Anak di Sidoarjo Terpukul Akibat Covid-19, Ayah & Ibu Meninggal Selang 30 Menit, Esoknya Nenek Wafat

Anak di Sidoarjo terpukul akibat Covid-19, Ayah dan Ibu meninggal selang 30 menit, esoknya nenek wafat, kini hidup sebatang kara

Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Adrianus Adhi
Suryamalang.com/kolase twitter @Nonameaja35
kisah viral anak di Sidoarjo kehilangan kedua orangtuanya akibat Covid-19 

Penulis: Sarah, Editor: Adrianus Adhi

SURYAMALANG.COM, MALANG - Seorang anak di Sidoarjo terpukul akibat keluarganya terpapar Covid-19

Ayah dan Ibu Syah Fridan Alif warga Sidoarjo, Jawa Timur meninggal selang 30 menit dan esoknya sang nenek  menyusul. 

Kini Syah Fridan Alif harus hidup sebatang kara setelah ayah, ibu dan neneknya meninggal dunia akibat virus Covid-19

Kisah pilu yang menimpa keluarga Syah Fridan Alif ini viral setelah dibagikan di Twitter

Melalui akun @Nonameaja35, Syah Fridan Alif berbagi kisah tentang keluarganya yang terpapar Covid-19.

unggahan Syah Fridan Alif
unggahan Syah Fridan Alif (Suryamalang.com/kolase twitter @Nonameaja35)

Dalam cerita yang diunggah Sabtu 1 Agustus 2020 lalu, @Nonameaja35 mengingatkan publik agar tidak meremehkan Covid-19.

Sebab, Syah Fridan Alif telah merasakah sendiri bagaimana virus tersebut merenggut nyawa keluarganya satu per satu.

'Covid nggak main2 lo ya, keluargaku kena semua, ayah dan mamaku meninggal dalam 1 hari, selisih 30 menit aja, kemudian besoknya nenekku juga meninggal, sedangkan aku dirawat 18 hari, dan skrg harus hidup sendirian, jadi jgn dianggap remeh,' tulis akun Twitter @Nonameaja35.

Hingga Kamis (17/9/2020), unggahan tersebut telah disukai lebih dari 3.600 kali dan di-retweet lebih dari 1.100 kali.

Melansir Kompas.com yang menghubungi langsung Syah Fridan Alif, pertama kali yang terinfeksi Covid-19 di keluarganya adalah ayah.

Pada 30 Mei 2020, ayah Syah Fridan Alif mengalami gejala untuk pertama kalinya yaitu demam, batuk, dan sesak napas.

"Jadi waktu itu yang mengalami gejala pertama kali itu ayah saya mulai 30 Mei sudah mulai demam dan batuk kemudian sampai akhirnya sesak napas akut," kisah Fridan dikutip dari Kompas.com, Kamis (17/9/2020) artikel 'Kisah Satu Keluarga yang Terpapar Covid-19'.

Foto kuburan ayah dan ibu Fridan yang meninggal selang 30 menit.
Foto kuburan ayah dan ibu Fridan yang meninggal selang 30 menit. (Kompas.com )

Akibat beberapa gejala tersebut, ayah Syah Fridan Alif sempat diperiksakan ke dokter sebanyak tiga kali.

Namun, dokter yang memeriksa keadaan ayah Syah Fridan Alif mengatakan gejala yang dirasakan ayahnya bukanlah gejala Covid-19.

"Ayah saya sempat bilang takut kalau ini gejala Covid-19, tapi kata dokternya, 'Tenang saja, Pak, ini bukan Covid-19'. Ya sudah kita obati sebisanya, seperti flu biasa," jelas Syah Fridan Alif.

Lantaran kondisinya semakin memburuk, pada 2 Juni 2020 akhirnya ayah Fridan dibawa ke rumah sakit Siti Khodijah, Sidoarjo.

Setelah mendapat berbagai macam perawatan dan serangkaian tes, ayah Fridan divonis positif Covid-19.

Menular ke anggota keluarga lain

Syah Fridan Alif menuturkan, pada 5 Juni 2020, ibunya juga mulai menunjukkan gejala sama seperti yang dialami oleh ayahnya, yakni demam dan batuk.

Dua gejala itu, lanjut Fridan, diikuti dengan sesak napas akut yang semakin menambah berat gejala yang diderita ibunya.

"Akhirnya, pada 10 Juni mama dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara, Porong, Sidoarjo, untuk mendapat perawatan," kata Syah Fridan Alif.

Potret dokter yang menangani pasien Covid-19
Potret dokter yang menangani pasien Covid-19 (Kompas.com)

Bukan hanya kedua orangtuanya, nenek dan dirinya sendiri pun ikut tertular Covid-19.

Akhirnya, pada 11 Juni 2020, Fridan dan neneknya dibawa ke Rumah Sakit Rahman Rahim untuk mendapat perawatan.

Hal  itu, kata Syah Fridan Alif, ditengarai karena tertular dari ayahnya yang pertama kali terpapar Covid-19.

"Iya (tertular dari ayah). Memang kontak langsung, kan ayah sakit juga minta dipijit, cuci baju juga jadi 1, alat makan juga jadi satu, kan kata dokter hanya flu biasa, jadi kita tidak ada pikiran sampai ke situ," kata Fridan.

Ditanya soal kapan pertama kali ayahnya terpapar Covid-19, Fridan tidak mengetahui secara pasti.

ILUSTRASI - Pasien dengan gejala ringan virus corona COVID-19 melakukan tes tekanan darah di Wuhan, Hubei, China (17/2/2020). Dalam artikel Update virus corona di Malang Raya hari ini Senin 24 Agustus 2020.
ILUSTRASI - Pasien dengan gejala ringan virus corona COVID-19 melakukan tes tekanan darah di Wuhan, Hubei, China (17/2/2020). Dalam artikel Update virus corona di Malang Raya hari ini Senin 24 Agustus 2020. (Kolase shutterstock via Kompas.com/AFP/STR/CHINA OUT)

Fridan hanya menduga tertular dari para tamu yang berkunjung ke rumahnya saat hari raya Lebaran tahun 2020 ini.

"Mungkin dari tamu-tamu yang orang tanpa gejala (OTG) atau bagaimana saya kurang paham, karena di rumah saya kan ada orang yang paling tua di keluarga besar saya, jadi waktu Lebaran banyak kunjungan tamu," kata Fridan.

"Tapi yang jelas, saya sekeluarga semenjak Sidoarjo PSBB, belum keluar kota sama sekali," imbuhnya.

Ayah dan ibu meninggal berjarak 30 menit

Singkat cerita, pada 11 Juni 2020, mungkin menjadi hari yang tidak bisa dilupakan oleh Fridan.

Pada hari itu, Syah Fridan Alif harus kehilangan kedua orangtuanya sekaligus. 

"Pada 11 Juni pukul 07.00 WIB, mama saya meninggal, disusul pukul 07.30 WIB, ayah saya juga meninggal," cerita Syah Fridan Alif .

Keesokan harinya, Syah Fridan Alif kembali mendapat kabar duka neneknya yang dirawat di rumah sakit sama dengannya, juga berpulang untuk selama-lamanya.

Hal itu membuat Syah Fridan Alif sangat terpukul.

"Dirawat di rumah sakit juga sendirian, tidak ada keluarga yang nungguin, jadi sedih kalau ingat itu," ucap Fridan.

Ilustrasi situasi aktivitas masyarakat saat pandemi Covid-19
Ilustrasi situasi aktivitas masyarakat saat pandemi Covid-19 (Kompas.com)

Syah Fridan Alif menceritakan, ayah, ibu, dan neneknya memiliki penyakit penyerta atau yang disebut dengan komorbid.

Ayah dan neneknya memiliki penyakit diabetes, sedangkan ibunya mengidap penyakit hipertensi.

Saat ini, kondisi Syah Fridan Alif sudah membaik setelah mendapat perawatan di rumah sakit selama 18 hari.

"Saya sendiri menggunakan oksigen selama lima hari pada awal perawatan," ujar Fridan.

Kini, Fridan hanya tinggal seorang diri setelah ditinggal pergi untuk selama-lamanya oleh ayah, ibu, dan sang nenek.

"Serumah memang ada empat orang, tapi saya sendirian sekarang. Saya sehari-hari jualan pulsa, alhamdulillah masih cukup untuk kebutuhan sehari-hari," lanjut Syah Fridan Alif.

"Kalau anggota keluarga lain alhamdulillah masih support, tapi memang jaraknya jauh-jauh, jadi tidak bisa setiap saat bertemu," lanjut dia.

Proses pemakaman pasien Covid-19 berusia 57 tahun di Sidoarjo.
Proses pemakaman pasien Covid-19 berusia 57 tahun di Sidoarjo. ()

Dengan cerita yang ia bagikan ini, Syah Fridan Alif berharap tidak ada lagi orang yang meremehkan Covid-19.

Pasalnya, dia dan keluarganya sudah menjadi korban.

"Ya Covid-19 ini enggak main-main ya. Keluarga saya sudah kena semua. Semoga orang-orang tidak mengalami seperti yang saya alami," pungkas Syah Fridan Alif menutup pembicaraan.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved