Dosen ITS Kembangkan Sensor Optik Pendeteksi Aliran Darah

Sensor self-mixing interferometer ini juga berpotensi untuk dikembangkan dalam teknologi kesehatan

Penulis: sulvi sofiana | Editor: Dyan Rekohadi
Dok Pribadi
Prof Agus Rubiyanto menunjukkan rangkaian alat Optik Pendeteksi Aliran Darah rancangannya, 

SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof Dr rer nat Agus Rubiyanto MEngSc mengembangkan sensor optik untuk mengukur kecepatan aliran darah.

Aliran darah menjadi salah satu faktor penting dalam memonitoring kesehatan.

Banyak jenis penyakit yang dipengaruhi oleh kondisi aliran darah seseorang.

Daya Tampung Universitas Brawijaya Malang Tahun 2020 Turun, Kuota SNMPTN UB Hanya 4300 Mahasiswa

Bakal Ada 1800 Jamaah Umrah Per Hari yang Gagal Berangkat dari Bandara Juanda Surabaya

 

Profesor yang akrab disapa Ruby ini menjelaskan perlu adanya pengembangan alat kesehatan untuk mendukung pengukuran aliran darah tersebut.

"Penelitian saya mengembangkan sensor self-mixing interferometer sebagai sensor pengukur aliran darah yang dapat diterapkan di dunia kesehatan,"urainya dikonfirmasi SURYAMALANG.COM, Kamis (27/2/2020).

Sensor self-mixing interferometer dikatakan Prof Ruby merupakan suatu sensor optik yang telah banyak dikembangkan oleh ilmuan dalam bebrapa teknologi industri, penelitian, dan lainnya.

"Saya melihat, bahwa sensor self-mixing interferometer ini juga berpotensi untuk dikembangkan dalam teknologi kesehatan," tutur Kepala Pusat Penelitian Sains Fundamental ITS ini.

Selain itu, lanjut Ruby, self-mixing interferometer sendiri merupakan suatu sensor optik di mana cahaya di dalam sensor tersebut dapat berinterpresensi dengan sesamanya.

Berbeda dengan interferometer konvensional, sinyal self-mixing interferometer dapat dipantulkan sendiri di dalam rongga laser.

“Kekuatan gelombang termodulasi dari self-mixing interferometer ini dapat digunakan untuk memperkirakan kecepatan target, yang dalam penelitian ini yakni aliran darah,” ungkap alumnus Optoelekronika dan Aplikasi Laser, Universitas Indonesia ini,

Prof Rubypun mengungkapkan dalam mengembangkan penelitian, bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sensor optik masih tidak banyak ditemui di Indonesia, seperti sensor self-mixing interferometer sendiri bisa ditemui di Eropa.

“Selain itu, kami juga perlu melakukan pemrograman arduino untuk menghubungkan sensor dengan konsep medis mengenai pengukuran aliran darah,” jelas alumnus Universitas Paderborn, Jerman ini.

Selama dua tahun penelitian ini, Ruby dan beberapa mahasiswa magisternya terus mengembangkan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang maksimal nantinya.

“Penelitian ini memang tidak mudah, selain komponennya yang detail juga dibutuhkan sinkronisasi dengan aliran darah dan anatomi tubuh manusia,” paparnya.

Alat pengukur darah yang menggunakan sensor optik ini akan memiliki kelebihan dibandingkan dengan alat pengukur darah konvensional.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved