Berita Malang Hari Ini
Muktamar Muhammadiyah ke-48, Digelar Kolokium Nasional Interdisipliner di Sengkaling Convention Hall
menyambut Muktamar Muhammadiyah ke-48. Hadir di acara itu Prof Dr Haedar Nashir MSi, Ketua PP Muhammadiyah dan Menko PMK Prof Dr Muhadjir Effendy
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM, DAU - Kolokium Nasional Interdisipliner dibuka Jumat (6/3/2020) di Sengkaling Convention Hall bertema "Konsolidasi Kaum Muda Muhammadiyah untuk Memajukan Indonesia dan Mencerahkan Semesta”.
Acara ini adalah menyambut Muktamar Muhammadiyah ke-48. Hadir di acara itu Prof Dr Haedar Nashir MSi, Ketua PP Muhammadiyah dan Menko PMK Prof Dr Muhadjir Effendy MAP.
Usai Haedar tampil dilakukan launching dan penyerahan buku “Dari Muhammadiyah Untuk Bangsa” dari Wakil Rektor II UMM Dr Nazarudin Malik MSi padanya. Buku ini merupakan versi jurnal Muhammadiyah Studies.
Dalam sambutannya, Rektor UMM Dr Fauzan MPd menyatakan cendekiawan muda Muhammadiyah harus punya resonansi serta tanggungjawab nasional.
Tak hanya pandai berpikir dan menggagas, tapi juga bisa mengeksekusi ide-ide brilian itu. Dan kolokium ini hanya awal, tambah rektor. Sedang Haedar menyatakan cendekiawan harus bisa menangkap isi dari sesuatu yang tampak.
"Cendekiawan Muhammadiyah harus berpikir substantif agar tak salah dalam merekonstruksinya," pesan Haedar.
Sedang Menko PMK Prof Dr Muhadjir Effendy MAP menyatakan salah satu problem anak muda di Indonesia adalah ketimpangan dalam wacana. Hal ini akibat dari ketimpangan struktural serta spasial.
"Sama dengan kemiskinan intelektual di Indonesia sebanding lurus dengan kemiskinan lainnya. Ketimpangan struktural ini dibangun oleh negara dan bukan sehingga membuat ketimpangan anak muda makin melebar," kata mantan Mendikbud ini.
Ada yang sangat canggih bisa memikirkan 40 tahun ke depan. Tapi ada juga yang tidak bisa bahkan setahun kedepan. Sedang ketimpangan spasial karena letak geografis. Sehingga anak muda kota dan bukan makin melebar.
"Yang di kota besar begitu mudah aksesnya ke dunia global dan terpikat karena melihat dengan mata kepala sendiri. Tapi dia lupa di bagian Indonesia yang lain ada yang timpang," jawabnya.