Berita Malang Hari Ini

Kisah Kereta Api Hantu 2011 Muncul Lagi,Gerbong Tanpa Lokomotif Jalan Sendiri di Stasiun Kota Malang

Bila menengok lagi ke belakang, kejadian pada 4 Januari 2011 nyaris serupa dengan apa yang terjadi pada Rabu (18/11/2020).

Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Hayu Yudha Prabowo
Kondisi rangkaian gerbong Kereta Api (KA) usai berjalan sendiri dan anjlok setelah menabrak Excavator di sisi selatan Stasiun Kota Lama, Kota Malang, Rabu (18/11/2020). Kejadan serupa pernah terjadi di tahun 2011 yang kemudian jadi cerita 'Kereta api hantu' 

Sambungan antara gerbong nomor lima, dengan gerbong nomor enam, juga diputus. Hal itu dilakukan karena ada beberapa perbaikan di gerbong tersebut, antara lain, mengganti karet yang ada di sambungan gerbong, dan masalah kelistrikan.

Nah, saat dalam masa perbaikan itu, empat gerbong paling belakang, tiba-tiba berjalan sendiri.

Sejumlah teknisi yang dimintai keterangan memastikan, tidak ada satu pun teknisi yang berada di dalam empat gerbong tersebut.

Para teknisi juga mengaku, sudah melakukan semua standar operasional keamanan, termasuk memberi stop block, atau ganjalan khusus yang digunakan untuk menghambat roda kereta saat berhenti.

Kereta itu akhirnya terus berjalan, menempuh jarak sekitar 2,5 kilometer sampai Stasiun Kota Lama, hingga akhirnya ’dipaksa’ berhenti di sana.

Petugas sinyal di stasiun Kota Lama saat itu, Achmad Suyuthi, lalu membelokkan rel yang dilintasi kereta itu.

”Tujuannya, agar kereta bisa menabrak spoor-box,” terang Suyuthi kepada sejumlah polisi saat itu, dikutip dari berita Surya.co.id.

Spoor-box adalah semacam beton yang dipasang di ujung rel mati. Fungsinya, memang untuk ditabrakkan kereta yang tidak bisa berhenti.

Keputusan membelokkan kereta ke spoor box ini memang sebuah prosedur standar.

Menurut Suyuthi, kalau saja kereta itu tidak ditabrakkan spoor-box, akibatnya bisa lebih fatal.

Kereta bisa terus bergerak liar, dan bisa ditabrak kereta lain yang datang dari arah selatan. Kereta memang akhirnya berbelok dan menabrak beton tebal tersebut.

Namun, laju dan beban empat gerbong tersebut nyatanya terlalu kuat untuk ditahan.

Keempat gerbong itu terus melaju, hingga akhirnya menerjang tiga rumah warga di bantaran rel.

Tiga rumah yang punya alamat resmi Jl Simpang Peltu Sujono RT 11/RW 3, Kelurahan Ciptomulyo, Kecamatan Sukun itu, antara lain, milik Misno (46), Jamil (70), dan Sutrisno (50).

Rumah milik Misno dan Jamil hancur rata dengan tanah.

Halaman
123
Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved