Breaking News

Fakta-fakta Rasanya Mengidap Virus Corona Diungkap WNA Singapura, Sembuh Setelah 9 Hari Karantina

Fakta-fakta rasanya mengidap virus corona diungkap WNA Singapura, mulai demam hingga sakit kepala, sembuh setelah 9 hari karantina.

Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.COM/kolase BBC/The straittimes
WNA Singapura yang sembuh dari virus corona 

SURYAMALANG.COM - Fakta-fakta rasanya mengidap virus corona diungkap Warga Negara Asing (WNA) Singapura

Fakta ini diceritakan WNA bernama Julie kepada BBC setelah sembuh dari Virus Corona setelah 9 hari dikarantina. 

Dari cerita Julie, terungkap bagaimana virus corona menyerang tubuhnya hingga rasa sakit hebat yang dialami. 

Mengutip Suar.grid.id dari BBC berikut fakta-fakta rasanya mengidap virus corona dari kisah Julie:

1. Demam 

Kisah Julie berawal pada 3 Februari 2020.

"Saat itu saya pertama kali kena demam. Suhu tubuh saya ada di kisaran 38,2 sampai 38,5," ujar Julie.

Kesaksian Julie, pasien Corona asal Singapura yang dinyatakan sembuh.
Kesaksian Julie, pasien Corona asal Singapura yang dinyatakan sembuh. (BBC)

Julie pun merasa tak aneh dengan demam itu..

Julie kemudian menenggak obat flu, Panadol.

"Kondisi tubuhku berangsur baik. Aku hanya merasa agak letih, lalu aku istirahat, tidur seharian," kata Julie.

Bangun tidur, Julie merasa demam itu sudah sepenuhnya hilang.

"Aku benar-benar normal. Bahkan aku tak mengalami pilek atau batuk," ujarnya.

2. Sakit Kepala Hebat

Cara Cepat Redakan Sakit Kepala Berdasarkan Jenisnya, 4 Bahan Alami di Sekitar Kita Bisa Jadi Obat
Ilustrasi sakit kepala (TribunJambi.com)

Tapi, pada 7 Februari 2020, sekitar pukul 3 dini hari, Virus Corona kembali datang 'mengetuk' Julie.

Julie terjaga dari tidurnya karena ia merasakan sangat sakit di kepala.

"Saat itu, kamar tidur saya rasanya berputar," kata Julie, menceritakan bagaimana sakit kepalanya.

3. Dikarantina 

Pasien Nol, Orang Pertama yang Terkena Coronavirus Ini Jadi Sumber Informasi Wabah Dunia
Pasien Nol, Orang Pertama yang Terkena Coronavirus Ini Jadi Sumber Informasi Wabah Dunia (The straittimes)

Kemudian keesokan harinya Julie menuju rumah sakit. 

Julie pun dinyatakan positif terkena Covid-19, alias penyakit flu yang disebabkan Virus Corona.

Julie kemudian ditempatkan dalam ruang isolasi.

Julie mengatakan, mengalami Covid-19 awalnya seperti flu biasa.

4. Susah Bernafas 

Tapi, kemudian puncak serangan datang.

Menurut Julie, saat itu ia sangat sulit untuk bernafas.

"Saat dalam masa kritis, satu hal yang saya rasa sulit lakukan adalah bernafas,"

"Rasanya paru-paruku ini sedang diajak berpacu," kata Julie.

Julie menggambarkan, ketika itu begitu susah untuk bernafas.

"Sangat beda rasanya ketika dalam kondisi normal. Anda mungkin tak akan sadar kalau sedang bernafas," ujar Julie.

5. Susah Bergerak atau Aktivitas 

Karena sulit bernafas ini, Julie merasa kepayahan untuk melakukan sesuatu.

Julie menggambarkan, berjalan dari ranjang ke kamar mandi yang hanya 5 meter misalnya, akan benar-benar melelahkan.

"Aku ingat hal yang tak bisa kulakukan adalah berjalan, karena rasanya sangat susah bernafas,"

"Karena nafas tersengal-sengal, aku tak kuat lama berdiri. Itu hal yang tak pernah terjadi padaku sebelumnya, ketika aku sakit terkena flu biasa," cerita Julie.

6. Sembuh Setelah 9 Hari Dikarantina 

Julie total menjalani karantina selama 9 hari, setelah dinyatakan positif terpapar Virus Corona.

Dokter kemudian menyatakan ia total sembuh dari Covid-19.

Menurut Julie, orang-orang terlalu memandang penyakit ini sebagai hal yang sangat mengerikan.

"Aku merasa, Corona itu sebenarnya hanya flu biasa yang sedang dalam sorotan dunia, sehingga membuat orang-orang khawatir," kata Julie.

"Banyak orang khawatir, karena mereka tak tahu bagaimana virus ini sebenarnya," kata Julie. 

Untuk diketahui, virus corona ini telah menjadi wabah dunia dan telah menelan korban lebih dari 1.000 orang meninggal dunia.

Meski demikian, secara statistik, prosentase pasien yang sembuh, jauh lebih besar daripada yang gagal bertahan hidup.

Bahkan, banyak pasien yang memerlukan waktu rawat lebih cepat, ketimbang beberapa penyakit lainnya.

Seluruh Pasien di Vietnam Bebas dari Corona 

Selain kisah Lisa yang sembuh dari virus corona, angin segar juga berhembus dari negeri Vietnam di tengah kabar penyebaran virus corona yang tak terbendung.

Seban, Vietnam belum lama ini mengumumkan seluruh pasien yang positif terjangkit virus corona telah sembuh. 

Hingga Rabu pekan lalu (26/2/2020), seluruh pasien yang berjumlah 16 orang dinyatakan sembuh dan telah diperbolehkan meninggalkan rumah sakit. Selama 15 hari terakhir, Vietnam menyatakan mereka belum menemukan adanya kasus infeksi terbaru, seperti dilaporkan Al Jazeera Jumat (28/2/2020).

Para warga ramai menggunakan masker agar terhindar dari virus corona.
Para warga ramai menggunakan masker agar terhindar dari virus corona. (Bloomberg)

Kasus terakhir infeksi virus corona terjadi pada 13 Februari di sebuah desa di utara Hanoi, yang ditutup selama 20 hari terakhir.

Mengutip Wakil Perdana Menteri Vu Duc Dam, Kementerian Kesehatan Vietnam menyatakan jika diibaratkan perang, maka mereka baru memenangkan babak pertama.

"Kami belum meraih kemenangan total dalam pertempuran ini karena segalanya tidak bisa diprediksi," jelas Vu merujuk kepada penyebaran virus di seluruh dunia.

Pasien terakhir, seorang pria berusia 50 tahun berinisial NVV, sudah dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang pada Rabu pekan lalu.

NVV diketahui tertular dari putrinya, perempuan 23 tahun berinisial NTD. Keduanya adalah warga distrik Son Loi di provinsi bagian utara, Vinh Phuc.

NTD diketahui adalah satu dari delapan pekerja sebuah perusahaan Jepang yang baru kembali dari Wuhan, kota di China yang menjadi pusat penyebaran virus, pada 17 Januari.

Enam di antara rombongan yang berangkat, termasuk NTD, positif terinfeksi.

Korban termuda adalah bayi berusia tiga bulan, dengan yang tertua 73 tahun.

Proaktif dan Respons yang Konsisten

Dr Kidong Park, perwakilan Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Vietnam menyatakan, kunci sukses Hanoi adalah "respons yang konsisten dan proaktif".

Kasus penyebaran virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu dimulai ketika dua warga China terinfeksi di Ho Chi Minh City pada 23 Januari.

Pemerintah pusat akhirnya mendeklrasikan virus SARS-Cov-2 itu sebagai darurat nasional pada 1 Februari, tatkala enam orang resmi terjangkit.

Kemudian 13 Februari, kementerian kesehatan memerintahkan isolasi terhadap 10.600 penduduk Son Loi selama 20 sejak lebih banyak kasus ditemukan.

Park menjelaskan, Hanoi mengaktifkan sistem respons mereka dengan mengintensifkan pengawasan, menggalakkan pengujian laboratorium.

Kemudian memastikan tidak ada infeksi di fasilitas kesehatan, menyegel informasi negatif atau hoaks, hingga kolaborasi dari berbagai sektor.

Belum Ada Obatnya

Wakil Menteri Kesehatan Nguyen Thanh Long pernah menuturkan pada Februari, belum ada vaksin yang ampuh untuk menyembuhkan virus corona.

Karena itu, mereka hanya mengandalkan prinsip dasar, di mana pekerja medis diharuskan mengikuti sejumlah protokol untuk menilai tingkat keparahan infeksi.

Pertama, dokter harus merawat orang yang menunjukkan gejala.

Kemudian pasien bakal mendapat level perawatan tinggi di mana mereka juga melakukan diet.

Kemudian tahap ketiga menurut Nguyen adalah, tim medis harus terus memperhatikan tingkat penyerapan oksigen dalam darah si pasien.

Selain berjibaku di rumah sakit, Hanoi juga melakukan perlindungan kepada siswa dengan tetap meliburkan kegiatan belajar mengajar.

Jutaan murid dari 63 kota dan provinsi seantero Vietnam hingga saat ini masih belum bersekolah sejak ditutup pada Tahun Baru Imlek.

Sumber: Suar.id
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved