Fakta Lain Isu Benda Purbakala Sebesar Candi Borobudur di Gunung Arjuna, Ternyata Ditemukan 10 Situs

Fakta Lain isu benda Purbakala sebesar Candi Borobudur di Gunung Arjuna, ternyata sudah ditemukan 10 situs sebelumnya.

Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Adrianus Adhi
Suryamalang.com/kolase
Gunung Arjuna, Malang 

SURYAMALANG.COM - Ada fakta lain di samping isu munculnya benda purbakala sebesar Candi Borobudur di lereng Gunung Arjuno, Malang

Fakta itu menyangkut beberapa situs yang sudah ditemukan di sejumlah titik lereng Gunung Arjuno sebelumnya. 

Meski demikian, kabar munculnya benda purbakala sebesar Candi Borobudur belum dipastikan kebenarannya. 

Hal ini seperti pernyataan Balai Pelesatarian Cagar Budaya (BPCB) yang belum menemukan buktinya.

“Minimal harus ada bukti secara historisnya. Dan juga bentang ukuran bangunan purbakalanya,” terang Arkeolog BPCB Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho, Senin (24/2/2020).

Gunung Arjuna di sebelah barat Kota Batu, Jawa Timur
Gunung Arjuna di sebelah barat Kota Batu, Jawa Timur (Wikipedia)

Menurutnya, masyarakat bisa mendorong pemerintah tingkat kabupaten/kota atau propinsi apabila klaim tentang bangunan sebesar candi Borobudur itu kuat.

Dorongan itu sudah termaktub di Undang-Undang (UU) 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

“Jika ditemukan benda purbakala maka harus dilaporkan ke Pemkab atau Pemkot, lalu Pemprov setelah itu Pemerintah Pusat. Dari pusat baru turun kepada kami,” paparnya.

Pria yang biasa disapa Wicaksono itu juga mengatakan belum memanfaatkan teknologi LIDAR (Light Detection and Ranging).

Konon, LIDAR adalah teknologi yang bisa memetakan struktur bangunan di bawah tanah, sehingga proses identifikasi benda purbakala jadi lebih mudah.

“Tapi setahu saya teknologi itu hanya untuk memetakan kondisi permukaan tanah saja,” ucapnya.

Wicaksono pun berniat menggunakan LIDAR di kawasan situs Trowulan pada April 2020 nanti.

Katanya, LIDAR adalah teknologi yang jauh lebih canggih dari google maps dan bisa menampilkan objek yang diukur secara tiga dimensi.

“Teknologi ini fungsinya mempercepat pengukuran. Rencana April kami kerjasama dengan pihak ketiga untuk penggunaan teknologi ini,” pungkas Wicaksono.

Potensi Tersimpan Banyak Benda Purbakala

Fakta lain dari isu penemuan benda purbakala sebesar Candi Borobudur adalah pernyataan dari peneliti sejarah dan arkeolog Universitas Negeri Malang, M Dwi Cahyono. 

Menurut Dwi, jika tahun 1980-an sedikit situs yang ditemuka, namun dua dasawarsa terakhir cukup banyak situs baru yang ditemukan di kawasan Arjuna, yang sebelumnya tertutup tanah dan tumbuhan.

Temuan terbanyak ada di Blok Tambakwatu yang masuk wilayah Kabupaten Pasuruan, mencapai lebih dari 20 situs.

”Penemuan terjadi secara tak sengaja. Kadang terjadi karena kebakaran lahan, kadang karena tanah longsor. Arjuna ini, kan, dikenal banyak memiliki alang-alang sebagaimana disinggung dalam Prasasti Katinden (1395 M). Alang-alang mudah terbakar saat kemarau. Gara-gara kebakaran terkadang ditemukan situs baru,” ucapnya. 

Dwi Cahyono, mengatakan, Arjuna yang ada di perbatasan Malang, Batu, dan Pasuruan, menjadi salah satu gunung yang dianggap suci pada masa lalu.

Gunung lainnya, antara lain Lawu, Wilis, Penanggungan, Kelud, Semeru, dan Kawi.

Benda-benda purbakala yang ditemukan kebanyakan merupakan peninggalan Majapahit dan Singosari.

Dwi mencontohkan, konsentrasi situs terbanyak yang telah ditemukan ada di Tambakwatu.

Di kawasan itu terdapat deretan situs di sepanjang punggung gunung hingga lereng tengah.

Wujudnya mulai dari punden sampai arca megalitik yang dibuat pada masa Majapahit akhir. Dwi pun memperkirakan jumlah situs yang tersebar di Arjuna masih banyak dan belum semuanya ditemukan.

”Rupanya saat Majapahit akhir ada kecenderungan memunculkan kembali tradisi megalitik. WF Stutterheim, arkeolog Belanda, menyebut sebagai neomegalitik,” ucap Dwi.

Arjuna sebagai surga situs sebenarnya tidak kalah dari Penanggungan di sisi utara yang telah lama dikenal sebagai gudang situs. Bedanya, Penanggungan sudah lama dieksplorasi dan diteliti.

”Kalau saya menilai, situs-situs di Arjuna lebih besar bentuknya dibandingkan dengan Penanggungan. Unik dan lebih lengkap,” katanya.

Senada dengan Dwi, arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Mojokerto, Nugroho Harjo Lukito, membenarkan jika kemungkinan di Arjuna masih terdapat banyak situs dan sejauh ini baru sedikit yang ditemukan.

Catatan BPCB sendiri masih kurang dari 10 situs di Arjuna.

”Di Arjuna banyak, tetapi belum tereksplorasi semua. Hanya satu-dua di sisi jalur pendakian yang sudah ditemukan. Mungkin yang lain masih tertutup ilalang. Arjuna bisa dikatakan sebagai kiblat kedua di Jatim setelah Penanggungan,” ujarnya.

Menurut Nugroho situs yang ada di Arjuna tidak hanya peninggalan masa Majapahit dan Singosari, tetapi juga ada masa Airlangga Kediri (abad ke-11 Masehi) yang lebih tua.

Masyarakat masa lalu mengonsepsikan gunung sebagai tempat suci istana para dewa dan leluhur. Karena itu, mereka banyak mendirikan tempat-tempat pemujaan di gunung. 

Sekilas Tentang Gunung Arjuno 

Dengan ketinggian 3.339 mdpl, Gunung Arjuno menjadi gunung tertinggi kedua di Jawa Timur setelah Gunung Semeru sekaligus tertinggi keempat di Pulau Jawa setelah Slamet dan Sumbing.

Gunung Arjuno berada di bawah pengelolaan Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo yang sudah dirintis sejak 1992.

Gunung Arjuno memiliki dua puncak, yaitu Puncak Arjuno dan Puncak Ogal-agil.

Sebagai gunung berapi, Gunung Arjuno terakhir kali erupsi pada 1952.

Legenda

Konon pada jaman dahulu Arjuna pernah melakukan pertapaan yang sangat lama di sebuah gunung Jawa Timur.

Di tengah-tengah pertapaannya, Arjuna mendapatkan kekuatan yang sangat besar, cahaya keluar dari dalam dirinya.

Saking besarnya, kekuatan itu mampu membuat bumi berguncang, halilintar menggelegar di siang bolong, Kawah Condrodimuko menyemburkan laharnya, hujan turun dengan sangat deras hingga mengakibatkan banjir di tanah Jawa dan gunung tempat ia bertapa naik ke atas langit.

Dunia kacau balau kala itu.

Kabar kekacauan itu sampai ke kahyangan.

Merasa khawatir, akhirnya para dewa mengutus satu dari mereka, yaitu Batara Ismaya atau kita kenal dengan sebutan Semar.

Dengan kekuatan saktinya, Semar memotong puncak gunung tempat pertapaan Arjuna dan membangunkan Arjuna dari pertapaannya.

Setelah terbangun dari pertapaannya, kemudian Semar memberikan nasihat kepada Arjuna untuk tidak meneruskan pertapaannya.

Dunia kembali tentram, gunung yang dijadikan tempat pertapaan Arjuna diberi nama dengan serapan dari namanya, yaitu Arjuno dan puncaknya yang dipotong Semar diberi nama gunung Wukir.

Demikian adalah asal-muasal nama gunung Arjuno, diambil dari nama salah seorang tokoh wayang yang melegenda, yaitu Arjuna.

Mitos

Seperti kebanyakan gunung, Arjuno juga menyimpan mitos dan ceritanya sendiri.

Gunung Arjuno menjadi salah satu gunung yang kerap menjadi bahan pembicaraan karena berbagai cerita mistisnya.

Selain itu, Gunung Arjuno juga dipercaya memiliki banyak tempat petilasan sehingga terdapat berbagai pantangan.

Di kawasan Gunung Arjuno memang terdapat cukup banyak petilasan peninggalan Kerajaan Majapahit dan Singasari.

