Berita Malang Hari Ini
Koin Mami Kelor UIN Malang Diapresiasi Kemenag Sebagai Program Inovasi
Dua program inovasi UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang mendapat apresiasi dari Kemenag dalam KIPP (Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik).
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM, MALANG - Dua program inovasi UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang mendapat apresiasi dari Kemenag dalam KIPP (Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik).
Yaitu Si Performa (Sistem Pelaporan, Informasi dan Realisasi Anggaran) serta Koin Mami.
Eny Yulianti MSi, dosen kimia UIN Malang menyatakan Koin Mami Kelor dikerjakan tim.
Koin Mami ternyata singkatan dari Kelor UIN Maulana Malik Ibrahim untuk imunitas di masa pandemi.
Di kampus ini memang ada Tim Kelor sejak 2016.
"Kami berharap besar kelor termanfaatkan jadi gerakan masif di masyarakat. Ini menjadi bukti bahwa bahan alam sekitar sangat tidak sepele dan tidak kalah dengan produk yang mahal atau produk luar negeri."
"Ini juga aman digunakan jangka panjang," jelas Eny pada suryamalang.com, Kamis (9/7/2020).
Kelor setidaknya memiliki 90 lebih senyawa kimia.
Kelor biasanya di masyarakat dibuat untuk sayur bening.
Tapi jika tiap hari dibikin sayur juga bosan.
Maka bisa untuk minuman sebagai infuse water.
Hasil produk tim ini adalah Kelora Herbal berbahan kelor.
"Sementara ini sebagai sarana pengabdian masyarakat (pengmas) kami membantu masyarakat untuk membuktikan kasiat kelor."
"Saat pengmas, kami bagikan gratis atau pada yang membutuhkan. Untuk kelanjutannya, mengganti biaya produksi," jelasnya.
Hal ini karena programnya juga butuh dukungan dana meski relatif tidak terlalu tinggi untuk sementara ini.
Dikatakan, masa pandemi saat ini, masyarakat harus menjadi lebih paham apa yang bisa dilakukan.
Yaitu dengan banyak bergerak/gerak fisik, menjauhi stres, istirahat cukup dan menjauhi makanan minuman yg tidak pro sehat.
"Seperti makanan yang instan, asin dan manis-manis, goreng-gorengan atau kriuk kriuk. Pedomannya, makin lama makanan tersebut dikenai panas atau diolah dengan proses yg panjang, makin jauh dari nutrisi awal yang diciptakan/dimiliki," jelasnya.
Selain itu, masyarakat perlu menjaga makan minum dengan asupan yg sehat, buah dan sayur.
"Pahami jika sayur, empon-empon maupun buah juga bisa disulap jadi obat herbal."
"Saya tidak menyarankan vitamin C dan E sintetik digunakan dalam jangka panjang," jelas wanita berhijab ini.
Lebih baik mengambil bahan alam yang sehari-hari sudah ada.