar yang Diduga Asal Virus Corona, Harus Waspada? (Kompas.com)

Mewabahnya virus corona di Wuhan China menjadi sorotan dunia. 

Pasalnya, sampai saat ini asal muasal dari virus mematikan tersebut masih menjadi misteri. 

Banyak yang menduga jika penyebaran virus corona terjadi akibat konsumsi makanan dari bahan dasar hewan-hewan liar. 

Hal ini pun yang menjadi daging hewan dan hewan-hewan liar menjadi sorotan media. 

Hal ini diduga karena isu yang menyebar jika virus corona berasal dari hewan liar, termasuk kelelawar.

Isu ini pun membuat salah satu pasar tradisional di Indonesia yang menjual hewan-hewan liar untuk dikonsumsi menjadi sorotan. 

Pasar Tomohon di Manado menjadi pembahasan banyak warga Indonesia.

Meskipun saat ini banyak isu yang menyebar jika virus corona berasal dari kelelawar, masyarakat di Manado masih mengkonsumsi makanan ini. 

Mereka mengaku jika memiliki teknik sendiri untuk mengolah sehingga hidangan berbahan dasar kelelawar dapat dinikmati dengan aman.

Namun berbeda dengan apa yang dirasakan oleh Lingkan Gunde, warga Mapanget, Manado seorang penikmat daging kelelawar.

Lingkan memiliki teknik memasak sendiri untuk mendapatkan rasa yang ia sukai.

Potret pasar hewan di Manado
Potret pasar hewan di Manado (Kompas.com)

Teknik masaknya bertahap, lebih dulu daging kelelawar direbus.

Kemudian, ia menyiapkan bumbu-bumbu untuk digunakan seperti santan, cabai, bawang merah, bawang putih, daun kemangi, batang serai, jahe, dan kunyit.

"Setelah itu diolah. Lebih dulu ditumis bumbunya, kemudian dimasukkan daging kelelawar."

"Lalu, santan ditaruh. Proses masaknya cukup lama, sekitar dua jam sampai santan kering. Yang paling saya suka, sayapnya," kata Lingkan.

Potret pasar hewan di Manado
Potret pasar hewan di Manado (Kompas.com)

Feibe Tampanguma, warga Karombasan, Manado juga mengakui, ia dan keluarganya suka makan kelelawar.

"Tapi, tidak rutin. Dalam sebulan itu hanya satu atau dua kali saya buatkan masakan daging kelelawar buat keluarga," kata Feibe saat di Pasar Pinasungkulan Manado, Selasa (28/1/2020), lapor Kompas.com.

Adanya kabar virus corona yang diduga salah satunya berasal dari kelelawar, Feiby mengaku, ia tidak kuatir.

"Kalau sudah dibersihkan dan dimasak dengan benar, sudah tidak masalah," ujar Feibe.

Menurut dia, masakan daging kelelawar bisa dibuat bervariasi.

"Kalau saya paling banyak dibuat santan kering," kata Feibe yang juga suka makan olahan tikus hutan dan ular.

Pasar Pinasungkulan

Pasar Pinasungkulan Karombasan, Kota Manado, Sulawesi Utara, ramai seperti biasa.

Sejak pagi hari, hiruk pikuk sudah terdengar.

Para pedagang tampak sibuk.

Ada yang menjajakan dagangannya, ada pula yang sedang tawar menawar dengan pelanggannya.

Pasar ini menjadi pilihan penyuka kuliner ekstrem, seperti daging ular, babi hutan, anjing, bahkan kelelawar.

Merebaknya virus corona nyatanya tak terlalu mempengaruhi peminat kuliner ekstrem di Manado.

Joly Adrian, pedagang kelelawar di Pasar Pinasungkulan Karombasan, merasakan memang ada penurunan permintaan setelah virus corona menyebar namun tidak signifikan.

"Tidak dirasakan banyak," kata Joly saat ditemui dikutip dari Kompas.com, Selasa (28/1/2020).

Daging Kelelawar di Pasar Tomohon.
Daging Kelelawar di Pasar Tomohon. (TRIBUNMANADO/DAVID MANEWUS)

Joly juga tidak khawatir dengan isu daging kelelawar jadi penyebab timbulnya virus corona akan mengurangi omsetnya.

Pasalnya, dia sudah punya pelanggan tetap.

Setiap hari ada enam pengusaha katering yang membeli daging kelelawar dari Joly.

Kadang malah ada orang yang datang ke lapaknya untuk memborong semua dagangannya.

"Senin (27/1/2020) kemarin, ada yang borong jualan saya Rp 3 juta," kata Joly yang menjual seekor kelelawar dengan harga Rp 35.000.

Joly pun yakin dagangannya tidak akan jadi sumber penyakit karena hewan itu sudah dibakar sebelum dijual.

Kelelawar dituding sebagai hewan pembawa virus corona karena penyakit ini pertama kali ditemukan di Pasar Hubei yang menjual daging mamalia terbang itu.

Dalam kasus SARS, kelelawar menjadi inang.

Mereka menginfeksi hewan lain melalui kotoran atau saliva dan perantara pun tanpa disadari menularkan virus tersebut kepada manusia.

Dalam 45 tahun terakhir, setidaknya ada tiga pandemi lainnya (selain SARS) yang ditelusuri penyebabnya dari kelelawar.

Imbauan agar tak makan daging kelelawar dari IPB

Masyarakat dianjurkan untuk tidak mengonsumsi daging kelelawar maupun hewan liar lain menyusul wabah penyakit pernapasan, yang timbul akibat virus corona baru, ujar pengajar Institut Pertanian Bogor (IPB), lansir dari BBC.

Meski begitu, ada masyarakat yang tak menghiraukan anjuran itu karena mengonsumsi kelelawar dianggap sebagai tradisi.

Petugas medis membawa seorang pasien yang diduga terinfeksi virus misterius mirip SARS, ke rumah sakit Jinyintan, di Kota Wuhan, China, Sabtu (18/1/2020). Virus misterius mirip pneumonia telah menjangkiti puluhan orang dan menelan korban jiwa kedua di China, menurut pemerintah setempat.
Petugas medis membawa seorang pasien yang diduga terinfeksi virus misterius mirip SARS, ke rumah sakit Jinyintan, di Kota Wuhan, China, Sabtu (18/1/2020). Virus misterius mirip pneumonia telah menjangkiti puluhan orang dan menelan korban jiwa kedua di China, menurut pemerintah setempat. (AFP/STR/CHINA OUT)

Selain kelelawar, Ketua Umum Asosiasi Dokter Hewan Satwa Liar, Aquatik, dan Hewan Eksotik Indonesia, Dokter Huda Darusman menyarankan pemerintah untuk segera mengimbau masyarakat untuk mengurangi interaksi dengan hewan liar lainnya.

Hal itu perlu, kata Huda, karena hewan liar mungkin menyimpan virus yang berbahaya bagi manusia.

Dia menambahkan, tak hanya diimbau tidak memakan, masyarakat juga harus diimbau tidak menangkap atau memelihara hewan liar.

"Butuh ketegasan pemerintah daerah dan tokoh masyarakat. Pemangku adat harus dilibatkan juga," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved