Berita Batu Hari Ini

Kadin Batu Bantu Pemasaran Tempe Warga Desa Beji, Dinas Terkait Belum Tetapkan Langkah

Kadin Batu akan berupaya membantu dari segi pemasaran, akan memanfaatkan jejaring untuk memasarkan tempe hingga segmentasi kalangan menengah atas

Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Benni Indo
Agus Rohman, pengusaha tempe saat berada di pabrik pembuatan tempe miliknya di Desa Beji. Ia harus berpikir keras agar usahanya tetap berjalan di tengah meroketnya harga kedelai. 

Penulis : Benni Indo , Editor : Dyan rekohadi

SURYAMALANG.COM, BATU - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Batu akan membantu pemasaran tempe dari sentra di Desa Beji, Kota Batu.

Ketua Kadin Kota Batu, Endro Wahyu Wijoyono mengemukakan, dirinya akan memanfaatkan jaringan di dalam Kadin untuk memperoleh pangsa pasar.

"Kadin akan berupaya membantu dari segi pemasaran. Kami akan memanfaatkan jejaring untuk memasarkan tempe hingga segmentasi kalangan menengah atas," katanya, Selasa (5/1/2021).

Diterangkan Endro, melonjaknya harga kedelai berdampak terhadap biaya produksi produksi pengrajin tempe di Kampung Tempe, Desa Beji, Kota Batu.

Biaya produksinya meningkat hingga 50 persen sedangkan harga jualnya tak mampu menutup ongkos produksi. Laba yang mereka kantongi juga semakin surut.

Beberapa pelaku usaha di antaranya lebih memilih memperkecil ukuran untuk tetap bisa bertahan dan mengurangi pasokan bahan baku.

Bahkan juga ada pengusaha yang menghentikan sementara aktivitasnya.

Di sisi lain, Kadin Kota Batu meminta Pemkot Batu memberi perhatian kepada pengrajin tempe yang didera harga bahan baku yang meroket.

Pemkot Batu juga sempat menggeliatkan Kampung Tempe yang menjadi sentra produksi tempe sebagai destinasi wisata.

Namun menurut Endro hal itu terkesan seremonial semata dan terhenti begitu saja tanpa ada tindak lanjut.

Menurut Endro, Pemkot Batu harus memberi stimulus berkelanjutan dalam mengembangkan Kampung Tempe sebagai sentra produksi tempe dan tempat kunjungan wisata.

"Pemkot Batu sendiri kurang memberi stimulus terhadap pengembangan sentra usaha tempe yang digerakkan oleh pelaku UMKM. Pengusaha tempe perlu perhatian pemerintah," seru Endro.

Sekadar informasi, Pemerintah Indonesia telah menetapkan tempe sebagai warisan budaya tak benda.

Beberapa organisasi juga akan mendorong agar tempe masuk daftar warisan budaya Unesco pada 2021 ini.

Salah satu syarat untuk mendapat predikat itu, harus ditetapkan lebih dulu sebagai warisan nasional.

Kepala Dinas Koperasi, UMK dan Perdagangan Kota Batu, Eko Suhartono saat dikonfirmasi mengatakan kenaikan harga kedelai terjadi hampir di setiap daerah di Jawa Timur.

“Seluruh daerah rata-rata naik,” katanya saat dihubungi melalui pesan pendek.

Eko tidak menyebutkan berapa kenaikan harganya. Ia juga tidak menjawab saat ditanya langkah apa yang diambil dinas untuk menghadapi kenaikan harga kedelai.

Sementara itu, Agus Rohman, pengusaha tempe di Desa Beji harus berpikir keras agar usahanya tetap berjalan.

Agus mengatakan harga kedelai per kilogramnya dihargai Rp 9.100.

Harga itu jauh lebih tinggi dibanding beberapa bulan lalu yang hanya Rp 6.700.

Tidak ada cara lain bagi Agus kecuali mengecilkan ukuran.

Katanya, jika biasanya satu tempe yang ia produksi bisa dipotong lima bagian, setelah dikecilkan bisa menjadi empat bagian.

Ia lebih memilih mengecilkan ukuran daripada mengubah harga. Harga tempe yang ia jual tetap di angka Rp 2000.

“Pengrajin tempe seperti saya menjaga kualitas rasa. Maka dari itu harganya tetap, kecuali ukurannya saja yang berubah,” ungkapnya.

Meskipun harganya tidak berubah, namun Agus mengaku mengalami penurunan keuntungan.

Biasanya, dalam 2 Kwintal kedelai bisa mendapat Rp 500 ribu, kini turun antara Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu.

“Yang parah sebulanan ini. Jumlah produksi terganggu, biasanya 2.5 Kwintal, sekarang 2 Kwintal. Sengaja dikurangi agar sesuai dengan tuntutan pasar. Pokoknya bisa jalan dulu,” katanya.

Kepala Desa Beji, Deni Cahyono mengemukakan, melonjaknya harga kedelai berdampak signifikan terhadap produsen tempe di Kampung Tempe, Desa Beji, Kota Batu.

Sebagian besar warga di Desa Beji adalah pengusaha tempe dan olahan tempe.

Ia pun berharap agar dinas terkait di OPD Pemkot Batu bisa memberi solusi karena produksi tempe menjadi mata pencaharian utama warga sebagian warganya.

"Ya kami minta agar dinas terkait bisa memberi solusi bagaimana harga kembali stabil karena kedelai menjadi bahan baku utama produsen tempe yang menjadi sandaran hidup mereka," kata Deni. 

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved