Penanganan Virus Corona di Malang
Proses Penanganan Pasien Suspect Virus Corona di RS Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang
Dokter butuh keahlian khusus untuk menangani pasien yang memiliki penyakit menular.
Penulis: Mochammad Rifky Edgar Hidayatullah | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Dokter butuh keahlian khusus untuk menangani pasien yang memiliki penyakit menular.
Terutama dalam menangani kasus virus corona atau Covid-19 yang kini telah merebak di Indonesia.
Penyakit yang telah menyebar di beberapa negara tersebut kini menjadi perhatian khusus dari semua lapisan masyarakat, termasuk dokter.
Dokter diharuskan untuk menjaga dirinya sendiri agar tidak terlular dari penyakit yang diderita oleh pasien.
Keahlian inilah yang harus diperhatikan saat menangani pasien yang memiliki penyakit menular seperti Covid-19.
Wakil Direktur RS Saiful Anwar (RSSA) Malang, dr Syaifullah Asmiragani menyampaikan dokter telah memiliki standar operasional prosedur saat menangani pasien dengan penyakit menular.
Seperti halnya pada saat menangani Covid-19, setiap dokter diharuskan untuk memakai masker saat menangani pasien.
Hal ini dilakukan untuk meminimalisir risiko penularan penyakit dari pasien.
"Sebenarnya pasien yang terduga Covid-19 ataupun sudah positif Covid-19, kami perlakukan sama. Dan kami anggap semua menular," ucap Syaifullah kepada SURYAMALANG.COM Sabtu (14/3/2020).
Saat ini sudah ada delapan pasien suspect Covid-19 yang telah dirawat di RSSA Malang.
Dari delapan orang tersebut, tinggal dua orang yang kini sedang dalam perawatan.
Termasuk seorang mahasiswa yang dirawat karena terduga suspect virus corona.
Dalam menangani pasien tersebut, para dokter juga diharuskan untuk menjaga kehigenisan personal.
Setelah menangani pasien suspect virus corona, dokter diharuskan untuk mandi dengan menggunakan sabun antiseptik khusus.
Hal itu juga berlaku pada cleaning servis yang setiap hari membersihkan ruangan khusus bagi pasien virus corona di RSSA Kota Malang.
Karena kata Syaifullah, dokterlah orang yang paling rawan terkena penularan penyakit tersebut.
Maka dari itu, seorang dokter harus menjaga dirinya sendiri agar tidak ketularan dan tidak menularkan ke orang lain.
"Misalkan dokter yang menangani kasus itu sehari dua kali ya keluar ruangan harus mandi lagi. Jadi sehari bisa 2-3 hari mandi. Begitu juga untuk cleaning servis yang membersihkan ruangan," ucapnya.
Pria yang juga menjadi kepala koordinator dokter khsusus Covid-19 di RSSA itu juga meminta dokter agar bisa menjaga kondisi psikis dari pasien.
Mengingat pasien yang telah dirawat itu mengalami ketakutan yang luar biasa karena mengidap penyakit yang menular.
Pasien juga merasa kesepian karena berada di ruangan yang telah diisolasi.
Untuk itu, setiap dokter wajib memberikan pemahaman kepada pasien tentang penularan penyakit yang diderita oleh pasien.
Sembari mengajak berbicara pasien agar pasien tidak merasa kesepian lagi.
"Kami bersyukur, semua pasien yang dirawat kondisinya baik, termasuk mahasiswa UB itu. Sebenarnya masyarakat kita ini kurang pemahaman saja."
"Melalui pemahaman yang kami berikan lewat jurnal-jurnal nasional yang kami miliki itulah, cara kami untuk menenangkan mereka," ucap Syaifullah.
Untuk itu, dia meminta kepada masyarakat agar tidak cemas dalam menyikapi kasus virus coronan.
Dia menyampaikan, bahwa sebenarnya virus SARS lebih berbahaya daripada virus coronan.
"Angka kematian SARS ini lebih tinggi dibandingkan virus corona. Hanya saja penyebaran virus corona ini lebih cepat dibandingkan SARS," tandasnya.