Menurut mitos, petilasan tersebut digunakan oleh orang zaman dulu untuk melakukan ritual atau pertapaan.

Tidak hanya itu, banyak juga yang memercayai bahwa petilasan itu dijaga oleh anak Arjuna dan Bathari Dresnala, yaitu Bambang Wisanggeni.

Masyarakat percaya, bahwa orang yang melakukan pertapaan itu adalah moksa atau menghilang dengan jasadnya.

Orang-orang yang moksa tersebut dipercaya oleh masyarakat masih berada di tempat itu untuk menjaganya sampai waktu yang tidak diketahui.

Pasar Setan atau Pasar Dieng di Gunung Arjuno juga memiliki cerita mistisnya sendiri.

Pasar Setan itu terletak pada area yang sangat luas dan datar.

Di lokasi tersebut juga terdapat beberapa makam.

Beredar cerita dari para pendaki Gunung Arjuno bahwa mereka mendengar suara ramai seperti ketika sedang berada di sebuah pasar.

Tidak hanya itu, kabarnya dulu juga ada pendaki yang berkeliling Pasar Setan dan membeli sebuah jaket.

Keesokan harinya, ketika ia bangun ternyata wilayah sekitarnya sangat sepi dan tidak ada tanda bekas pasar.

Namun jaket yang ia beli di pasar itu masih ada, sedangkan uang kembalian dari pedagang pasar berubah menjadi daun.

Tempat lain yang tidak kalah mistisnya adalah Alas Lali Jiwo.

Dalam Bahasa Indonesia, Alas Lali Jiwo berarti hutan lupa diri.

Sebelum mencapai puncak, setiap pendaki akan menemukan tempat ini.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, jika seseorang memiliki niat jahat ketika melewati Alas Lali Jiwo, maka ia akan dibuat tersesat dan lupa diri.

Sedangkan para ahli spiritual mengatakan bahwa daerah tersebut memang dihuni oleh banyak mahluk halus dan para jin.

Beberapa pendaki juga mengaku pernah mendengar suara gamelan yang kemudian menghilang.

Mitos terakhir yang paling populer adalah terkait ritual ngunduh mantu.

Suara-suara seperti ritual yang ada di acara ngunduh mantu atau pernikahan kerap terdengar di Gunung Arjuno.

Cerita seperti itu sering menjadi bahan pembicaraan masyarakat setempat baik yang tinggal dekat lereng gunung maupun para pendaki.

Para pendaki atau penambang belerang terkadang mendengarkan suara ritual ngunduh mantu berupa suara gamelan jawa yang biasanya digunakan untuk acara pernikahan.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, apabila ada pendaki yang mendengar suara tersebut maka sebaiknya ia menghentikan pendakian ke puncak Gunung Arjuno.

Jika memaksakan untuk naik, biasanya pendaki tersebut akan hilang atau tersesat.

Ada juga 10 tempat yang dikeramatkan di Gunung Arjuno, di antaranya:

1. Onto Boego, masyarakat setempat meyakini bahwa tempat ini dijaga ketat oleh seekor ular naga. Hanya  kalangan tertentu yang dapat bersemedi di tempat ini.

2. Candi Madrim, memiliki bentuk punden dengan 3 teras yang berbeda, dibungkus dengan kain putih, salah satu terasnya menjadi tempat pemujaan.

3. Sendang Dewi Kunti, terdapat sumber air dan tempat diadakan sebuah ritual.

4. Situs Eyang Semar, tempat moksanya (menghilang dari kehidupan) Eyang Semar, seorang dewa penasihat Arjuna. Di tempat ini terdapat patung Semar.

5. Situs Eyang Sekutrem, sebuah bangunan tempat orang-orang berkumpul untuk melakukan ziarah, bangunan ini juga difungsikan sebagai tempat penyimpanan arca.

6. Hyang Sakri, sebuah tempat bersemedi atau pemujaan.

7. Situs Eyang Abiyoso, situs berbentuk punden yang berundak dan telah dipasang pagar di sisi-sisinya

8. Candi Sepilar, sebuah situs arkeologi yang terletak di bagian yoni dan lingga.

9. Mangkutoromo, merupakan situs arkeologi terbesar yang bisa kita jumpai di jalur pendakian, letaknya tidak jauh di bawah Candi Sepilar

10. Pondok Rahayu, sebuah bangunan kuno, nampak seperti gubuk hantu, berada di tengah hutan dan terdapat beberapa Aksara Jawa (tulisan Jawa).

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved