Fakta-fakta Fenomena Puting Beliung di Wonogiri Viral & Buat Warga Geger, BMKG: Namanya Waterspout
Simak fakta-fakta lengkap fenomena puting beliung di Wonogiri yang viral dan menggegerkan warga, BMKG beri penjelasan
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.COM, MALANG - Penjelasan ilmiah mengenai fenomena puting beliung di Wonogiri yang sempat viral di media sosial akhirnya diketahui.
Menurut BMKG, fenomena puting beliung di Wonogiri yang terjadi pada Rabu (20/1/2021) sore itu disebut dengan waterspout.
Fenomena puting beliung di Wonogiri persisnya terjadi di Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri.
Dirangkum dari berbagai sumber, simak fakta-fakta puting beliung di Wonogiri berikut ini:
Baca juga: Gelagat Syekh Ali Jaber Sebelum Meninggal, Datang ke Mimpi Asistennya & Cerita Ingin Istirahat Total
Baca juga: Wirda Mansur Tolak Lamaran 2 Cowok Ganteng, Kini Dijodohkan dengan Hasan Ali Jaber, Jadi Nikah Muda?
Baca juga: 2 Sebelum Sriwijaya Air Jatuh, Gelagat Sang Pilot Kapten Afwan Terekam CCTV: Tak Sangka!
Baca juga: Ramalan Zodiak Cinta Hari Ini Kamis 21 Januari 2021, Cancer Baperan, Taurus Romantis, Gemini Senang
1. Terjadi cukup lama

Menurut Kepala Desa (Kades) Sendang, Kamto, angin tersebut muncul sekira pukul 16.00 WIB.
"Anginnya besar, dan cukup lama. Mungkin belasan menit," kata dia.
Angin puting beliung itu datang saat cuaca tengah mendung.
"Saat hujan turun anginnya hilang," tandasnya dikutip dari TribunSolo.com artikel 'BREAKING NEWS : Puting Beliung Besar Nampak di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri'.
Angin puting beliung ini membuat warga di sekitaran Waduk Gajah Mungkur Wonogiri geger.
2. Angin berjalan

Kamto, menuturkan, angin tersebut nampak dari arah Nguntoranadi yang berjalan ke arah barat daya.
Tepat di Ndawe, Wuryantoro di tepi perairan angin puting beliung tersebut hilang, kemudian hujan turun.
"Anginnya sangat kencang. Tadi saya juga abadikan di live facebook saya, sambil bawa payung. Panyungnya sampai kabur kena angin," ucapnya.
Kamto bersyukur angin sedahsyat itu tidak sampai ke daratan, dan hanya nampak di perairan di Waduk Gajah Mungkur saja.
"Untung saja cuma di air saja. Kalau di darat mungkin sudah merusak rumah, dan menumbangkan pohon," terangnya.
Hingga saat ini, pihaknya belum menerima laporan kerusakaan materiil maupun korban akibat munculnya angin puting beliung tersebut.
Baca juga: Zona Merah Jawa Timur Hari Ini Kamis 21 Januari 2021, Ada 7 Daerah Termasuk Ngawi dan Trenggalek
Baca juga: Pelaku Penyebar Hoax Kasdim Gresik Meninggal Pasca Vaksinasi Covid-19 Ternyata Seorang Napi di Lapas
3. Namanya Waterspout

Meskipun tampak seperti puting beliung dan memiliki mekanisme yang sama, rupanya nama yang benar untuk fenomena itu adalah waterspout.
Hal ini seperti yang diungkap Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG
"Kalau di darat namanya puting beliung, kalau di atas air (danau) atau di selat/laut namanya waterspout," ujar Siswanto dihubungi Rabu (20/1/2021) dikutip dari Kompas.com 'Puting Beliung di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, BMKG Sebut Itu Waterspout'.
Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Miming Saepudin MSi, juga menambahkan, fenomena waterspout mekanismenya sama seperti puting beliung.
Dia muncul dari sistem awan cumilonimbus (Cb) dan turun ke bawah seperti belalai.
4. Indikasi adanya cuaca buruk
Untuk diketahui, awan Cb mengindikasikan adanya potensi cuaca buruk atau hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir.
Siswanto berkata bahwa keberadaan awan Cb bisa dilihat oleh orang dari permukaan berupa awan besar kelabu cenderung gelap dan menjulang tinggi seperti bunga kol.
Selain itu, awan Cb juga bisa dikenali lewat citra satelit maupun citra radar.
"Dari citra satelit maupun radar BMKG jam 15.00 hingga 16.00 WIB, memang terkonfirmasi bahwa di wilayah sebagian Jawa Tengah bagian selatan, DIY hingga Jawa Timur bagian barat, terdapat pertumbuhan gugus awan Cumulonimbus (Cb) yang intens," ujarnya.
"Di beberapa spot sangat tebal dan menjulang tinggi yang puncaknya bahkan mencapai suhu di atas -80 derajat celcius seperti di atas wilayah Sleman hingga Wonogiri. Suhu puncak awan yang sangat dingin ini mengindikasikan tingginya awan tersebut dan kristal es yang terbentuk dibagian atas awan," imbuhnya lagi.
5. Menghasilkan tiga fenomena cuaca lokal

Awan Cb super sel dan membentuk gugus awan umumnya menghasilkan cuaca yang cukup berdampak di area di bawahnya.
Citra radar menunjukkan hujan yang terjadi di wilayah itu bervariasi, mulai tingkat sedang hingga sangat lebat.
Nah, golakan yang terjadi di dalam awan Cb akibat proses mikrofisika ini bisa menghasilkan tiga fenomena cuaca lokal yaitu:
1. Angin kencang dari dasar awan (downburst) atau kalau membentuk pusaran angin disebut puting beliung
2. Hujan disertai es (hail) yang berasal dari gumpalan kristal es keluar dari proses golakan dan downburst tersebut
3. Petir yang dapat dihasilkan dari loncatan listrik karena beda potensial antar elemen beda muatan di dalam awan, antar awan dengan awan, atau antar awan dengan permukaan bumi.
Siswanto mengatakan, dari kajian yang dilakukan, puting beliung bisa terbentuk kalau di bawah awan Cb ini, terdapat potensi pusaran angin yang dihasilkan dari low level windshear atau geser angin (beda kecepatan angin), baik secara mendatar maupun vertikal di bawah awan hingga dekat permukaan.
6. Bisa kembali terjadi
Baik Siswanto maupun Miming sependapat bahwa waterspout di waduk Gajah Mungkur, Wonogiri pada hari ini bisa terjadi kembali.
Apalagi Wonogiri sedang pada masa puncak musim hujan selama Januari-Februari ini, ujar Miming.
"Sehingga potensi-potensi cuaca buruk seperti hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang masih perlu diwaspadai hingga Februari mendatang. Bahkan pada beberapa kondisi, masih berpeluang terjadi puting beliung/waterspout atau bahkan hujan es," tambahnya.
Dia pun memperingatkan kepada masyarakat untuk berhati-hati dan tidak mendekat ketika terjadi fenomena cuaca esktrem, termasuk puting beliung dan waterspout.
Siswanto pun menambahkan bahwa pusaran angin puting beliung atau waterspout bergerak meliuk dan dapat merusak apa saja; meskipun dalam video yang beredar bentuknya masih lurus dan berdiameter cukup besar, kemungkinan karena ketinggian awan yang cukup rendah.