Berita Arema FC Hari Ini

Pemain Arema FC Asal Demak Ini Harus Kehilangan Kegemarannya di Bulan Ramadan

Salah satu pemain rekrutan baru Arema FC itu juga tidak bisa menikmati budaya lokal daerahnya di bulan Ramadan.

Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Dya Ayu
Taufik Hidayat saat dikenalkan sebagai pemain Arema FC musim 2020. Ia tak sabar untuk bertandinga melawan mantan timnya, PSIS Semarang 

SURYAMALANG.COM - Ada rutinitas atau tradisi probagdi yang hilang yang dirasakan pemain  Arema FC, Taufik Hidayat  di masa bulan ramadan saat ini.

Karena kondisi wabah virus corona, bek kiri Arema FC itu kini harus merelakan untuk tidak bisa bereuni, berkumpul dengan rekan-rekan lamanya.

Salah satu pemain rekrutan baru Arema FC itu juga tidak bisa menikmati budaya lokal daerahnya di bulan Ramadan

Di tahun-tahun sebelumnya, Taufik Hidayat biasanya memanfaatkan momen Ramadan untuk bertemu dengan teman-teman lamanya.

Reunian menjadi salah satu kegiatan yang cukup dinantikan Taufik Hidayat jelang Idul Fitri.

Masa-masa Ramadan memang menjadi momen yang pas untuk menyambung silahturahim.

Namun, saat ini dia dan kawan-kawan harus menahan diri.

Semua memang memaklumi , banyak kegiatan harus dibatalkan untuk menaati imbauan physical distancing imbas dari pandemi virus corona.

"Pastinya sangat berbeda karena adanya pandemi ini. Yang biasanya ngabuburit sambil reuni sama teman SMA atau SMP sekarang tidak bisa. Semuanya jadi sepi," kata pemain asal Demak itu kepada Kompas.com (Grup SURYAMALANG.COM), Jumat (8/5/2020).

"Namun, tetap ambil positifnya karena ini semua demi kebaikan kita semua. Ya semoga wabah ini cepat berlalu," katanya. Selain itu, tahun ini, Taufik Hidayat tidak dapat melihat Dugderan dan juga Ngangklang.

Padahal, dua festival tersebut menjadi hajatan besar masyarakat Semarang dan sekitarnya setiap bulan Ramadhan tiba.

"Biasanya ada, di sini namanya Dugderan. Biasanya H-14 sebelum Ramadhan sampai H+14, ya sekitar sebulanan. Namun, sekarang ditiadakan karena pandemi ini," ucap pemain kelahiran 20 Maret 1993 itu.

Dugderan sendiri adalah sebuah festival tradisi kuno yang sudah ada sejak tahun 1882.

Biasanya, acara ini dibuka secara simbolis oleh kepala daerah yang dilanjutkan dengan arak-arakan dan juga perayaan.

Kegiatan ini selalu sukses menjadi pusat perhatian khususnya pada malam hari.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved