Virus Corona di Malang
UPDATE Virus Corona di Malang Batu Surabaya Jatim Hari Ini 10 Juni 2020: Positif 174 Sembuh 72 orang
Update virus corona di Malang Batu Surabaya Jatim hari ini 10 Juni 2020: positif 174 sembuh 72 orang
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.COM, MALANG - Berikut update virus corona di Malang hari ini Rabu 10 Juni 2020 termasuk di Batu.
Dari update virus corona di Malang hari ini jumlah kasus positif corona termasuk di Kabupaten Malang total 174 orang.
Sementara jumlah kasus orang virus corona di Kota Malang dan Kabupaten Malang 72 dan jumlah ODP 1426.
Kemudian di Batu, jumlah kasus positif virus corona 38 dan yang dinyatakan sembuh baru 3 orang.
Di Surabaya jumlah kasus positif virus corona mencapai 3360 dan yang dinyatakan sembuh 867 orang.
Agar lebih rinci, simak rangkuman update virus corona di Malang hari ini termasuk di Kabupaten Malang, Batu Surabaya dan Jawa Timur berikut ini:
- update virus corona di Malang hari ini
Pasien Positif Covid-19 = 71 orang
Pasien Sembuh Covid-19 = 33 orang
Pasien Dirawat Covid-19 = 34 orang
Pasien Meninggal Dunia Covid-19 = 4 orang
ODP (Orang Dalam Pemantauan) = 932 orang
PDP (Pasien Dalam Pengawasan) = 276 orang
- update virus corona di Kabupaten Malang
Pasien Positif Covid-19 = 103 orang
Pasien Sembuh Covid-19 = 39 orang
Pasien Dirawat Covid-19 = 12 orang
Isolasi di rumah = 21 orang
Gedung observasi = 13 orang
Pasien Meninggal Dunia Covid-19 = 18 orang
ODP (Orang Dalam Pengawasan) = 494 orang
PDP (Pasien Dalam Pengawasan) = 340 orang
- update virus corona di Batu
Pasien Positif Covid-19 = 38 orang
Pasien Sembuh Covid-19 = 3 orang
Pasien Dirawat Covid-19 = 8 orang
Isolasi di Rumah = 1 orang
Isolasi di Shelter = 24 orang
Pasien Meninggal Dunia Covid-19 = 2 orang
ODP (Orang Dalam Pemantauan) = 301 orang
PDP (Pasien Dalam Pengawasan) = 79 orang
- update virus corona di Surabaya
Pasien Positif Covid-19 = 3360 orang
Pasien Sembuh Covid-19 = 867 orang
Pasien Dirawat Covid-19 = 2197 orang
Pasien Meninggal Dunia Covid-19 = 296 orang
ODP (Orang Dalam Pemantauan) = 3942 orang
PDP (Pasien Dalam Pengawasan) = 3388 orang
- update virus corona di Jawa Timur
Pasien Positif Covid-19 = 6499 orang
Pasien Sembuh Covid-19 = 1681 orang
Pasien Dirawat Covid-19 = 4182 orang
Pasien Meninggal Dunia Covid-19 = 530 orang
ODP (Orang Dalam Pemantauan) = 25801 orang
PDP (Pasien Dalam Pengawasan) = 7579 orang
*Catatan: angka persebaran covid-19 di atas dapat berubah sewaktu-waktu.
Data di atas dikutip dari http://infocovid19.jatimprov.go.id dan https://lawancovid-19.surabaya.go.id/
- Berikut update berita terkait corona di Malang, Batu, Surabaya dan Jawa Timur:
1. RS Prima Husada Singosari Disebut Tak Layak Jadi RS Rujukan Covid-19

Rumah Sakit Prima Husada memberikan penjelasan usai disebut-sebut tak layak sebagai rumah sakit rujukan COVID-19 di Kabupaten Malang.
"Kami menyampaikan apa dulu yang disebut klaster itu, apa benar yang disampaikan seperti itu?" ucap Dirut RS Prima Husada, Ahmad Rousdy Noor mempertanyakan ketika dikonfirmasi.
Rousdy menceritakan awal mula rumah sakit yang ia pimpin menjadi RS rujukan COVID-19.
RS Prima Husada mulai ditunjuk sebagai RS rujukan bagi pasien covid-19 sejak 22 Maret 2020.
”Pertimbangannya memang harus ada rumah sakit yang mau jadi rujukan (bagi pasien covid-19). Jika tidak ada jadi pusing bagaimana caranya menangai pandemi ini," jelas Rousdy.
Rousdy berpendapat analisa penentuan diagnosa pasien COVID-19 tidak semudah membalik telapak tangan. Karena membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
"Tetapi untuk diagnosa covid-19 pasien konfirmasi positif bukan sesuatu yang mudah dan butuh waktu, gak bisa dengan waktu 1 detik, 1 menit menyatakan ini adalah pasien corona," beber Rousdy.
Orang nomor satu di rumah sakit swasta yang berlokasi di Singosari itu menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang mengkritisi kinerja rumah sakit yang ia kelola.
"Kami berterimakasih atas semua pendapat yang dilontarkan kepada pelayanan rumah sakit ini," kata pria bergelar MMRS ini.
Pada situasi pandemi ini, Rousdy meminta seluruh pihak termasuk media untuk bersinergi dalam upaya pencegahan penularan virus corona.
"Butuh kerjasama lintas sektoral guna menangani COVID-19," sarannya.
Sementara itu, Bupati Malang, Muhammad Sanusi tetap meminta Puskesmas dan fasilitas kesehatan di wilayah Malang Utara tidak merujuk pasien COVID-19 ke Rumah Sakit Prima Husada.
"Kepada Dinas Kesehatan dan Puskesmas agar tidak merujuk pasien ke (Rumah Sakit) Prima Husada," ujar Sanusi.
Perintah Sanusi tersebut didasari pada dugaan rumah sakit yang berlokasi di Singosari itu ditengarai sebagai klaster penularan COVID-19 di Malang Utara.
"Ini dikarenakan salah satunya penyebaran COVID-19 dari sana (RS Prima Husada)," ujar pengusaha tebu asal Gondanglegi itu.
Sanusi menyadari penularan COVID-19 di wilayah Malang Utara masih terus masif.
Guna menekan penyebaran virus corona di wilayah tersebut Sanusi meminta Satgas New Normal Life Kabupaten Malang melakukan tracing atau pelacakan secara menyeluruh di tiga kecamatan.
"Lakukan tracing di Kecamatan Lawang, Singosari dan Karangploso. Tiga kecamatan tersebut lonjakannya besar. Maka dari itu kita selesaikan (tracing)," ujar politisi PDI Perjuangan itu.
Sementara itu, Komandan Satgas New Normal Life Kabupaten Malang, Letkol Inf Ferry Muzawwad menilai RS Prima Husada tidak layak dijadikan sebagai rumah sakit rujukan pasien corona.
Ketidaklayakan rumah sakit tersebut menurut Ferry terletak pada kapasitas dan tata ruang rumah sakit yang kurang memadai.
"Intinya sekarang kita ketahui Prima Husada ini kecil. Belum layak jadi rumah sakit rujukan, sehingga tempat orang yang reaktif dan perawatan itu berdekatan," ungkap pria yang juga menjabat Dandim 0818 Kabupaten Malang- Kota Batu itu.
Sehingga Ferry merekomendasikan agar pasien COVID-19 tidak dirujuk ke RS Prima Husada.
"Sehingga disitulah yang menyebabkan orang yang terpapar itu lebih banyak," ungkap Ferry.
Ferry meminta Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk mengevaluasi penentuan rumah sakit rujukan. Termasuk RS Prima Husada.
"Agar dijadikan masukan kepada provinsi agar prima husada ini tidak dijadikan sebagai rumah sakit rujukan. Jadi dikembalikan lagi statusnya RS Prima Husada jadi rumah sakit biasa," kata Ferry.
2. Tarif Bus di Masa Transisi New Normal Naik

Angkutan bus mulai beroperasi di Terminal Purabaya, Bungurasih, Sidoarjo, dalam masa transisi New Normal, Selasa (9/6/2020).
Mulai pagi selepas subuh tadi, sejumlah armada bus mulai tampak di selter keberangkatan.
Namun belum banyak penumpang yang memanfaatkan layanan angkutan umum tersebut.
Begitu juga baru ada beberapa bus yang beroperasi.
Hari Ini adalah operasional pertama setelah Surabaya Raya menjalankan tiga tahap PSBB.
Artinya 3 x 2 pekan atau 1,5 bulan, aktivitas terminal Purabaya mandek. Tak ada satu pun bus beroperasi.
Pantauan di lokasi, beberapa penumpang berjalan menuju selter keberangkatan.
Tampak hanya ada empat unit bus standby. Itu pun hanya bus antar kota antar provinsi (AKAP).
Belum tampak bua antar kota dalam provinsi (AKDP). Bus lokal tujuan Jatim belum tampak.
"Mau ke Solo. Kok cuma dua penumpang. Nanti sampai Solo nggih," ucap Ny Erni, salah satu penumpang bus Patas tujuan Solo.
Selain Erni ada satu penumpang namun lain tujuan. "Sebenarnya saya mau ke Kediri. Saya memilih naik Bus Eka ya turun Braan Kertosono. Nanti dijemput," kata, salah satu penumpang.
Tampak hingga siang ini baru Bus Eka dan Mira jurusan Sola Yogya yang beroperasi di Terminal Purabaya. Perusahaan angkutan Bus ini yang pertama malayani penumpang.
Bus Eka sebagai bus non ekonomi memberlakukan tarif khusus.
Tujuan Solo dari sebelumnya bertarif Rp 75.000 kini menjadi Rp 115.000. Surabaya-Kertosono naik Eka tarifnya Rp 50.000.
Sementara Mira sebagai bus ekonomi memberlakukan tarif batas atas. Namun kenaikannya tidak lebih dari 25 persen dari tarif normal sebelum pandemi.
Surabaya-Yogya dari sebelumnya Rp 57.000 menjadi Rp 73.000.
Penumpang bernama Fian mengaku bahwa tarif bus yang beroperasi di hari pertama pasca PSBB naik. Adapun bus tersebut berkategori bus patas.
"Namun informasinya tarifnya naik mas, biasanya Rp. 105 ribu sekarang menjadi Rp 150 ribu," terangnya.
Menanggapi hal tersebut Kepala UPT Terminal Purabaya, Imam Hidayat mengatakan tarif bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) atau patas eksekutif diserahkan ke pihak Perusahaan Otobus (PO).
"Kami nggak bisa membatasi (tarif) itu. Kalau yang ekonomi ada tarif atas tarif bawah. Masalah tarif sampean bisa tanyakan ke provinsi. Kami menindak lanjuti aja kalau ada keluhan kami laporkan ke provinsi," katanya saat dikonfirmasi, Selasa, (9/6/2020).
Imam menegaskan memang, untuk bus patas dan eksekutif diserahkan ke pihak PO. Saat ditanya apakah kedepan akan ada penambahan armada bus. Imam menyatakan bahwa itu juga tergantung ke pihak PO.
"Kami juga ndak bisa batasi untuk jumlah penambahan armada bus. Itu tergantung dari pihak perusahaan bus. Jadi ndak ada batasan. Kalaupun ada dasarnya darimana?. Nanti diprotes perusahaan," terangnya.
Kepala Unit Terminal Purabaya Imam Hidayat menuturkan bahwa bus sudah boleh beroperasi, namun dengan protokoler superketat. Baik kru maupun penumpang.
"Kru wajib Bermasker dan memakai face sield dan sarung tangan. Menunjukkan surat keterangan sehat dan surat tugas. Tempat duduk format silang dengan 50 persen kapasitas," kata Imam.
3. Pasar Lawang Akan Ditutup Sementara

Pemerintah Kabupaten Malang setuju menutup sementara Pasar Lawang dalam waktu dekat.
Urgensi penutupan tersebut mengacu pada upaya menekan penularan COVID-19 di wilayah Malang Utara.
"Kesepakatannya Pasar Lawang memang akan ditutup sementara, dengan dibantu Muspika (musyawarah pimpinan kecamatan) Lawang," ujar Sekretaris Daerah Kabupaten Malang, Wahyu Hidayat ketika dikonfirmasi, Selasa (9/6/2020).
Penutupan Pasar Lawang tersebut masih harus menunggu hasil tes swab atau polymerase chain reaction (PCR).
"Mungkin hasilnya keluar pada minggu ini," kata Wahyu.
Wahyu menyatakan penutupan Pasar Lawang tidak akan menimbulkan polemik.
Mantan Kepala DPKPCK Kabupaten Malang itu menilai semua pihak mendukung.
"Pertimbangannya sudah jelas karena kondisi yang terjadi. Nanti dari hasil itu (swab) akan sudah surat pernyataan dari paguyuban pasar kalau bersedia ditutup," ungkap Wahyu.
Pria yang menggantikan Didik Budi Muljono ini tidak khawatir penutupan sementara Pasar Lawang akan menimbulkan dampak ekonomi.
"Pasokannya kan tidak dari Lawang. Secara temporer bisa ke Pasar Singosari pasokannya. Karena Pasar Singosari tidak ditutup. Gak harus ke pasar itu, bisa ke pasar lain," saran Wahyu.
Seperti diberitakan sebelumnya, ada pedagang pasar Lawang yang hasil rapid testnya reaktif.
Para pedagang yang reaktif rapid tesnya itu diminta isolasi mandari dan dijadwalkan untuk melakukan swab test.
(Faiq Nuraini/Syamsul Arifin/Mohammad Erwin/Sarah Elnyora/SURYAMALANG.COM)