Jendela Dunia

Nasib Pilu Negara Miskin Soal Vaksinasi Covid-19, Terancam Gagal Total Atau Muncur Hingga Tahun 2024

Nasib Pilu Negara Miskin Soal Vaksinasi Covid-19, Terancam Gagal Total Atau Muncur Hingga Tahun 2024

Editor: eko darmoko
Shutterstock
Ilustrasi proses pembuatan vaksin virus corona atau Covid-19 

SURYAMALANG.COM - Nasib pilu bakal dialami oleh negara-negara miskin dalam mendapatkan vaksin virus corona atau Covid-19.

Sebelumnya, Badean Kesehatan Dunia (WHO) mencanangkan program vaksinasi Covid-19 terhadap negara-negara miskin.

Namun, program ini menghadapi risiko kegagalan yang sangat tinggi.

Alhasil, vaksinasi virus corona terhadap negara-negara miskin akan disalurkan pada akhir 2024.

Baca juga: China Mulai Vaksinasi Covid-19 pada Awal 2021, Ini Provinsi dan Golongan Orang yang Dapat Prioritas

Baca juga: Jokowi Siap Jadi Orang Pertama yang Disuntik Vaksin Covid-19, Demi Beri Kepercayaan pada Masyarakat

WHO menciptkan skema global utama untuk memvaksinasi orang-orang di negara-negara miskin dan menengah di seluruh dunia terhadap virus corona, yang disebut COVAX.

COVAX bertujuan untuk memberikan setidaknya 2 miliar dosis vaksin pada akhir 2021 untuk mencakup 20 persen dari orang yang paling rentan di 91 negara miskin dan berpenghasilan menengah, sebagian besar di Afrika, Asia dan Amerika Latin.

Menurut dokumen internal WHO yang diulas Reuters, disebutkan bahwa program WHO menghadapi masalah yang dapat membuat tidak tercapainya tujuan, meliputi kekurangan dana, risiko pasokan, serta pengaturan kontrak yang rumit, yang dapat membuat tujuan tidak tercapai.

"Risiko kegagalan sangat tinggi untuk membangun Fasilitas COVAX yang sukses," disebutkan dalam laporan internal kepada dewan Gavi, sebuah aliansi dari pemerintah, perusahaan obat, badan amal, dan badan vaksinasi global.

Dewan Gavi memimpin COVAX bersama dengan WHO.

Laporan dan dokumen lain yang disiapkan oleh Gavi akan dibahas pada rapat dewan Gavi pada 15-17 Desember.

Kegagalan fasilitas COVAX dapat membuat orang-orang di negara-negara miskin tanpa akses ke vaksin Covid-19, baru akan memperolehnya pada 2024, disebutkan dalam salah satu dokumen.

Risiko kegagalan lebih tinggi karena skema itu dibuat begitu cepat, beroperasi di "wilayah yang belum dipetakan", kata laporan itu seperti yang dilansir dari Reuters pada Rabu (16/12/2020).

"Eksposur risiko saat ini dianggap di luar kapasitas risiko sampai ada kejelasan penuh tentang ukuran risiko dan kemungkinan untuk menguranginya," kata laporan internal itu.

“Oleh karena itu, diperlukan upaya mitigasi yang intensif untuk membawa risiko sesuai kapasitas,” jelasnya.

Gavi mempekerjakan Citigroup pada bulan lalu, untuk memberikan nasihat tentang cara memitigasi risiko keuangan.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved