Breaking News

Virus Corona di Malang

7 Orang Positif Corona di Malang Jalani Isolasi di Rumah, APD dan Tempat Tidur RS Terbatas

Alasan orang positif corona tidak sebaiknya dilarikan ke rumah sakit, karena rumah sakit hanya diperuntukkan bagi orang sakit.

Penulis: Mohammad Erwin | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Mohammad Erwin
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Arbani Mukti Wibowo 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Sebanyak 18 orang di Kabupaten Malang telah terkonfirmasi positif virus corona, Senin (20/4/2020).

Data dari Satgas Covid-19 menyebutkan, 18 orang yang positif Covid-19, enam orang di antaranya telah dinyatakan sembuh dan satu orang meninggal dunia.

Sedangkan yang masih dirawat di rumah sakit, berjumlah empat orang.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, drg Arbani Mukti Wibowo menerangkan, sejauh ini ada tujuh orang positif virus corona yang sedang jalani isolasi mandiri di rumah masing-masing.

Tujuh warga yang menjalani isolasi mandiri itu merupakan warga Kecamatan Ampelgading, Bululawang, Lawang, Ngajum, Pagelaran dan Pakis.

Alasan penanganan pasien corona dengan menjalani isolasi di rumah adalah karena ketujuh orang tersebut tak menunjukkan berbagai gejala sakit meskipun terkonfirmasi positif virus corona.

"Ada orang positif corona yang sedang jalani isolasi mandiri di rumah. Jumlahnya tujuh orang. Mereka tak menampakkan gejala. Orang tanpa gejala harus karantina di rumah dan karantina mandiri tidak interaksi langsung dengan keluarga. Peratalan makan dan sebagainya harus disendirikan agar tidak campur dengan keluarganya," beber Arbani ketika dikonfirmasi, Senin (20/4/2020).

Arbani menambahkan, orang positif corona yang sedang jalani isolasi mandiri di rumah juga berpotensi menularkan Covid-19 bagi anggota keluarga.

"Memang harus sendirian isolasi mandiri. Ada kasus di Bululawang istrinya tertular dari suaminya," ujar pria berkacamata itu.

Alasan orang positif corona tidak sebaiknya dilarikan ke rumah sakit, kata Arbani rumah sakit hanya diperuntukkan bagi orang sakit.

Pertimbangannya, lebih memprioritaskan pasien yang sakit parah agar mendapat perawatan.

"Jika semua yang terkonfirmasi positif semua dilarikan ke rumah sakit, jadinya tempat tidur yang tersedia bisa tidak muat. Kalau ada pasien yang lebih butuh dan kondisinya sakit parah, maka yang terjadi adalah, pasien yang sakit akan tidak mendapat ruang di rumah sakit," ungkap Arbani.

Pemerintah Kabupaten Malang masih memikirkan solusi terkait penanggulangan Covid-19.

Mempunyai dana Rp 112 miliar untuk penanggulangan Covid-19, Pemkab Malang sejauh ini menggunakannya untuk pembagian sembako, rapid test dadakan di Kecamatan Lawang dan Kepanjen serta kebutuhan lainnya yang memerlukan uang.

Di sisi lain, tenaga medis di Kabupaten Malang harus menghadapi kenyataan susahnya mendapatkan alat pelindung diri (APD) dan masker.

Bantuan sosial berupa APD dari masyarakat dan organisasi sosial sejauh ini dirasa membantu keselamatan tenaga medis.

Seperti yang diungkapkan oleh Direktur Rumah Sakit Bala Keselamatan Bokor, dr Indrawati.

Kebutuhan alat pelindung diri bagi tenaga medis di rumah sakit itu cukup tinggi.

Dalam sehari, tenaga medis di RS Bala Keselamatan Bokor menghabiskan 200 masker medis.

Penggunaan hazmat atau baju APD juga tak kalah boros.

Petugas IGD dan dokter spesialis bisa menghabiskan 25-30 baju hazmat dalam sehari untuk melindungi dirinya dari penularan virus.

Semua jenis APD penggunaanya satu kali pakai.

Indrawati menilai, bantuan APD kali ini bisa meningkatkan keselamatan tenaga medisnya saat menangani pasien. Ada delapan pasien dalam pengawasan (PDP) yang tengah menjalani perawatan di RS Bala Keselamatan Bokor. Dua diantaranya telah dirujuk ke RSUD Kanjuruhan.

"Kami berterimakasih banyak. Selama ini selain dari bantuan, kami dapat dari rekan-rekan yang kami hubungi. Stok memang terbatas," kata Indrawati.

Penghematan penggunaan masker N95 dilakukan oleh Rumah Sakit Wava Husada, Kepanjen, Kabupaten Malang.

Direktur RS Wava Husada, dr Dwi Bambang Ari Wibowo menerangkan, keterbatasan alat pelindung diri (APD) dan alat uji tes Covid-19 jadi kendala yang dihadapi semua rumah sakit di Kabupaten Malang. Tak terkecuali rumah sakit yang ia kelola.

”Uji tes itu (Covid-19) hanya bisa dilakukan di Surabaya, maka mengakibatkan terjadi penumpukan pasien yang belum teridentifikasi,” ujar Bambang.

Keterbatasan APD disiasati dengan penggunaan sinar ultraviolet (UV).

Ada lemari UV yang digunakan untuk sterilisasi masker N95.

Sehingga masker N95 bisa digunakan sampai 4 kali.

“Ada lemari UV. Masker N95 kami letakkan di lemari itu dan berhasil diuji bebas bakteri. Fungsinya mensterilkan masker. Ini dilakukan untuk menghemat masker N95," kata Bambang.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved