Virus Corona di Jatim

Persi Jatim Siapkan RS Non Rujukan Tangani Covid-19, Berfungsi Sementara Jika RS Rujukan Penuh

Seharusnya perawatan pasien yang OTG dan ODP dan rapid test nya positif ini bisa di rumah asal masyarakatnya disiplin.Tapi nyatanya tidak demikian

Penulis: Wiwit Purwanto | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Wiwit Purwanto
Dr Dodo Anondo, MPH,  Ketua Persi Jatim 

SURYAMALANG.COM, SURABAYA – Upaya dari berbagai elemen dalam penanganan percepatan pandemi Covid-19 terus dilakukan.

Salah satu garda terdepan dalam penanganan ini adalah peran serta dari rumah sakit (RS) dalam pelayanan dan penyediaan kamar bagi pasien Covid-19.

“Ada 384 rumah sakit di Jawa Timur baik milik swasta dan milik pemerintah yang sudah mendapat SK dari Gubernur untuk dijadikan RS rujukan Covid-19 sudah siap  menangani pasien Covid-19,” kata dr Dodo Anondo, MPH  Ketua Persi Jatim , Sabtu (16/05/2020).

Sebaran kesiapan rumah sakit rujukan ini kata Dodo tidak semuanya sama karena tergantung kelas dari masing masing arumah sakit.

Misalnya kelas B tentunya sudah siap dengan ruang isolasi khusus yang jumlah nya lebih banyak daripada kelas C atau kelas D.

 “Kalau kelas B tentunya sudah lebih siap ruang isolasinya , sudah cukup banyak,” katanya.

Dalam penunjukkan RS rujukan ini kata Dodo tidak ada standarisasi khusus tapi ditunjuk oleh Gubernur menyesuaikan lokasinya yang menyebar di Jawa Timur.

Dalam perjalanan RS rujukan  ini menambah terus ruang isolasinya agar banyak lagi jumlah pasien Covid-19 yang bisa tertampung.

Apakah siap dengan jumlah pasien terkonfirmasi positif di tambah lagi ODP dan OTG yang reaktif rapid test positif untuk masuk dalam rumah sakit agar mendapat lebih intensif lagi pengawasannya.

Menurutnya di Surabaya saja sebagai contoh dengan jumlah pasien yang terus bertambah membutuhkan tambahan ruang isolasi dan tempat karantina bagi mereka yang ODP dan OTG.

“Kalau ini masuk ke RS Rujukan semua jelsan tidak tertampung,” tukasnya.

Beberapa hari lalu pihaknya bersama IDI meminta kepada Pemkot Surabaya untuk menyediakan tempat atau membuat rumah sakit khusus untuk penanganan  mereka yang termasuk ODP dan OTG yang reaktif positif dalam rapid test.

RS rujukan ada, RS Soetomo, ada RSAL, RSUA Unai. RS Syaiful Anwar, RS SOedono Madiun.  

Swasta bukan rujukan uama tapi RS Rujukan. Kalau sudah penuh kirim ke RS Rujukan Utama.

Apakah siap, pasti siap, permasalahannya sekarang jumlah pasien yang masuk RS ini yang confirm positif itu banyak. Sehingga daya tampung tidak mencukupi.

Sebelumnya kata Dodo di Surabaya ada rumah sakit khusus untuk ini, yakni  RSKI Unair, dengan fasilitas tempat tidur 140 buah, tapi begitu dibuka langsung penuh.

“Kita usulkan ke Pemkot bagaimana ada tambahan RS khusus tampaknya ada tanggapan positif dengan bekerjasama dengan RS Husada Utama dan Siloam, “ lanjutnya.

Di RS Husada Utama sekarang disiapkan 150 tempat tidur dan ada aula yang bisa untuk 500 orang. Lalu di Siloam juga sudah menyiapkan 40 tempat tidur termasuk paviliunnya.

 “Tapi kan peralatannya belum siap, “ lanjutnya.

Seharusnya kata Dodo, perawatan pasien yang OTG dan ODP dan rapid test nya positif ini bisa di rumah asal masyarakatnya disiplin.

“Tapi kan tidak, makanya disediakan RS karantina untuk itu ada bekas gedung pusat litbang di Jalan Indrapura dan Asrama Haji,” kata Dodo.

Karena kedua gedung ini belum siap digunakan maka sebagai gantinya disiapkan hotel untuk karantina agar pantaunnya efektif.

Dalam layanan rumah sakit rujukan yang ada selama pandemi ini sudah dilakukan. Karena pandemi ini sesuatu yang mendadak tidak bisa diprediksi sekarang kondisi rumah sakit ini penuh.

Rumah sakit tetap memberikan layanan optimal, tidak hanya maksimal. Sisitem rujukan jangan sampai ada yang tidak terlayani.

“Makanya sekarang ada RS yang non rujukan juga siap membantu , nah kalau RS rujukan sudah ada yang kosong baru dipindahkan,” ungkapnya.

Yang tak kalah penting dalam masa pandemi ini adalah adanya perubahan perilaku masyarakat. “Perilaku hidup bersih dan sehat, kemana mana sudah mengenakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, pulang dari luar rumah langsung cuci tangan, mandi dan ganti baju, ini adalahg aspek positif,” paparnya.

Di Jawa Timur kata Dodo, Persi memiliki sebaran 8 kordinator wilayah (korwil).

Sebaran RS swasta dan pemerintah Persi punya 8 Korwil di Jatim. Misalnya Korwil Timur ada Besuki Banyuwangi dan Jember.

Di Jember ada RS dr Subandi, di Banyuwangi ada RS Blambangan, di Surabaya ada 20 an RS rujukan.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved