Berita Malang Hari Ini

Harga Kedelai Naik, Pengusaha Tempe Sanan di Kota Malang Bikin Inovasi Untuk Tingkatkan Omzet

Harga Kedelai Naik, Pengusaha Tempe Sanan di Kota Malang Bikin Inovasi Untuk Tingkatkan Omzet

SURYAMALANG.COM/Rifky Edgar
Pengusaha tempe di Kota Malang menunjukkan bahan baku kedelai. 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Naiknya harga kedelai impor membuat pelaku usaha tempe di daerah Sanan, Kota Malang menjerit.

Hal tersebut membuat omzet penjualan mereka menurun drastis.

Seperti yang dialami oleh Djumadi (40), produsen tempe asal Sanan ini mengaku bahwa naiknya kedelai impor membuat penghasilannya menurun.

Dia tidak bisa meraih untung lebih banyak, dikarenakan, harga jual tempe yang berada di pasaran tetap sama.

"Kalau kita mau naikkan harga tempe, penjual yang lain harusnya naik juga. Tapi di sini (Sanan) tidak ada yang mau. Jadinya harganya tetap sama dan penghasilan saya yang berkurang," ucapnya, Minggu (3/1/2021).

Pria yang sejak tahun 90 an menjadi produsen tempe itu mengaku, bahwa harga kedelai impor asal Amerika kini mencapai Rp 9.200 dari Rp 7.000 per Kilogramnya.

Selain rasanya yang enak, kedelai impor dipilih Djumadi karena memiliki ukuran yang lebih besar dan tidak basi.

Hal tersebut berbeda dengan kedelai lokal yang memiliki ukuran lebih kecil, namun lebih cepat basi saat diolah.

"Kedelai lokal itu kecil. Lebih enak jika diolah menjadi tahu. Beda dengan tempe. Nah sekarang kedelai impor yang mahal. Jadi kita yang aga kesusahan," terangnya.

Guna menaikkan omset penjualan itu, Djumadi kemudian berinovasi untuk membuat tempe dengan beragam varian rasa. Inovasi tersebut dilakukannya untuk menambah omset penghasilannya.

Jika biasanya per 200 gram tempe biasa dia jual senilai Rp 2.000. Dengan tempe rasa ini, Djumadi mampu menjual senilai Rp 4.000.

Tempe rasa tersebut diproduksinya sendiri di rumah, setelah sebelumnya Djumadi melakukan riset di Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Kedelai yang terletak di Kabupaten Malang.

"Jadi tempe rasa yang saya buat ini telah kami olah dan kami beri bumbu. Pembeli nanti tinggal menggorengnya saja di rumah. Dengan inovasi ini saya bisa menambah omset penghasilan saya," ucapnya.

Djumadi mengatakan, tempe rasa produksinya yang diberi nama Snack Asli Sanan (SAS) itu hanya ada satu di daerahnya yang merupakan sentra produksi tempe di Kota Malang.

Tempe rasa tersebut hanya dipasarkan di toko-toko penjualan tempe yang ada di daerah sanan saja. Dengan masing-masing toko dijatah dua bungkus per hari.

Melalui inovasi yang dia lakukan ini, Djumadi mengaku, dalam sebulan bisa meraih omset hingga Rp 4 Juta per bulan. Meski sebelum pandemi penghasilan ada di angka lebih dari Rp 10 juta.

"Ya sejak dua bulan kedelai naik ini saya melakukan inovasi ini. Sebelumnya tempe rasa ini hanya ada dipikiran saya saja. Namun baru saya kerjakan saat harga kedelai naik ini. Dan Alhamdulillah tempe rasa buatan saya laris," ucapnya.

Meski harga kedelai impor naik, Djumadi tidak memiliki pikiran untuk berhenti memproduksi tempe. Hal tersebut dia lakukan, karena permintaan tempe dari pembeli cukup tinggi.

Untuk itu, dia akan tetap berproduksi, meski untung yang dia dapat berkurang dari sebelum kedelai impor naik.

"Kami berharap pemerintah bisa segera mengatasi permasalahan ini. Pandemi belum selesai, kami malah dihantam lagi dengan harga kedelai naik. Semoga saja nanti bisa ada solusi," tandasnya.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved