7 Pasien Orang Dalam Pantauan di RS Unair Negatif Virus Corona, 2 Orang Lagi Masih Dirawat

Sejak merebaknya virus Covid-19 hingga saat ini, RS Universitas Airlangga (Unair)telah menerima sembilan pasien berstatus Orang Dalam Pemantauan(ODP)

Penulis: sulvi sofiana | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Sulvi Sofiana
Dr Alfian Nur Rosyid SpP, Prof Dr Nasronudin SpPD, Prof Dr Muhammad Amin SpP dan Dr Ardian Cahya Laksana spOG saat memberi keterangan pers, Rabu (11/3/2020) 

SURYAMALANG.COM, SURABAYA - RS Unair mengumumkan adanya 7 pasien berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP) yang mendapat perawatan khusus sudah dinyatakan negatif virus corona.

Tapi masih ada 2 pasien ODP lagi yang kini menunggu hasil tes laboratorium.

Sejak merebaknya virus Covid-19 hingga saat ini, RS Universitas Airlangga (Unair) telah menerima sembilan pasien berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP).

Mantan TKW Asal Blitar Menikah dengan Cowok Bule Swiss, Perjuangan di Masa Lalu Berbuah di Masa Kini

Iuran BPJS Kesehatan Batal Naik, Dirut Fachmi Idris Mengaku Belum Dapat Amar Putusan MA

5 Modal Kuat Arema FC Kalahkan PSIS Semarang, Mahesa Jenar Punya Taktik Lihat Kelemahan Lewat Video

Mereka yaitu orang yang datang dari negara yang terjangkit Covid-19 atau baru berinteraksi dengan orang dari negara terjangkit.

Dan selama waktu 14 hari dari kedatangan, muncul gejala panas, batuk, dan sesak.

Tim Satgas Corona RS Unair, dr Alfian Nur Rosyid SpP mengungkapkan dari sembilan pasien tersebut, tujuh pasien telah di swap reagen Covid -19 dan dinyatakan negatif.

"Yang dua ini baru masuk dua hari ini, dan baru tadi (11/3/2020) di swap kemudian dikirim ke Kemenkes. Prosesnya tujuh hari untuk hasilnya, "paparnya dalam konferensi pers di RS Unair, Rabu (11/3/2020).

Dr Alfian memaparkan dua ODP ini merupakan WNI, satu ODP dari Jepang dan diterima melalui krisis center .

Sementara satu pasien lainnya baru saja berkontak dengan orang dari luar negeri dan merupakan rujukan dari rumah sakit luar kota.

"Aktivitas dengan orang asing ini dilakukan di Jakarta dan saat pulang ke Jatim pasien demam dan mengalami sesak nafas, "lanjutnya.

Lebih lanjut, Dr Alfian menjelaskan kedua pasien menunjukkan gejala demam dan batuk berdahak. Bahkan saat masuk mereka juga mengeluhkam sesak nafas.

"Tetapi sekarang sesak nafasnya sudah hilang. Kalau dinyatakan negatif dan gejala klinisnya membaik maka kami izinkan pulang. Sekarang masih di ruang isolasi, "urainya.

Sementara itu, RS Unair telah bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur untuk memasang tenda di depan instalasi gawat darurat (IGD).

Tenda tersebut dimanfaatkan sebagai tempat crisis center RSUA.

Serta memilah pasien khusus antara virus korona dan pasien lainnya agar tidak terganggu, serta mengurangi pasien superinfeksi.

"Sementara di crisis center beberapa WNA mulai dari Belanda, Cina dan sejumlah negara lain. Tetapi mereka statusnya sehat, sehingga diizinkan pulang, "kata Dr Alfian.

Setiap harinya, ada sekitar 40 sampai 50 pasien yang memeriksakan diri ke crisis center.

Mulai dari keluhan sakit dengan riwayat kunjungan negara terjangkit hingga karena panik.

Sementara itu, Direktur RSUA Prof dr Nasronudin mengungkapkan kunjungan di crisis center menunjukkan kesadaran pasien dalam memeriksakan diri.

Hal itu menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat kian baik terhadap virus korona.

’’Di Crisis Center kami lakukan screening untuk mengelompokkan pasien yang masuk kategori orang sakit dalam pemantauan (ODP) atau pasien dalam pengawasan (PDP),’’ katanya.

Sementara itu, hingga saat ini  alat pelindung diri di RS Unair sudah cukup memadai.  Hanya saja sudah mulai terbatas.

"Tapi kami cukup terbantu karena mendapat bantuan 1.000 masker dari BPBD, "ujarnya.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved